Oneshoot ROSÉ and Boys

By im_fanse

90.8K 8K 1.3K

Perkumpulan shipper Rosé ada disini.... More

Not brother (Jaerosé)✓
moodbosteer (Rosékook)✓
lovely owner (Taerosé)✓
jametzzz (Bangtansé)✓
my big baby (Bbangrosé)✓
teacher (Jisung x Rosé)✓
tsundere(Kwon twins x Rosé)✓
future husband (Yongrosé)✓
halal boys(Winrosé)✓
forget him (Doysé)✓
i need her (Chenle x Rosé)✓
regretting marriage (Wonwoo x Rosé)✓
i hate but i love (spesial Yongrosé)✓
lucky boy (spesial Jaerosé)✓
cute relationship (Gyurosé)✓
meet him (Kunrosé)✓
what happened in room 365 (Hunrosé)✓
Gay or Guy (Chanrosé)✓
secret admirer (Eunrosé)✓
obsessed (Jinrosé)✓
sedative (Jaemrosé)✓
last stage love (Hanbin x Rosé)✓
first love (Harusé)✓
lady Roseanne (Jenosé)✓
project sacrifice (Renjun x Rosé)✓
freaking boys (Yugyeom x Rosé)✓
first time (Songkang x Rosé)✓
favorit girl (Ten x Rosé)✓
friendzone (Haosé)✓
Life (Marksé)✓
pregnancy (Scoupsé)✓
friendzone pt2 (Joshua x Rosé)✓
girlfriend (spesial Haosé)✓
for one month(Felixsé)✓
ex (Jun x Rosé)
seniors (spesial Rosékook)✓
i can(t) selfish (pt.3 Yongrosé)✓
neighbors (Baekrosé)✓
different (Jeonghansé)✓

forever mine (Johnny x Rosé)✓

1.9K 204 24
By im_fanse

Rosé menaikan maskernya hingga sampai bawah mata, lalu tatapannya menajam.

"Udah dibilangin rest aja kenapa ngeyel sih." Gumam Rosé seraya berjalan.

"Joni!" Pria tinggi berotot menoleh kebelakang dan menghentikan aktifitasnya.

"Rosé, kenapa kesini?" Nampak pria itu sangat terkejut akan kedatangan kekasihnya sendiri.

Rosé bukannya menjawab tetapi dia menatap sinis kearah perempuan disamping Johnny. Bukan apa, tetapi wanita itu berpura-pura bodoh didepan kekasihnya itu dan membuat Johny selalu memperhatikannya.

"Katanya ke gym cuman fitnes tapi kok-"

"Rosé aku kan masih kerja disini, masih tanggung jawab aku dong buat ngajarin fitnes orang-orang yang belum tau cara pakainya." Selalu itu, Rosé tidak masalah tapi yang menjadi masalahnya kenapa harus selalu Johny, padahal yang lain masih banyak.

"Saking sibuknya ngajarin orang buat sehat sampe lupa jemput pacarnya sendiri!" Lalu Rosé mulai pergi dengan keadaan kesal.

"Loh Rosé." Johny menaruh barbel yang sebelumnya ia bawa lalu mengejar Rosé yang sedang kesal.

"Oke oke aku salah aku minta maaf oke, please don't be childish. Kamu tau kan ini termasuk hobi aku."

"Siapa yang childish sih, sekarang aku tanya cewek mana yang rela cowoknya dipepetin cewek gatel kayak dia. Mentang-mentang montok!" Rosé tanpa malu atau sungkan langsung menunjuk perempuan tadi yang masih menyaksikan mereka berdua.

Johnny menurunkan tangan Rosé, "Listen to me Rosie, jangan bawa-bawa orang lain. Ini masalah kita."

Rosé menatap Johnny kesal, dia tidak percaya bukannya mengoreksi kesalahannya dia malah membela perempuan itu.

"Aku mau pulang!"

"Rosie." Johnny membiarkan Rosé, kali ini dia tidak akan mengejar lagi. Toh lagipula kalo dikejar mereka malah akan bertengkar Johnny tau Rosé itu sangat keras kepala jadi bukan waktu yang tepat untuk mengejarnya saat ini apalagi dia dalam keadaan marah, pasti akan sangat sulit.

"Uhuk uhuk!" Lisa menatap Rosé prihatin.

"Makanya kalo nyanyi tuh jangan teriak-teriak kayak dihutan. Jadi serak kan suara lo." Lisa memberikan Rosé minum sambil memeganginya.

"Kalo nggak gitu gue nggak bakal lega."

"Hih gue ikut kesel masa, padahal gue belum ketemu sama cewek gatel itu tapi kok gue ikut emosi sih."

Rosé mengelap bibirnya untuk menghilangkan sisa air yang tertinggal di mulutnya.

"Mana Johny juga belain lagi, gimana ya kalo gue maksa dia rest darisitu nanti dikira gue nggak hargain dia karena nggak mau nerima hobinya."

"Masalahnya gini Sé, nggak masalah kalo cowok lo fitness karena hobinya. Tapi masalahnya tuh tiap hari dia jadi deket sama cewek-cewek yang ada disana mana cuman pake bikini doang lagi, pasti iman Johnny tiap hari kegoda terus."

Kan jadi makin overthinking Rosé nya. Dia ngerasa serba salah terus tiap hari, kalo terus nekan Johny nanti dikira dia terlalu posesif sama childish tapi kalo dibiarin Rosé bakal makan hati tiap hari.

"Nggak usah mewek, yuk cabut cari hiburan." Lisa menarik tangan Rosé dan memaksanya berdiri meninggalkan tempat karaoke yang sebelumnya dijadikan Rosé pelampiasan. Anak vokal memang beda yah.

"Kemana gue nggak mau kalo disuruh ngejek monyetnya pak Agus."

"Oh tenang ini lebih ekstrim kok."

"Jangan aneh-aneh Lis!" Peringat Rosé, bukan apa masalahnya teman Rosé yang satu ini suka mengadi ngadi. Kadang mereka selalu godain monyetnya pak Agus yang dikandang sampe ngamuk-ngamuk. Tapi anehnya mereka malah ketawa, kan gila.

Ada lagi satu mereka juga suka godain anjing komplek sebelah karena asik aja gitu, apalagi tuh anjing sampe menggonggong gede. Asli asik banget.

Rosé turun dari motor Lisa dan melepas helmnya dengan tidak santai.

"Besok besok gue nggak mau lagi deh kayak gitu, kalo dipikir-pikir kurang kerjaan anjing!"

"Anak ngen, tapi lo juga bisa ketawa lepas kan tadi." Sahut Lisa dan menerima helm yang Rosé berikan padanya.

"Nih gue nitip lagi helm gue."

"Kenapa nitip terus sih, kalo dipinjem mak gue gimana?" Alasan Lisa agar Rosé tak menitipkan helmnya lagi padanya.

"Kalo bude Sumiyati yang pakek nggak papa deh- aduh anj." Rosé mengusap kepalanya akibat Lisa yang memukulnya dengan helm.

"Nama mak gue legen makanya jangan asal sebut, gue pulang dulu ya anak ngen." Lisa langsung menyalakan motornya dan pergi dari rumah Rosé.

"Iya anaknya bude Sumiyati."

"Bajing, awas aja besok!" Teriak Lisa dari kejauhan.

Rosé pun mulai masuk dan membuka pagar rumahnya. Namun saat sudah sampai teras rumah dia mendapati ayahnya dengan Johnny yang sedang berbincang diluar.

"Assalamualaikum." Rosé mencium tangan ayahnya.

"Nah ini udah pulang pacar kamu bapak tinggal masuk dulu ya. Makasih loh nak Johnny martabaknya hehe." Ayahnya mulai masuk tak lupa sambil menenteng plastik martabak yang Johnny belikan tadi.

Tersisalah Rosé dan Johny yang hanya berdua disana, hari sudah malam. Tidak biasanya Johnny datang kemari tanpa mengabari dulu atau Rosé nya saja yang tak membuka ponsel selama seharian karena sibuk main sama Lisa.

"Udah lama?" Tanya Rosé setelah melepaskan jaketnya dan duduk di kursi teras.

"Udah, dari sore tadi malahan."

"Kok nggak ngabarin?"

Johny tersenyum lalu mengusap kepala Rosé, "Kamu aja belum lihat pesan whatsapp aku."

Sepertinya benar, Rosé nya saja yang tidak membuka ponselnya seharian.

"O."

"Nih martabak." Johny menyodorkan plastik yang berisi martabak kearah Rosé.

"Tadi kan udah."

"Itu buat bapak sama ibuk." Rosé berdecak.

"Satu aja lagian yang satu tadi belum tentu habis. Aku dah makan roti bakar tadi sama Lisa."

"Meskipun kamu mau makan roti bakar banyak pun pasti martabaknya nanti juga bakal habis ke kamu. Buat stok nanti kalo kamu kebangun tengah malem." Johnny tetap kekeuh ingin memberikan Rosé martabaknya. Anggap aja buat luluhin dia biar nggak ngambek.

"Ck,.iyaaa." Rosé pun terpaksa mengambil martabaknya. Benar juga mau sebanyak apapun Rosé makan pasti nanti martabaknya juga bakal habis ke dia. Dia kan hobi makan.

"Nggak pulang? Dah malem nih."

"Masih marah?"

"Nggak tau!"

"Oke, masih marah."

"Udah enggak?"

"Masa?" Rosé menghela nafas, terkadang ini Johny suka bikin kesel dia deh.

"Mau solat isya dulu, kamu pulang sana."

"Yaudah solat aja aku tungguin."

"Nggak. Kamu langsung pulang aja." Rosé masih keras kepala. Jujur dia untuk saat ini malas bertemu dengan kekasihnya sendiri.

Johny berdiri didepan Rosé, ia sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Rosé yang lebih pendek.

"Maaf."

"For what?"

"Semuanya, semuanya yang kamu nggak suka dari aku. Aku minta maaf karena nggak bisa menuhin segala keinginan kamu."

"Kalo aku ngasih maaf pun percuma. Percuma juga kamu nggak bisa berubah."

"Terus apa yang harus aku lakuin biar kamu bisa maafin aku."

"Kamu masih nanya ke aku? Kamu pasti tau kan apa yang harus kamu lakuin." Johnny menghela nafasnya. Ini sulit dan berat baginya.

"Terkadang dalam suatu hal kamu perlu ngorbanin sesuatu demi sebuah tujuan. Kalo emang kamu serius sama aku tinggalin tempat itu, aku nggak nyuruh kamu berhenti dari hobi kamu. Kamu hanya perlu ninggalin masa lalumu yang berada disana. Johny udah tiga tahun ini apa kamu nggak bisa lupain dia."

Johny masih diam tak menjawab apapun. Dia senantiasa menatap Rosé.

"Aku pikir kamu emang tergila-gila sama hobi kamu itu. Tapi nyatanya enggak, masa lalumu masih tertinggal disana. Aku nggak bisa Johny kalo kamu gitu terus."

Rosé menghela nafas, "Aku kasih kamu waktu. Aku nggak bakal ngasih batas waktu ke kamu terserah kapan kamu mau datang ke aku dan ngambil keputusan yang udah kamu pikirin. Aku masuk dulu makasih martabaknya."

Rosé masuk meninggalkan Johny yang masih berdiri disana. Iya tau tidak sopan meninggalkan tamu sebelum tamu itu berpamitan sendiri. Tapi Rosé yakin Johny tidak akan melakukan itu terlebih dahulu.

Sesampainya dikamar Rosé pun mulai terisak kecil.

"Halo Lis."

"Iya Rosé, gimana semuanya sesuai apa yang udah kamu atur kan?" Tanya Lisa melalui sambungan telepon mereka.

"Gue takut Lis, gue takut kalo pilihannya Johny beda dari apa yang gue pikirin, gue belum siap Lis."

"Rosé, lo nggak boleh berpikir negatif dulu. Emang lo mau terus-terusan stay sama orang yang bahkan hatinya masih buat orang lain."

Sudah seminggu Rosé tidak bertemu dengan Johny sejak Rosé memberikan pilihan pada Johnny pria itu tidak pernah datang bahkan hanya sekedar bertemu di jalan.

"LASTRIII ANAKNYA BAPAK TONO, AYO BERANGKAT." Lagi enak-enaknya sedang galau karena di ghosting tiba-tiba anaknya bude Sumiyati datang tidak diundang teriak-teriak kayak nagih utang.

Rosé pun keluar sambil menenteng helmnya dan menghampiri Lisa.

"Heh bapak gue masih dirumah, njing!"

"Hah! Masak, eh gimana nih gue kirain dah berangkat kerja."

"Hayooo, Lisa nanti kena marah bapak Tono."

"Kok lo nggak ngomong sih!" Lisa sudah panik dan mukanya sudah penuh dengan keringat dingin.

"Ya mana gue tau sih, kan belum persiapan." Dalam hati Rosé sudah tertawa puas sekali. Seketika rasa sedih karena dighostingin pun hilang.

"Gue bercanda yuk berangkat." Rosé naik ke motor Lisa dan memakai helmnya.

"Eh bentar bentar, itu mata lo kok kendor sih kayak lemaknya bapak Tono. Habis nangis ya lo."

"Mana ada!" Sanggah Rosé sambil memegangi matanya yang sembab.

"Jangan coba-coba ngelak, lo habis nangis ini keliatan banget." Lisa masih memaksa Rosé untuk mengaku, kemudian tak lama dia malah menangis didepan Lisa.

"Huuuaaa gue di ghosting sama Johny, Lis."

"Kan pasti lo nangis gara-gara ini." Lisa membuka tas nya dan memberikan tisu ke Rosé.

"Gue kangen banget sama dia, Lis. Udah semingguan dia nggak kerumah gue nggak ngabarin gue sejak gue ngasih pilihan ke dia. Ayo kita ke gym aja Lis buat datengin dia."

"Nggak, nggak bisa Rosé. Kalo lo nyamperin dia duluan itu berarti lo kalah Rosé. Lo harus cuek sama harus bersikap egois, ini buat negasin ke dia kalo dia nggak boleh main-main sama yang namanya perasaan."

Rosé adalah tipikal orang yang egois tetapi untuk Johnny dia rela mengalah. Memang kalo udah jadi bucin bisa mengalahkan segalanya ya.



Setelah balik dari kampus Rosé tidak langsung pulang kerumah tapi dia berhenti didepan gym tempat kekasihnya bekerja. Tadi Lisa sempat menawarinya untuk pulang bareng tapi Rosé nya nolak alasannya mau ke perpustakaan dulu tapi taunya malah pulang naik angkot.

"Masuk nggak ya?" Rosé masih berada di seberang jalan menatap ragu tempat didepannya ini.

BRUK.

"Ah sorry sorry." Rosé membantu perempuan dibelakangnya yang ia tabrak tadi.

"Nggak papa- eh Rosé kan?" Rosé awalnya tidak sadar tapi raut wajahnya berubah datar saat mengetahui perempuan ini adalah sumber masalah dari hubungan Rosé dan Johnny.

"Sok kenal." Cibir Rosé dengan suara pelan. Perempuan didepannya itu mendengarnya tapi ia hanya tersenyum tipis saja.

"Masih ada dendam kesumat ya sama gue?"

"Loh situ nanya?" Ini kayaknya Rosé lagi pengen ribut deh. Nggak tau seharian ini dia pengennya marah-marah aja karena di ghostingin mulu. Nggak salah kan kalo dilampiasin sama cewek satu ini.

"Pasti lah masih, gue kan gatel." Ahaha bangsat nyadar juga dia.

"Lo mau masuk?" Rosé mengernyit, ini manusia satu kirain juga bakal sinis ke Rosé tapi kok jadi ramah gini.

"Apasih sok tau!" Sarkas Rosé, bener bener nyari ribut nih.

"Kalo kesini cuman nyari Johnny, dia udah ngga kerja disini sejak seminggu yang lalu."

"Hah? Gimana?!"

"Iya, dia rest dari sini sejak seminggu lalu. Nggak tau sih alasannya apa cuman bos dan Tuhan yang tau." Rosé bingung kok bisa sih.

"Gue duluan ya." Setelah pamit perempuan itu mulai menyebrang jalan dan masuk ke gym.

Rosé masih dengan keadaan bingung, "Maksudnya Johnny tuh apaan sih, emang sengaja mau ngilang ya!" Air mata Rosé mulai turun, ia menangis ditempat sambil berjalan untuk pulang.

Karena dia menangis dijalan otomatis banyak pengguna jalan yang menatapnya bingung dan prihatin. Bahkan tadi dia juga diliatin sama orang gila pinggir jalan.

"Rosé!" Rosé menghentikan tangisannya saat ada yang memanggil namanya dari belakang.

"Johnny!" Johnny turun dari motor dan menghampiri Rosé setelah itu dia memeluk gadis itu erat.

"Kamu kemana aja sih, aku dari tadi nungguin kamu didepan rumahmu loh."

"Sejak kapan?"

"Dari tadi pagi."

"Kenapa? Kenapa nggak ngabarin dulu kenapa nggak pernah nemuin aku dan ngilang gitu aja!" Rosé memukul mukul dada Johny dan itu nampak menggemaskan dimata Johny.

"Maaf, aku seminggu ini sibuk nyari pekerjaan baru, dan Alhamdulillah kemarin aku dapet meskipun cuman jadi barista aja, terus kemarin ponselku rusak karena masuk ke got jadi yah gitulah." Rosé tercengang.

"Kamu—"

"Iya Rosé aku milih kamu. Aku udah ninggalin segala kenangan aku disitu, meskipun masih agak berat tapi aku lakuin demi kamu."

Rosé mulai memeluk Johnny sampai pria itu hampir ke jengkang kebelakang saking kuatnya dorongan Rosé.

"Jangan ngilang lagi!"

"Nggak akan pernah Rosie."


Kepencet bye yaudah ke upload

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 13.5K 25
18+ Pecinta tt garis besar. Pengusaha kaya raya, Aarav Arsenio menyukai gadis montok Whynnie Olivia secara ugal-ugalan. Semua bentuk badan Oliv, Ayan...
556K 45K 46
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
184K 12K 33
(DS) : BOYSLOVE AREA!
224K 20.8K 72
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.