Devil Psycho

By bloodkills

44.6K 2.3K 170

Ken Ethan Smith. Lelaki culun, pendiam, cupu dan penakut. Sering dibully oleh temannya kini berubah menjadi p... More

Prolog
Bagian 1 : Who Are You?
Bagian 2 : Rindu.
Bagian 3 : Saling Mengenal.
Bagian 4 : Bertahan.
Bagian 5 : Jadi Gimana?
Bagian 6 : Deal.
Bagian 7 : Thea Alexandra.
Bagian 8 : Aksi Ken.
Bagian 9 : Melepas Rindu.
Bagian 10 : Rencana.
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14 : Kehilangan.
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17 : Berubah.
Bagian 18 : Salah Masuk Perangkap.
Bagian 19 : Permainan Thea.
Bagian 20 : Beatiful Moment.
Bagian 21 : Dikeluarkan?
Bagian 23 : Masalah Baru.
Bagian 24 : Sebenarnya Ada Apa?
Bagian 25 : Im Jealous?

Bagian 22 : Keputusan.

914 52 5
By bloodkills

"Hilangkan perasaan mu, balas dendam akan berhasil ketika kamu tak berperasaan."
-Vincenzo Cassano

***

Hai! Welcome back! Kita update lagi nih sebelum menjelang hari raya hehehe..

Ok enjoy reading ya! Hope u guys like it! ❤

***

Jam istirahat tiba. Iya, Thea menghampiri Ken ke kelasnya duluan untuk ke kantin bersama.
Ternyata dilihatnya, Ken yang posisinya ingin membuang sampah ke tong sampah depan kelas membuat Thea melakukan ide jahilnya.

Buru-buru Thea langsung mengumpat di belakang pintu kelas untuk melakukan aksinya.

"Dor!" ucap Thea berusaha membuat Ken terkejut.

"Astaga ayam kucing kambing!" latah Ken karena terkejut atas ide jahil Thea.

"HAHAHA, Ken, itu beneran lo kaget sampe kaya gitu?" Thea tertawa terbahak-bahak.

"Ya.. iya! Emang kenapa? Lo sih segala pake acara ngagetin, ngapain coba?!" Ken kesal dengan ulah Thea.

"Hahaha, ga nyangka gue lo kaget nya sampe kayak gitu banget, segala kambing dibawa-bawa lagi! Hahaha.." Thea masih tertawa karena latah kaget Ken yang tadi yang ia pikir itu sangat lucu.

"Mending ya The kalo cuman nyebut ayam kucing kambing! Coba kalo tadi gue kalap sampe nyebut yang ngga-ngga gimana? Bisa abis gue," ucap Ken sarkastik.

"Hahaha, yaudah-yaudah sorry. Ayok ke kantin Ken! Gue laper," ajak Thea langsung dengan tujuannya.

"Tumben amat orang kaya lo laper The, padahal dulu ya, sebelum gue kenal lo nih, jarang banget tuh gue liat lo ke kantin, eh apa gue nya juga ya yang suka mendem di kelas doang?" ucap Ken bermonolog sambil jalan di koridor menuju ke kantin.

"Iya, itu mah lo nya juga yang suka ngurung di kelas aja, gue mah ngga wle!"

"Dih! Tapi lo juga ya bukannya ke kantin malah demennya di rooftop yang panas-panas!" ucap Ken tak mau kalah.

"Panas-panas juga, tapi bikin hati dan pikiran adem Ken, mending panas karena matahari daripada panas dengerin omongan tetangga!"

"Hahaha, iya sih. Bisa aja lo."

Saat asik-asiknya berbincang ria di tengah koridor. Ternyata di arah koridor dekat gerbang sekolah sekolah, ramai sekali siswa-siswi disana. Dan, ternyata penyebabnya terdapat kedatangan orang tua Andrew ke sekolah yang baru saja ingin pulang dari ruang konseling.

Siswa-siswi yang ada disana terlihat memandang Andrew beserta orang tua dengan tatapan tak suka bahkan benci.

"Kasian mama papa, mereka gatau apa-apa tapi sekarang malah ikut-ikutan di benci juga sama orang sekolah.." batin Ken dalam hati tapi dengan segera ia acuhkan.

"Ken..?" Thea langsung membuyarkan lamunan Ken yang sedang termenung.

"Kenapa lagi? Masih mikirin abang lo itu?" ucap Thea dengan masih lanjut jalan beberapa langkah lagi.

"The, gue ga tega banget ngeliat bang Andrew, mama, papa juga."

"Udah gue duga, Ken-Ken. Udah ga usah terlalu dipikirin dulu ah. Mending kita langsung ke kantin, gue udah laper banget ini," rengek Thea.

"Yaudah, yuk." Ken berjalan mendahului Thea.

"Yeh, tadi aja ngerocos bareng sekarang malah ninggalin," cerocos Thea lalu menyamakan langkah kaki nya dengan Ken.

Di kantin tidak terlalu ramai, karena orang-orang lebih terfokus kepada Andrew. Jadi Ken dan Thea tidak perlu susah-susah mencari bangku yang kosong.

"Ken, mau makan apa?" tanya Thea, tapi yang ditanya tidak ada jawaban, seperti berbicara dengan tembok.

"Ken," ucap Thea sambil menepuk bahu Ken.

"Eh, sorry. Kenapa, The?" Ken baru saja tersadar dari lamunannya.

"Yeh, ngelamun mulu sih lo daritadi. Lo mau makan apa, biar gue pesenin nih."

"Samain aja kaya lo," balas Ken.

"Oh, yaudah. Bentar ya gue pesenin dulu."

Tidak perlu menunggu lama, Thea sudah kembali membawa dua mangkuk bakso. Lalu ia memberikan satu mangkuk itu untuk Ken.

"Makasih, The."

***

Sementara di lain waktu tadi Andrew menjalankan hukuman nya dengan gelisah, tak tenang.  Ia sangat kepikiran sekali bagaimana reaksi orang tua nya saat tau hal ini.

"Pasti sebentar lagi mama sama papa bakalan sampe, gue ga bisa bayangin gimana reaksi mereka berdua," ucap Andrew dalam hati.

Tok Tok Tok

"Aduh, mampus pasti itu mama sama papa."

"Iya, silahkan masuk pak, bu," ucap Bu Jasmin.

Saat dipersilahkan masuk, orang tua Andrew pun membuka pintunya. Andrew hanya bisa tertunduk dan ia tidak berani menatap kedua orang tua nya.

"Permisi, Bu. Kami orang tua dari Andrew," ucap Kintan.

"Ah, iya. Silahkan duduk bapak, ibu. Saya mau menghubungi kepala sekolah dulu."

Setelah mempersilahkan kedua orang tua Andrew untuk duduk, Bu Jasmin langsung menelpon kepala sekolah untuk datang ke ruang BK.

Tok Tok Tok

Mendengar suara ketukan pintu, Bu Jasmin segera membukakan pintunya.

"Silahkan masuk, Pak. Itu orang tua nya Andrew sudah menunggu."

"Mohon maaf Bapak dan Ibu karena sudah menunggu lama," ucap kepala sekolah, lalu duduk di kursi.

"Tidak apa-apa, pak," balas Bara.

"Sebelumnya, apa Bapak dan Ibu sudah mendengar atau mengetahui perihal berita anak Bapak dan Ibu yang saat ini sedang dibicarakan seluruh warga sekolah? Yang pasti itu menyangkut dengan sikap dan peraturan sekolah Pak, Bu."

"Ehm. Belum, pak. Emang nya ada apa ya?" tanya Kintan bingung.

"Baik, jadi Andrew telah melakukan hal yang sangat memalukan sekali yang tentunya bisa merusak nama baik keluarga bapak dan ibu bahkan merusak nama baik sekolah," terang Kepala Sekolah.

"Memangnya apa yang sudah Andrew perbuat, Pak?" tanya Kintan lagi. Bara sedaritadi hanya diam tak buka suara, menunggu kepala sekolah memberitahu yang ia maksud.

Lalu Pak Kus secepatnya menunjukkan foto Andrew yang sedang trending di kalangan sekolah itu. Betapa terkejutnya kedua orang tua nya setelah melihat itu.

"ANDREW, APA BENAR ITU KAMU?!" 

Bara langsung buka suara setelah melihatnya. Andrew yang daritadi hanya menunduk, mendengar papanya berteriak seperti itu sangat terkejut, tetapi dia masih tidak berani menjawab. Mulutnya masih terlalu kaku untuk mengatakan itu.

"JAWAB, DRE. APA ITU BENAR KAMU?"

"Pah, udah jangan teriak-teriak. Ini di sekolah." Kintan berusaha menenangkan.

"Di sini saya tidak mau banyak basa-basi. Perbuatan Andrew itu sangat mempermalukan nama sekolah, dan juga berita itu sudah membuat kegaduhan di sekolah ini. Untuk itu pihak sekolah mengskors bahkan bisa mengeluarkan Andrew dari sekolah demi kebaikan bersama," jelas kepala sekolah.

"Ga bisa gitu dong, pak. Itu kan belum tentu Andrew," bela Kintan.

"Ini sudah jelas yang di foto Andrew, Bu. Tidak ada pembelaan lagi."

"Tapi masa iya Andrew harus diskors, kan mungkin saja dia cuma dijebak."

"Iya, pak. Apa yang diucapkan mama saya benar, saya itu cuma dijebak."

Sekian lama Andrew diam, akhirnya dia memberanikan diri untuk bersuara.

"ANDREW, MENDING KAMU DIAM. PERBUATAN KAMU ITU SUDAH MEMBUAT PAPA MALU!" teriak Bara sambil menggebrak meja.

Mendengar itu, Kintan segera memeluk Andrew untuk menenangkan anaknya.

"Tenang, pak. Pasti bapak sangat kecewa dengan Andrew, tapi jangan sampai membuat kegaduhan di sekolah," ucap Bu Jasmin.

Mendengar itu, Pak Bara langsung terdiam dan menatap Andrew dengan tatapan yang sangat tajam. Andrew yang merasa diperhatikan oleh papa nya pun hanya bisa terdiam.

"Pak, ini ga ada keringanan untuk Andrew?"

"Ini sudah keputusan semua guru-guru, Bu."

"Saya sangat yakin bahwa Andrew dijebak sama orang. Beri Andrew waktu untuk membuktikan nya, pak," mohon Kintan.

"Oke, kalau begitu saya kasih waktu Andrew untuk membuktikan nya selama sebulan. Jika sudah sebulan Andrew tidak membuktikan juga, dengan berat hati pihak sekolah akan mengeluarkan Andrew. Tetapi selama mencari bukti ini, Andrew untuk sementara tidak boleh ke sekolah dulu."

"Masa gitu, pak. Terus nanti saya ujian gimana?"

"Kamu tidak usah banyak bantah, Andrew. Berani berbuat berani juga bertanggung jawab," tegas kepala sekolah.

"Ya sudah, kalo begitu kita pamit ya, Pak," ucap Bara.

"Iya, terimakasih sudah mau datang Pak Bara." Mereka pun saling bersalaman.

Saat mereka keluar dari ruang BK, ternyata sudah masuk jam istirahat sehingga koridor ramai dengan siswa/siswi. Bara sudah lebih dulu berjalan ke parkiran, karena ia sudah sangat kecewa kepada Andrew.

Sepanjang jalan menuju parkiran, banyak pasang mata yang menatap Andrew beserta orang tua nya dengan tatapan rendah dan jijik. Tetapi Andrew untuk sekarang tidak bisa membalasnya. Di depan, ia melihat temannya yang sedang berkumpul.

"Mama ke mobil duluan aja, Andrew mau ke teman-teman Andrew dulu."

"Yaudah, jangan lama-lama ya, nak. Nanti papa kamu tambah marah," ucap Kintan sambil mengelus kepala Andrew lalu pergi meninggalkan Andrew.  Andrew langsung menghampiri teman-temannya.

"Dim, nanti pas pulang lo bawa mobil gue ya. Gue sekarang disuruh bareng orang tua gue," ucap Andrew seraya memberi kunci mobil nya ke Dimas.

"Lah, emang lo mau kemana, Ndre?" tanya Dimas.

"Gue diskors, kalo gue dalam waktu sebulan bisa buktiin itu bukan ulah gue, gue bisa masuk sekolah lagi. Tapi, kalo udah sebulan belum ada bukti juga gue di DO dari sekolah," jelas Andrew.

"Oh gitu. Semangat, Ndre. Santuy kok, nanti pasti kita bakal bantu lo. Karena kita tau banget pasti lo ga kaya gitu," ucap salah satu teman Andrew dan diangguki oleh yang lainnya.

"Thanks, bro. Yaudah gue duluan ya, takut bokap gue tambah marah."

"Yo. Hati-hati Ndre!" teriak Dimas.

***

Thea sedang sibuk dengan makanan nya, sedangkan Ken sedari tadi hanya melamun sambil mengaduk-aduk makanan nya.

"Ken, lo dari tadi ngelamunin apaan sih? Abang lo sama orang tua lo? Ken, kan udah gue bilang stop peduli--" ucapan Thea terpotong.

"Gue kangen sama Ibu, The."

"Hah? sorry-sorry Ken, gue kira tadi lo masih mikirin mereka itu hehehe.." cengir Thea.

"Santai The, lagian gue ga terlalu mikirin mereka kok.  Cuman.. dari semalem gue ngerasa kangen banget sama Ibu."

"Hm wajar sih kalo lo kangen sama Ibu Ken, gue ngerti banget kok."

"Ah, atau ga gini aja, kenapa lo ga ziarah aja ke makam Ibu lo? Iya kan? Pasti beliau kangen dikunjungin sama lo Ken."

"Bener sih, makanya nanti niatnya abis pulang sekolah gue mau ke makam."

"Emm.. Gue boleh ikut ga, Ken? Sekalian gue juga mau ke makam kedua orang tua gue, udah lama banget gue ga ngunjungin mereka. 5 tahun mungkin gue ga liat mereka."

"Serius lo mau ikut The? Wah boleh, boleh banget malah The. Biar gue ke sana juga ada teman nya. Kita sama-sama ziarah juga, ya?" ajak Ken, Thea mengangguk.

"Yaudah, sekarang lo makan dulu. Biar nanti  pas ke makam jadinya lo ga lemes," ucap Thea.

"Siap tuan putri."

***

Di dalam mobil hanya ada keheningan, antara Andrew dan kedua orang tua nya. Bara yang sangat marah sekali, hanya fokus menyetir mobil. Sedangkan Kintan hanya bisa melihat pemandangan depan kaca mobil, dan sesekali melirik ke anak dan suaminya.

Dan tidak lama kemudian, sampailah mereka di rumah. Bara turun terlebih dahulu dari mobil, lalu disusul oleh Kintan dan Andrew.

"Pah, dengerin Andrew dulu," ucap Andrew setelah memegang tangan papanya. Ia ingin menjelaskan kepada kedua orang tua nya, jika itu bukan salahnya.

"STOP! KAMU UDAH BIKIN PAPA MALU, ANDREW!" teriak Pak Bara.

"T-tapi, Pah. Andrew juga ga tau kenapa bisa begitu, Andrew cuma dijebak doang Pah."

"KAMU GA USAH BANYAK ALASAN! MAU ITU SALAH KAMU APA NGGA, YANG JELAS KAMU SUDAH BENAR-BENAR MEMBUAT KELUARGA KITA MALU ANDREW! DITAMBAH LAGI KALO TEMAN-TEMAN KERJA PAPA PADA TAU GIMANA? MAU TARO DIMANA MUKA PAPA?!"

"Pah, udah jangan marah-marah. Nanti jantung papa kambuh," ucap Kintan sekalian membela Andrew.

"INI JUGA GARA-GARA KAMU, MAH!" Bara sekarang menghadap ke Kintan.

"LAH, KOK JADI AKU YANG DISALAHIN?!" kesal Kintan, karena suaminya ini tiba-tiba menyalahkan dirinya.

"IYA, GARA-GARA KAMU TERLALU MEMANJAKAN ANDREW. JADI DIA BISA NGELAKUIN APA AJA SEENAKNYA!" ucap Bara dan mulai merasakan dadanya yang sesak.

"UDAH! CUKUP! KENAPA KALIAN JADI BERANTEM GINI?!" tanya Andrew. Tak lama setelah itu, Bara terduduk lemas sambil memegang dadanya.

"ASTAGA, PAPA!" teriak Kintan dan Andrew.

"ANDREW, CEPAT KAMU TELEPON AMBULANS!" Andrew yang mendengar perintah dari mamanya pun mengangguk, dan langsung menelpon ambulans.

***

"Assalamu'alaikum, Ibu.." salam Ken ketika sampai di makam Ibu nya. Ken langsung menaburi makam Ibu nya dengan bunga-bunga serta air mawar.

"Ibu apa kabar di sana? Semoga ibu bahagia ya, dan maaf banget Ken baru bisa ke sini lagi," ucap Ken sendu sambil mengelus batu nisan ibu nya.

"Oh iya, bu. Aku ke sini ga sendiri, lho. Aku bawa teman aku, niatnya aku mau ngenalin dia ke ibu."

"Assalamu'alaikum, ibu. Salam kenal, saya Thea Alexandra." Thea memperkenalkan diri sambil tersenyum.

"Thea adalah satu-satunya orang yang mau berteman sama aku di sekolah. Dan, menurut aku dia adalah pengganti ibu di dunia ini. Dia adalah penguat Ken untuk saat ini bu."

Mata Ken mulai berkaca-kaca, Thea yang melihatnya segera mengelus-elus punggung Ken.

"Maafin Ken ya, bu. Pasti pas tau tentang kabar bang Andrew sekarang, ibu tambah kecewa sama Ken. Ken benar-benar minta maaf, ga bisa jadi apa yang ibu mau." Air mata Ken mulai berlinang.

"Ya Tuhan, Ken. Padahal itu salah gue, maafin gue ya Ken," ucap Thea dalam hati.

"Ibu.. Ken kangen banget sama Ibu. Rasanya Ken masih ga percaya kalo sekarang Ibu udah gaada, tapi Ken percaya, Ibu pasti selalu ada di samping Ken."

"Selama Ibu gaada, Thea lah yang nemenin Ken bu.. dia selalu ada buat Ken. Ken bersyukur banget bisa kenal dia bu.." lirih Ken di samping makam Ibunya, Thea yang mendengar penuturan dari Ken tersenyum haru, baru kali ini dalam hidupnya, ia mendengar dari seseorang bahwa ada yang bersyukur mengenal dirinya.

"Yaudah, bu. Ken pamit dulu ya, nanti Ken ke sini lagi. Ngunjungin Ibu sebentar aja udah bikin hati Ken tenang bangettt. Ibu baik-baik ya disana, Ken pasti bakal terus doain Ibu dari sini, Ibu juga doain Ken terus ya bu." Ken mencium batu nisan ibunya.

"Assalamu'alaikum, ibu," ucap mereka berdua, lalu keluar dari pemakaman itu.

"Ken, untuk yang masalah Andrew. Gue minta maaf ya," ucap Thea saat mereka sudah sampai di depan mobil.

"Iya, gapapa, The. Lain kali kalo mau ngelakuin hal kaya gitu dipikirin dulu, atau kasih tau gue dulu."

"Siap, bos."

"Ini sekarang mau lanjut ke makam orang tua lo kan?"

"Ah iya Ken, gue juga pengen ketemu mereka, sekalian ngenalin lo juga hehehe.."

"Hah dasar bisa aja lo," ucap Ken gemas sambil mengacak-acak rambut Thea.

"Ih Ken! Gausah ngajakin rambut juga!"

"Hahaha, sorry. Tapi suka kan?"

"Ish tau ah!"

Padahal di dalam hati Thea, jantung nya sudah tak beraturan. Ken, selalu saja punya cara untuk Thea yang membuat jantung nya tak karuan.

Tapi, Ken pun sama. Jangan kalian kira, hanya Thea saja yang merasa seperti itu, daritadi jantung Ken tak berhenti-hentinya berdetak.

"Tapi btw, maaf nih ya The kalo gue lancang, tapi jujur gue baru tau kalo orang tua lo udah gaada."

"Hm, iya Ken. Emang gaada yang tau juga tentang orang tua gue, karena gue juga ga pernah nyeritain kehidupan gue ke siapa-siapa. Paling-paling orang-orang tau nya gue sebagai anak broken home aja, ga lebih." Ken mengangguk-angguk.

"Terus, tadi lo bilang ke gue, kalo lo udah ga ngunjungin orang tua lo hampir 5 tahun, kenapa lo baru mau ngunjungin sekarang?"

"Gimana ya. Susah kalo di jelasin Ken, gue masih sakit hati aja kalo keinget orang tua gue, keinget mereka sama aja ngebuka luka lama gue yang dulu," lirih Thea.

"Masalah lo berat juga ya The, gue jadi ngerasa bersalah ga bisa bantu apa-apa."

"Hei Ken? Lo ga salah sama sekali. Its okay. Pokoknya lo tenang aja, okay?"

"Oke.. tapi gue mau, kita sama-sama nampung kesedihan luka lama kita bareng-bareng, ya? Masa gue doang yang cerita, lo nya ngga?"

"Iya Ken.. tenang aja nanti pokoknya lo bakal tau kok. Dan lo satu-satunya orang yang tau ini."

"Begitupun juga dengan gue The." Mereka tersenyum sama-sama.

Di setengah perjalanan, Ken tiba-tiba kepikiran dengan papa nya, entah kenapa perasaannya mengatakan kalau papa nya sedang tidak baik-baik saja.

"Ken, lo kenapa? Kok muka lo kaya ga tenang gitu?"

"Gue tiba-tiba kepikiran papa, The. Gimana ya keadaan dia sekarang? Gue takut jantungnya kambuh pas tau berita tentang bang Andrew."

"Ken, lo yang tenang ya. Kita tetep positif thinking semoga papa lo baik-baik aja."

"Tapi perasaan gue mengatakan ada yang terjadi sama papa."

"Yaudah gini aja, nanti abis dari makam orang tua gue, kita langsung cari tau bareng-bareng gimana keadaan bokap lo, ya?" usul Thea dan di balas anggukan oleh Ken.

"Makasih ya, The." Ken tersenyum pada Thea.

***

Jangan lupa buat klik bintang nya ya! Tysm ❤

Makasih banyak banget ke kalian yang masih tetep stay di Devil Psycho!

See u next chapter! ✨

Dan maaf ya kalo masih ada salah kata atau bahasa yang kurang.. kita juga masih belajar 😉

Continue Reading

You'll Also Like

HUSBANDS By (ina) 🌸

Mystery / Thriller

6.1K 516 33
~Careful what you wish for~ •☆ Y/n , being poor since childhood always dream of marrying a rich guy who'll provide a luxurious life, However her wi...
The Death Squad By Angel

Mystery / Thriller

1M 24K 44
Ashlynn Pierce/ Dobrev - Was sent away by her father and eldest brother at the age of 5 to an organization when staged by her older twin for somethin...
9.6K 1.3K 80
Book 1 in my thriller quadrilogy. .......... Vaidehi is a young woman with her own set of dreams and disappointments. She faces a heartbreak w...
224K 4.8K 18
حسابي الوحيد واتباد 🩶 - حسابي انستا : renad2315