Beauty and The Clown

By yourkidlee

495K 111K 103K

Hari ini adalah hari penting pertemuan kembali para manusia-manusia Peridana setelah setahun berpisah karena... More

PROLOG: Selamat Pagi Dari Peridana Kusuma
Chapter 02: Pemilihan Tokoh Utama Laki-laki
Chapter 03: Berjuang Dahulu, Kecewa Kemudian
Chapter 04: Rubah Cantik Yang Memesona
Chapter 05: Pusat Perhatian si Pusat Perhatian
Chapter 06: Pujian Kecil Yang Menenangkan
Chapter 07: Ala Film Remaja Amerika
Chapter 08: Imut dan Wangi
Chapter 09: Tentang Hal-Hal Yang Tidak Kamu Sadari
Chapter 10: Sempurna Tanpa Celah
Chapter 11: A Barbie's Life
Chapter 12: Nasib Rubah Cantik Yang Malang
Chapter 13: Kamu Juga Manusia
Chapter 14: Undangan
Chapter 15: "Jangan Jadi Jahat"
Chapter 16: Dalam Diam, Seseorang Sedang Patah Hati
Chapter 17: Panutan Utama
Chapter 18: Muse
Chapter 19: Pelampiasan
Chapter 20: Hati Yang Yakin, Dengan Hati Yang Putus Asa
Chapter 21: Malam Mingguan Keluarga Bahtiar
Chapter 22: Buah Kerja Sama Tim
Chapter 23: Break The Rules
Chapter 24: Resah Yang Bertanya-tanya
Chapter 25: Sisa Hari
Chapter 26: Sesuatu Yang Hanya Bisa Dilihat Temanmu
Chapter 27: Masa Remaja Yang Rumit
Chapter 28: ROMANSA ORANG DEWASA YANG PENUH RAHASIA
Chapter 29: Overthinking
Chapter 30: Genre Action Yang Salah Pilih
Chapter 31: Saling Melindungi

Chapter 01: Selamat Sore Dari Keluarga Bahtiar

22.5K 3.9K 1.5K
By yourkidlee



Chapter 01: Selamat Sore Dari Keluarga Bahtiar



Selamat sore dari rumah Bapak Yusuf Bahtiar.

Rumah berwarna biru muda bernomer 8 RT 3, depan pos ronda RT.


Sore itu hening. Keadaan rumah sepi. Cukup aneh dan langka. Pintu terbuka lebar, tapi tak ada siapapun di ruang tamu yang menjaga.

Sampai sebuah teriakan memecah kediaman di sana.


"ASSALAMUALAIKUM!"


Gadis itu berteriak memberi salam sambil masuk ke pintu yang terbuka lebar. Seragam putihnya sudah keluar berantakan dari rok abu selutut, rambut pendeknya diikat asal, dengan tali tas selempang ditaruh di atas puncak kepala memasuki rumah.

Lala menoleh kanan kiri. Tak ada yang membalas. Ia mengernyit, mengangkat kedua tangan menarik tali tas dari atas kepalanya sambil melepas sepatu, menendangnya asal ke belakang pintu. Sambil berjalan cewek itu membuka kaos kaki, masih menoleh kanan kiri.

Cewek itu memegangi tali tas berjalan ke pintukamar terdekat dan membukanya, "Amas?" panggilnya melongok. Tersentak tak ada orang. Ia berbalik, "MAS???" teriaknya mulai nyaring.

Bentar... Perasaan abang-abangnya masih di rumah dan masih WFH? Kok pada ilang?

Lala menuju pintu kamar paling pojok hampir ke belakang halaman rumah. Pintu agak terbuka membuat Lala bisa melihat seseorang di sana. Ia menggerutu, mendekat sebal karna salamnya tidak dibalas.

"AKAAK!!!" teriak Lala langsung membuka lebar pintu membuat cowok dengan kaos oblong di ujung ranjang terloncat kaget. "Kenapa nggak jawab?!"

Pemuda itu melotot, menunjuk hape di samping telinga mengancam Lala tanpa suara untuk diam.

Lala mengatupkan bibir, memelankan suara jadinya. "Amas mana?"

Si kakak kedua mendecak pelan, menjawab tanpa suara. "Nggak tau. Sana!" usirnya menggerakkan mulut sambil melotot.

Lala mencuatkan bibir. Ingin berbalik pergi.

"Iya sayangggg aku besok jam tiga."

Gadis itu mengurungkan niat, langsung berbalik dengan mata memicing. Menempel ke daun pintu kamar.

"Nggak, nggak papa. Ya aku lah yang nganter kamu, ngapain pake gojek gojek punya pacar yang bisa diandelin, gesit semakin di depan gini. Yamaha aja kalah sama aku."

Lala refleks mengeluarkan lidah. Enek sendiri. Mana garing pula. Cewek yang ditelpon nggak semaput apa ya, apalagi denger suara berat yang sengaja direndah-rendahin dan sok lembut gitu.

Lala diam sejenak. Memperbaiki tali tas yang kini di bahu kirinya lalu melompat masuk kamar.

"LANAAA SAYAAANGGG!!!!"

Pemuda itu terlonjak setengah mati.

"LANAAAAA! LANAAAA TANGGUNG JAWAB DONG LANAAAA..." teriak Lala sengaja maju ke depan hape membuat sang kakak melotot maju mendorongnya kesal.

"LANAAAAA KAMU JANJINYA MAU NIK—HMMPPTT!" Lala menabok keras tangan Lana yang membekapnya, dan kembali maju ke depan hape. "LANA AYO NIKAHIN AKU! LANA TANGGUNG JAWAB SAYANG!"

Pemuda bernama Lana itu langsung mematikan sambungan. Meraih bantal dan memukulkan pada wajah Lala menyuruhnya diam. Membuat Lala menjerit kali ini langsung turun dari ranjang dan berlari kabur.

Gadis berambut sebahu yang masih memakai seragam SMA nya itu tertawa puas tapi juga histeris. Ia berlari ingin menuju kamarnya, tapi melihat seseorang memasuki rumah membuat Lala langsung membelokkan arah. Sementara Lana mengejar gadis mungil itu dengan sebal.

"Assalamualaikum—APALAGI TUHAAAANNN!" amuk Putra begitu saja saat baru selesai mengucap salam. Terdorong kaget Lala sudah ke belakangnya meminta perlindungan dengan Lana ke depan Putra mencoba meraih Lana.

"LALA MAS GANGGUIN AKU TERUS!" adu Lana ingin menarik Lala yang menjerit memegangi Putra membuat tubuh Putra tertarik pasrah membentenginya.

"MAAF YAMAHAAA," goda Lala dengan menyebalkan, tertawa puas melihat wajah gemas Lana yang ingin menariknya.

Putra menggeram, "UDAH UDAH INI ADA NASI PADANG NANTI AMBYAR!" katanya mengacungkan plastik di tangan di antara Lala dan Lana yang terus kejar-kejaran.


Rumah Keluarga Bahtiar.


Memang aneh kalau hening.


Karena isinya manusia-manusia toak yang hobinya teriak-teriak, entah emang mereka semua budeg ada gangguan pendengaran atau sudah darah daging meledak-ledak.

Dengan tiga saudara di sana: Putra, Lana, dan Lala.

Lala adalah satu-satunya wanita, karena sang ibu meninggal dunia di usia Lala lima tahun. Sementara Yusuf Bahtiar selaku ayah dulunya bekerja sebagai kontraktor. Tapi karena pandemik setahun yang lalu, kini membuka jasa antar barang online.

Si kakak pertama, Aldafi Putra atau biasa disapa Putra, mahasiswa tingkat akhir yang nunggu giliran sidang skripsi. Karena setahun terakhir, harus melalui antrian yang panjang. Jadi, hari-hari Putra diisi dengan mengurus rumah dan dua adik berisiknya. Sambil juga membuka jasa commission gambar dan les online untuk SMP.

Si kakak kedua, Alvaro Maulana. Orang-orang manggilnya Alvaro tapi di rumah nama dia Lana. Harusnya jadi maba, tapi setahun berlalu rasanya berlalu gitu aja tau-tau dia udah semester 3. Si anak band yang kerjaannya ngeluhin pandemik karna dia jadi nggak pernah perform lagi. Perlariannya gitu, mukul-mukulin panci atau ember rumah sebelum ketauan Ayah karna bakal ganggu para tetangga. Udah punya pacar sejak SMA kelas 11.

Jadi perempuan satu-satunya, si bungsu Alamea Dahlia jelas tumbuh jadi cewek maskulin yang tak kenal takut. Selama school from home pun Lala suka ikut Ayah kerja angkat-angkat barang, sampai tanpa sadar lengannya udah berotot.

Bisa dibilang Lala satu-satunya orang extrovert di rumah, karna Putra maupun Lana lebih suka mendekam di rumah sementara Lala suka nongkrong di pos ronda depan.

Tapi karna arahan pemerintah kemarin dilarang kumpul-kumpul, jadi Lala lebih suka ke warung Pak RT tak jauh dari rumah. Daripada gelut mulu sama Lana atau ngeganggu Putra yang waktu itu sibuk ngurus skripsi, dia lebih suka nemenin anak Pak RT jaga warung.


Tapi tak tau, karna itu lah mulai ada yang berubah dari cewek tomboy itu.



"Gimana sekolah?" tanya Putra duduk di ruang TV yang bersebelahan dengan ruang TV dengan bungkus nasi padang terbuka di depannya.

Sebenarnya ada meja makan, tapi tiga saudara itu duduk lesehan melingkar dengan Putra di tengah. Masing-masing membuka bungkus nasi padang yang lauknya sama: nasi, rendang, daun singkong, dan kerupuk.

"B aja," jawab Lala dengan kaki kanan terangkat menekuk lutut ke atas makan dengan santai.

Lana mengangkat sebelah alis. "Padahal tadi pagi siap-siap dari subuh, sisiran dandan, pake jaket, sampe nyari nyari parfum," ledeknya membuat Lala melirik sebal. "Napa? Gagal ketemu gebetan lu ya?"

Lala menggeram mengancam. Walau tak membalas karna Putra mendecak menyuruhnya melanjutkan makan.

Lana tertawa renyah dengan puas. "Pasti ngarepnya dapat sambutan, 'WAH ALAMEAAAA UDAH GLOW UP SEKARAAANGGG!'" kata Lana dengan gaya menyebalkan yang dibuat-buat. Lala menahan untuk tak menggerakkan kakinya menendang si kakak kedua itu.

"Semua udah normal? Udah belajar efektif?" tanya Putra fokus pada pembicaraan.

"Hm," jawab Lala malas-malasan. Teringat lagi gimana ekspetasi tingginya dipatahkan begitu saja.

"Walau gitu jangan lupa tetep rajin cuci tangan ya, La," ucap Putra mengingatkan.

"Iya, Amas," jawab Lala pasrah. "Oh ya. Lala kayaknya balik gabung basket buat ekskul."

"Kelas sebelas cuma sisa beberapa bulan, bentar lagi udah kelas 12 mau ujian. Kenapa masih mikir ekskul?" tanya Putra memandangi Lala yang menghabiskan nasi padangnya.

Lala mengunyah, menelannya lebih dulu sebelum menjawab. "Mas, setahunan Lala nggak ngapa-ngapain nggak ada gerak di rumah mulu. Lala mau gerak lagi. Nggak mau entar jadi kaum rebahan kayak Alvaro Maulana."

Lana yang asik mengumpulkan sisa-sisa nasi berbumbu jadi tersedak. Mengangkat wajah sebal pada si adik.


Ketukan di pintu membuat ketiganya terlonjak.

"Permisi..."

Putra, Lana, juga Lala kompak mengangkat wajah dan menoleh pada si suara manis yang terdengar malu-malu itu.

"Eung... Ivo udah pulang sekolah jadi aku pikir Lala juga udah balik...." Kata gadis berambut lurus dengan poni itu di ambang pintu terbuka.

Lala melebarkan mata dan menegak. "Bentar ya Teh Prita!" katanya teringat, segera mengemasi sisa-sisa nasi padangnya.

"Makan, Ta!" kata Lana basa basi, kembali sibuk dengan jemarinya menghabiskan sisa nasi.

"Iya..." jawab Prita, nama gadis itu, kini jadi menempel pada dinding pintu sambil melirik Putra yang dengan tenang menunduk menghabiskan nasi. Prita mengulum bibir ke dalam, gemas banget liat sisa-sisa bumbu rending di sekitar bibir Putra.

"Jangan lupa pel," kata Putra pada Lana, mengemasi kertas sisa makannya dan berdiri membuat Lana mendecak karna jadi yang terakhir.

"Eum Kak Putra!" panggil Prita sebelum Putra beranjak setelah berdiri. Putra menoleh, mengangkat kedua alis menjawab.

"Eung... Kata bapak, mau dibuat kelompok remaja masjid sama karang taruna di sini... Kak Putra bisa kan buat ikutan?" tanya Prita masih dengan manis.

"Remaja masjid?" Putra mengangkat sebelah alis.

Lana yang mendengar itu terkekeh, "Amas udah masuk golongan pakde kaleeee," kata Lana menertawai membuat Putra hanya memberikan lirikan tajam.

Lala keluar dari kamar membawa sebuah buku novel yang dipinjam dari Prita kemarin dengan kening berkerut. "Karang taruna? Teteh ikut?" tanyanya yang juga mendengarkan pembicaraan.

"Hm. Tapi kata bapak, karna pos rondanya di depan rumah kalian jadi nawarin anak Pak Yusuf buat jadi pemimpinnya," kata Prita yang memang anak dari Ketua RT kampung mereka.

Putra mengangguk-angguk mengerti. Membuat raut wajah Prita berbinar berharap dan menunggu.

"Atur aja," kata Putra membuat Prita makin riang, "Lana belum masuk kuliah offline. Dia bisa kapan aja."

Prita tersentak. Begitupula Lana yang baru saja selesai mengemasi bungkus nasi padangnya.

"La... Lana? .... Alvaro?" Prita mengerjap-ngerjap, lalu saling lirik pada Lana yang juga menoleh padanya masih dengan posisi duduk di lantai ruang tengah.

"Hm," sahut Putra kalem, lalu berbalik melanjutkan langkah masuk ke dalam dapur tanpa rasa bersalah.

Meninggalkan Prita yang masih terdiam dengan bibir terbuka kecil tak percaya.

Lala menghampiri gadis cantik itu, menyodorkan buku novel sambil menepuk-nepuk pundak Prita. "Dah dibilangin, jangan berharap sama anak cowok Bapak Yusuf. Nggak ada yang bener," katanya membuat Prita mengatupkan bibir rapat.

Lana berdiri dari tempatnya, menolehkan kepala pada Prita. "Tenang. Ada Alvaro di sana, kelompoknya pasti bakal rame," katanya dengan gaya sombong percaya diri.

Prita menghela nafas. Raut wajahnya berubah drastis menatap Lana tajam. "Cuci tangan lo dulu baru ngebacot," katanya mengomel kasar membuat Lana ingin mengumpat pada teman sebayanya kalau saja sedang tidak ada Lala di antara mereka.

Prita mencibir pada Lana yang berbalik masuk ke dapur, lalu menoleh pada Lala. "Ke rumah teteh aja yuk. Tiba-tiba pengen karaokean lagu Kangen Band yang Pujaan Hati," kata Prita dengan nada putus asa.

Lala terkekeh, "emang entar aku mau ke sana kali. Teteh aja yang nggak sabaran nyamper ke sini."

Prita mendengus, "biasalah," katanya dengan gaya bicara anak yang sedang viral.

Gadis cantik itu merapatkan bibir, melirik ke arah dalam rumah Lala dengan pandangan putus asa. "Menyicil perasaan."

Lala memandangi itu. Ia kemudian menghela nafas melipat kedua tangan bersandar di dinding pintu. "Ternyata ini rasanya," katanya membuat Prita jadi mengernyit, "baper sama ekspetasi sendiri yang udah jelas nggak mungkin terjadi tapi masih aja diharepin."

Prita mendelik, agak tersinggung jelas. Ya gimana ya. Prita dari kecil udah naksir kakak pertama Lala itu sejak dia tau suka-sukaan di kelas 3 SD dan Putra kelas 6 SD. Udah 10 tahun lebih hubungan Prita sama Putra gini-gini aja. Tetanggaan. Rasanya jelas sih nggak mungkin ada love line di sini tapi Prita masih pengen aja ngarep tiba-tiba datang keajaiban Putra datang ke rumah bukan lagi buat beli gas atau beras di warung Prita tapi bawa seserahan ngelamar Prita untuk nikah.

Prita mengerjap, jadi tersadar sesuatu. Segera menghentikan kehaluannya yang kalau dibiarin sedetik aja akan lanjut sampai nggak abis-abis. Dia udah tiga kali ganti nama calon anak sama Putra karena sering keterusan ngayal.

Prita jadi mengerutkan kening memandang Lala. "Kamu naksir orang?" tanyanya menebak.

Lala menghembuskan nafas berat, bersender dengan ekspresi memelas memandang jauh ke jalanan depan rumah. "Syukurnya belum," jawabnya dengan lemas. "Kayaknya otakku udah kotor dan terkontaminasi cerita genre komedi romantis dengan peran utama cowok perfect di drama Korea sampai aku pikir... aku bisa seperti Son Yejin. Jadi peran utama wanitanya."

Prita mengernyit. "Kita semua peran utama kali, La, di hidup kita masing-masing," balasnya menghibur.

Lala malah tertawa. "Inget nih. Itu quote di novel ini kan?" katanya menunjuk novel di tangan Prita.

"Masalahnya teh, cerita aku tuh belum tau konsepnya apa. Genrenya apa. Siapa peran utamanya. Yang ada aku tuh cuma penonton, figuran doang di samping peran utama," lanjutnya mendumel sendiri mengingat bagaimana seharian Laila selalu jadi pusat perhatian.

Prita merapatkan bibir membuat kedua pipi bulatnya makin maju naik. Kalau udah begini Prita udah kayak teman seumuran Lala yang masih kelas sebelas SMA bukannya mahasiswa semester tiga. Prita mengerjap-ngerjap, berpikir diam.

"Berarti kamu harus gerak, La," kata Prita membuat Lala mengernyit tak paham. "Ya sama aja, mana bisa sebuah film itu ada kalau pemainnya nggak shooting. Kamu harus gerak lah, berpetualang. Cari cerita mu sendiri."

Lala mengerutkan kening dengan kepala agak miring menatap Prita. "Kayak teteh selalu berusaha gerak buat Amas?" tanyanya dengan polos membuat Prita agak tertohok.

"Ya... y-ya.... Iya," Prita mengangguk dengan setengah ikhlas. "TAPI!" serunya meninggi tiba-tiba, "Cerita ku belum tamat. Aku belum tau endingnya apa. Walau... masih berputar-putar di sini aja."

Lala merapatkan bibir, melengos pelan. Ia jadi menggerakkan wajah, memandang jauh menerawang menyandar pada pintu rumahnya.


"Terus.... Siapa peran utama cowoknya, Teh?"




















**

Author note:

GA NYANGKA LINE UP NYA DISAMBUT HUHUHUHUHU


Sebenarnya, aku sempat bingung namain cerita ini.

Karna awal plot memakai POV pertama, tapi sepanjang nyusun Putra sama Lana aktif dan sayang aja kalau kisah mereka gak diceritakan juga jadi diganti POV ketiga. Lalu tersadar cerita ini jadi lebih ke family-genre karna itu sempat bimbang ((padahal mau dipost pas KING end kemaren tp ketunda gara gara ini))

Kalau ingat di base pernah nanya 00z apa day6 karna dari dulu mau bikin cerita wonpil dowoon (plis keknya Cuma di day6 gue naksir maknae line) sementara saat itu lagi naksir ryujin juga. Terus yaudah tanpa liat hasil polling ((TERUS NGAPAIN BIKIN POLLING COBA)) aku satuin aja dah.

Jadi kayaknya cerita ini dominan haha hihi Putra, Lana, Lala.

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
1.1M 43.5K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
814K 96.9K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...