ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁2

254K 17.8K 1.8K
By jerukminii

Jangan lupa tekan Bintang dipojok kiri bawah. Dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara berkomentar.

Terima kasih semuanya♥♥

ฅ^•ﻌ•^ฅ

17.30 Wib.

"Kenapa pulang? Gausah pulang. Sudah lupa hari ini ada jadwal latihan ballet?"

Suara husky itu menyambut Asa dan Beebee yang baru saja hendak menaiki anak tangga menuju kamar. Niat Asa yang ingin segera mandi harus ia urungkan sejenak.

Gadis itu menghela napas berat. Kedua tangan yang menggendong Beebee mulai menggerak—mengusap—meremas bulu Beebee dengan begitu erat.

"Hari ini enggak ada jadwal, pah."

"Alesan kamu banyak banget, Ca," sindir Bara menggunakan nada tinggi ia merupakan Ayah Asa yang tengah duduk di ruang tengah samping kanan tangga sembari mematikan layar televisi dan kemudian berjalan menghampiri Asa.

"Aku ngomong jujur, pah. Ngapain Aca bohong sama papah." Suara Asa meninggi membuat sebuah tangan besar melambung ke udara dan kemudian mendarat pada pipi kanan Asa hingga membuat bibir Asa berdarah dan pipi berdenyut nyeri.

"Berani ngejawab kamu!! Sama Mamah berani! Sama papah juga berani! Mau jadi anak durhaka kamu, iya?!" bentak Bara yang melihat Asa merintih sembari melihat Beebee yang jatuh dari tangan si gadis.

"Apa ini hasil dari kamu main di luar tadi!!"

"Mau jadi anak seperti apa kamu, ha?! Anak gadis itu di rumah, belajar! Bukan malah keluyuran!! Di pakai otak! Ini tuh dipakai!!" Bara menunjuk-nunjuk kening Asa berkali kali, lalu mendorongnya hingga membuat Asa terdorong jatuh membentur dinding.

"Sekarang papah tanya. Kamu di rumah tadi ngapain? Pasti main hape enggak jelas? Kamar gadis berantakan! Nanti apa yang papah ceritain soal dirimu kalau anak temen kantor papah mau minang kamu!"

"Daripada main waktu tuh dibuat belajar!"

Asa heran sampai ada kerutan di dahi. Ia masih ingat betul, jikalau ia sebelum pergi dari kamar, sudah membersihkannya.

"Kamu bisanya tuh, bikin orang rumah emosi! Sekali aja kamu kayak kakak kamu! Ngebahagiakan papah sama mamah, bukan malah bikin beban! Yang ada kalo kamu menikah, kamu di maki-maki suamimu! Suamimu nyelingkuhin kamu! Kamu diusir dari rumah! Terus kembali ke rumah gitu? Malu papah!"

Asa menunduk—mendengar sekali lagi bagaimana nama diri Jysa bagaikan Tuhan yang selalu diagungkan kedua orang tuanya. Itu sangat menyakitkan untuk jantung Asa.

"Kalo main keluar, kamar diberesin dulu!!! Denger nggak papah ngomong! Contoh kakak mu! Kamar rapi! Bau wangi! Kamu tuh anak gadis, Sa! Jangan kumuh kayak orang miskin! Paham!" Bara memelintir telinga dengan kuku tumpul yang membuat kulit di bagian daun telinga belakang mengelupas.

"Papah sampek bingung mau bilangin pakai bahasa dan cara apa sampai kamu ngerti maksud papah!"

"Papah sama mamah capek, Ca! Kapan kamu itu berubah! Papah cuma minta kamu belajar nilai 100 tiap mapel. Masuk IT di luar negeri! Udah. Jadi anak yang anggun! gaperlu ikut olimpiade! Kalo nilai kamu udah cukup di atas KKM atau lebih!" Bara mengatakan keluhnya kepada Asa sembari memegang bahu Asa.

"Aca juga capek, Pah," cicit Asa sembari menepis pelan kedua tangan Bara yang ada di bahu Asa.

"Kamu capek apa?" ketus Bara.

"Tatap papah, Sa. Kamu capek apa? Papah tanya, kamu ngapain sampai capek?" sengkal Bara sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Tanpa rasa takut Asa mendongak menatap Bara yang layaknya terlihat tidak suka dengan ucapan jujur putri bungsunya.

"Kamu tuh cuma belajar, belajar, les, latihan ballet, belajar. Udah! Kamu capek apa? Kerja enggak! Hidup tercukupi! Kamu sekolah naik mobil disupirin! Uang saku perbulan setara sama gaji pembantu!"

"Jadi anak cewek yang kuat! Jangan lemah! Nanti kamu gampang ditindas!"

"Ica kakakmu aja nurut! Kamu enggak! Capek apa kamu! Capek belajar? Kalo capek belajar enggak usah sekolah sekalian! Jadi pembantu aja sana! Papah susah payah kerja cari uang buat kamu. Tugasmu cuma belajar, belajar, dan bel—"

"—YA ACA CAPEK PSIKIS PAH! CAPEK PAH! EMANG PAPAH PERNAH TANYA ACA? ACA TANYA BALIK! EMANG PAPAH PERNAH TANYA ACA! NGASIHANI ACA?!" potong Asa dengan bentakan dan deraian air mata sembari menggeleng samar. "Enggak, 'kan?

Telinga Asa serasa tuli saat nama Jysa harus disebut. Seakan anak pertama selalu benar dan anak kedua selalu salah.

"ANAK PAPAH BERAPA SIH! BERAPA! APA DI RUMAH INI PUTRI PAPAH ENGGAK ADA YANG LAIN SELAIN KAK ICA!"

"KAK ICA MULU!! KENAPA HARUS KAKAK YANG JADI CONTOH! PANAS ASA DENGERNYA!"

"KALAU BUKAN KAK ICA, ANAK TETANGGA SAMPAI ANAK TEMEN KANTOR DIBUAT CONTOH!"

"SEAKAN KAK ICA SAMA ANAK ORANG PALING SEMPURNA TANPA CELA DAN NODA DOSA!!!"

"KAPAN ACA YANG JADI KEBANGGAAN PAPAH SAMA MAMAH! KAPAN PAH!!!"

"ACA TUH, JUGA MAU KEK KAK ICA SEKARANG, KE MALL SAMA TEMENNYA! ACA CUMA MAIN SEPEDAAN SAMA BEEBEE, PAPAH MARAHIN! KAKAK YANG PULANG LARUT MALAM SAMA TEMENNYA DARI TEMPAT DISKOTIK, MALL, CAFE, TOURING, PAPAH DIEMIN DAN PAPAH B AJA! SEAKAN ANAK PERTAMA PERAN PENTING DALAM KEHIDUPAN DAN ANAK KEDUA CUMA BEBAN!"

"IYA KAMU KALAU MAU ITU IKUT! BILANG KE KAKAK KAMU! BUKAN NGEBISU KEK ORANG BODOH! MULUT ITU DIGUNAIN! DIGUNAIN!!! INI DIGUNAIN." Bara memelintir bibir—menarik hingga menampar keras bibir Asa tanpa jeda.

Setelah Bara membuat Asa terluka dibagian ujung bibir, suasana menjadi sunyi manakala mereka saling tatap-tatapan. Napas mereka saling beradu menghirup oksigen yang di mana ruangan terasa sesak.

"Aca anak papah bukan, sih?" suara samar itu membuat Bara terdiam kaku seribu bahasa.

"Kenapa mamah sama papah," Asa terisak menarik napas sama saja menarik goresan pisau untuk membuat luka yang belum mengering itu menjadi basah kembali. "menganaktirikan, Aca?"

"Papah, sama mamah. Terlalu mentingin kakak. Sampai papah sama mamah, lupa kalau punya satu anak yang juga butuh kasih sayang juga."

"Papah sama mamah, ngelahirin Aca di dunia, buat apa sih? Buat dijadiin tempat luka kalian gitu? Karena ekonomi keluarga kita lagi turun drastis akibat faktor pandemi?"

"Aca enggak pernah ya, minta dilahirin di dunia. Apalagi lahir dikeluarga penuh drama yang enggak ada sebab akibat berubah drastis ini!!"

"Aca enggak sudi!!"

Bugh!

"Anak goblok!!!" muak Bara menendang perut sang putri dan memberikan pekulan pada pipi.

"Terus pah! Terus!!!" racau Asa yang masih kuat berbicara.

"BUAT ADEK MATI SEKALIAN! AYO PAH! PUKUL! SEKALIAN AMBIL CELURIT GOROK LEHER ADEK! PUKUL PAH!!" jerit Asa dari lubuk hati yang sudah begitu hancur.

Bara terdiam. Dia berjalan mundur dua langkah dengan menarik rambut frustasi. Seakan ia tersadar dari apa yang ia lakukan ketika melihat putri bungsunya.

"Kenapa pah? Capek? Capek nyakitin Aca?" Asa berusaha berdiri. "Papah capek?" ulangnya.

"Adek juga capek pah jadi korban. Berantem sama papah mamah. Ngeributin hal sepele yang seharusnya enggak jadi masalah besar kalau bisa dibicarain baik-baik."

Asavella tak bisa menahan tangis dan emosional yang membuldak. Ia benar-benar merasa lelah. Bahkan, Asavella sering membuang muka—tak kuat menatap wajah seorang pria yang sudah tua itu terdiam dan mendengar keluh kesahnya.

Asa menggeleng samar. "Adek enggak bisa jadi kakak, Pah. Adek enggak bisa jadi mamah ataupun papah. Sekeras apapun didikan Papah itu enggak bisa jadiin Adek kek Kakak atau Papah dan Mamah."

"ASAVELLA LAHIR. DICIPTAIN TUHAN, UNTUK MENJADI KARAKTER YANG NYATA! BUKAN MENJADI SEPERTI KALIAN!"

"CAPEK, PAH! ADEK MANUSIA JUGA BUTUH HEALING. BUTUH KASIH SAYANG. ADEK BISA MATI MUDA KALAU GINI! ADEK JUGA BUTUH ISTIRAHAT. ADEK BUKAN ROBOT!"

"MASALAH KAMAR? ADEK UDAH BERESIN! ADEK ENGGAK TAU KALAU BERANTAKAN!"

"Ada apa ini kok—dek? Kenapa?" Suara gadis berambut sepunggung itu dengan kedua tangan yang dipenuhi kantong belanjaan baru saja datang di tengah kegaduhan yang mencengkram. Raut khawatir itu membuat Asa ingin melempari dengan vas bunga.

Asa dan Bara menatap kehadiran Jysa yang baru saja pulang.

Asa mengerutkan alis. Lantas, Asa mulai mendekati Jysa dan menarik rambut Jysa tanpa ampunan sedikit pun.

"LO DALANGNYA JALANG!!!!" bentak Asa sembari memelintir—menarik rambut Jysa hingga mengakibatkan jeritan sakit dari Jysa. Sampai-sampai, tali masker duckbill Jysa putus karenanya.

"SAKIT, DEK! LO APAAN SIH! Gila Lo,ya! GUE BARU PULANG!" Jysa menjatuhkan barang belanjaannya dan mulai memukul-mukul lengan Asa.

"ELO YANG GILA! GARA GARA LO GUE KENA MARAH PAPAH! LO PINJAM BAJU GUE DAN LO JUGA YANG NGEBERANTAKIN 'KAN!"

"GUE CUMA PINJEM! SAKIT, DEK!!! LEPASIN!"

"KALO PINJEM BILANG BAJINGAN!"

"LO PALING TAU KALO GUE ENGGAK SUKA BARANG GUE LO PINJEM!"

"ACA!" Bara berjalan ke arah dua gadis yang sedang beradu. Mencoba membelah pertengkaran dua putrinya dengan sigap, Bara menarik tangan Asa yang terlihat jelas menarik kuat-kuat rambut Jysa hingga rontok.

Bara mendorong tubuh Asa hingga punggung gadis itu harus menatap ujung meja.

"Pah, sakit ...," rintih Jysa sembari menangis—berjongkok.

"Papah lihat dulu, papah harap enggak luka, kak," panik Bara sembari berjongkok mengusap-usap rambut Jysa dan memastikan tidak terluka.

Asa hanya bisa melihat dan menyaksikan adegan yang membuat jantungnya mencelos seakan sudah tak berbentuk. Ia pun mengumpat kata kata kotor.

"Adek, minta maaf." Instruksi Bara yang ditunjukan untuk Asa.

"Nggak apa-apa pah, Adek gak salah. Ini salah Ica." Sekali lagi drama ala Jysa mulai keluar.

"Adek minta maaf sama kakak kamu sekarang." Bara menoleh ke samping kanan melirik Asa dengan tatapan tajam.

"Kenapa Adek yang harus minta maaf, pah? Apa di keluarga kita diajarkan kata maaf, ya?" tanya Asa yang membuat Bara mengepalkan kedua tangannya sampai urat nadi terlihat jelas.

"Lantas, kenapa papah enggak minta maaf ke adek? Adek korban di sini."

Asa bisa melihat begitu jelas. Bagaimana urat nadi itu terlihat akibat kepalan Bara yang begitu erat.

"Kalo Adek minta maaf ke kakak. Berarti papah juga harus minta maaf ke Tuhan karena ENGGAK BISA JADI PAPAH YANG BAIK BUAT ADEK!"

"ACA!!"

Bugh!!

Suara satu hantaman kembali melesat pada pipi kanan Asa. Seusai memukul Asa, Bara terdiam. Menatap tangan berdosanya dengan penuh gemetar. Hal bodoh apa yang baru saja ia lakukan?

Jysa terkejut saat melihat Asa dipukul oleh Bara. Ini pertama kalinya Jysa melihat Bara semarah ini. Namun, Jysa menarik kurva tipis ke atas. Ini pertunjukan langkah yang tidak direncanakan Jysa.

Asa hanya bisa menyengir. Merintih. Menahan sakit yang tidak bisa dijelasin. Berusaha berdiri sempoyongan dengan berpegangan dinding.

"Papah gendong ya, dek." Suara husky yang sedari tadi membentaknya berubah menjadi pelan dan gemetar.

Asa tersenyum tipis untuk Bara sembari menggeleng menahan butiran air mata. Ini pertama kali Bara memperlihatkan rasa iba kepadanya. "Adek bukan anak yang lemah,pah. Adek masih bisa jalan. Luka Asa enggak seberapa dengan kakak. Kakak yang lebih butuh pengobatan."

Bara terdiam mendengar ucapan Asa. Memandangi punggung putri bungsunya yang tertatih-tatih hingga terjatuh—bangkit untuk bisa jalan sendiri dan menaiki anakan tangga.

"Maafin papah ya, dek. Papah cuma ingin kamu jadi gadis dewasa yang berguna," cicit samar Bara yang tidak bisa di dengar Asa atau Jysa.


ฅ^•ﻌ•^ฅ
Next?

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
284K 43.9K 35
R13+ S E L E S A I ⚠TEORI BERTEBARAN⚠ "ɢᴏᴏᴅ ʟᴏᴏᴋɪɴɢ ≠ ᴢᴇʀᴏ ᴘʀᴏʙʟᴇᴍ" **** Siapa sangka sekolah khusus perempuan yang mengutamakan kecantikkan ini memp...
39.9K 2.8K 13
Follow sebelum membaca!!! °°°°°°°°°°°°°°°° Mattheo Lakeswara seorang ketua dari geng motor yang bernama Brither. Cowok yang di segani dan di takuti o...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...