My Valentines ✔️

De roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... Mai multe

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

21. Sisi Buruk Dia

4.8K 655 192
De roseannejung

Park Chaeyoung tidak terlalu ingat, apakah ini sudah satu minggu atau dua minggu sejak ia terakhir kali bertemu dengan Jaehyun.

Ia pun sebenarnya tidak begitu peduli.

Prioritas Chaeyoung saat ini hanya Yewon dan Rion, hingga hal lain yang tidak terlalu penting jarang terlintas di pikirannya.

Namun, meski batang hidungnya tidak pernah terlihat, Jaehyun selalu memiliki cara untuk membuat Chaeyoung tidak pernah melupakan namanya.

Entah itu dengan pesan singkat tengah malam yang dikirim Jaehyun hanya untuk meminta foto Rion dan Yewon, paket-paket berisi keperluan si kembar, dan yang paling mengejutkan adalah kedatangan Seo Johnny—seniornya di kampus dulu.

"Aku di sini untuk mewakilkan Jaehyun menjenguk Yewon," jawab Johnny setelah Chaeyoung bertanya maksud dan tujuannya kemari.

Saat tidak mendapatkan jawaban apapun dari Chaeyoung, Johnny menambahkan, "Jaehyun sudah bercerita banyak tentang kalian."

Jika ada Lisa di apartemenya, mungkin model jutek itu sudah mengusir Johnny dan menyuruhnya menyampaikan pesan kepada Jaehyun untuk tidak pernah kembali lagi.

Tapi, Chaeyoung adalah Chaeyoung, perempuan baik yang hampir menjurus naif. Jadi, alih-alih mengusir ia malah mengajak Johnny masuk ke dalam aparteme mungilnya.

Mereka mengobrol di ruang TV yang sekaligus ruang tamu dan tempat Rion dan Yewon bermain.

Obrolan mereka terasa canggung dan hanya berputar-putar mengenai kondisi Yewon dan Rion.

Dengan jujur Chaeyoung memberitahu kalau keadaan Yewon tidak stabil. Meski sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Yewon belum sepenuhnya pulih.

Bayi perempuan itu bisa tiba-tiba demam tinggi pada tengah malam dan kembali normal keesokan harinya. Begitu terus tiga hari belakangan.

"Kenapa tidak kembali dibawa ke rumah sakit?" tanya Johnny.

"Aku sudah membawanya ke rumah sakit kemarin dan Dokter meresepkan beberapa obat yang harus diminum Yewon hingga satu minggu kedepan sebelum check up lagi."

Johnny mengangguk. "Aku dengar kau bekerja. Lalu selama kau bekerja bagaimana dengan mereka?"

"Aku sudah berhenti kerja."

"Berhenti?" Johnny berkerut alis.

"Ya, perusahaan tidak bisa mempertahankanku yang terlalu lama mengambil cuti. Mereka butuh orang sedangkan aku tidak bisa meninggalkan Yewon yang sedang sakit. Anak-anakku lebih penting."

Johnny menautkan jari jemarinya dengan erat, kemudian melihat dua bayi mungil yang sekarang sedang dijaga oleh wanita paruh baya yang Johnny tebak adalah baby sitter.

"Tapi, tenang. Kalau Yewon sudah sehatkembali. Aku akan mencari pekerjaan yang lain." Chaeyoung tersenyum, namunsenyum itu tidak menular ke Johnny.

***

" ... aku benar-benar tidak tahu kalau Chaeyoung sudah berhenti bekerja." Jaehyun berucap kepada Johnny melalui sambungan telepon. "Dia hanya bilang akan menyewa baby sitter."

"Tapi kau seharusnya bisa menebak kalau keadaannya akan seperti ini. Ibu mana yang tega meninggalkan anak bayinya yang sedang sakit?"

Jaehyun meremas rambut tebalnya dengan kasar. Netranya kemudian melirik ke arah kamar Jiho, dimana perempuan itu sedang bersiap-siap untuk makan malam dengannya.

"Lalu, bagaimana dengan Yewon dan Rion." Bisik Jaehyun. Ia tidak ingin Jiho sampai mendengar percakapannya dan Johnny.

"Kondisi Yewon tidak stabil."

"Apanya yang tidak stabil?" Jaehyun berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dapur yang jaraknya cukup jauh dari pintu kamar Jiho. "Beritahu aku semuanya. Chaeyoung sama sekali tidak membalas pesanku."

"Tiga hari belakangan Yewon demam dan—"

"Kenapa tidak dibawa kerumah sakit?"

"Bisa dengarkan dulu?" Johnny terdengar jengkel.

Jaehyun pun meminta maaf. Kemudian, Johnny menceritakan apa yang Chaeyoung ceritakan kepadanya tentang kondisi Yewon.

Di sisi lain, Jaehyun mendengarkan dengan seksama, meski matanya tidak bisa berhenti melirik ke arah pintu masuk dapur.

"Apa kondisinya parah?"

"Entahlah, aku tidak tahu. Tapi sebagai orang awam yang belum pernah memiliki bayi, aku bisa melihat kalau ada yang berbeda dengan Yewon. Dibandingkan dengan Rion, tubuh Yewon lebih kecil. Dia juga tidak selincah Rion yang terus mengoceh dan tidak bisa diam."

Bohong kalau Jaehyun tidak sakit hati mendengarnya. Ia tahu persis bagaimana kondisi Yewon saat pertama kali dibawa ke rumah sakit. Ia menyaksikan langsung bagaimana tangisan Yewon yang semakin keras saat dokte memasangkan jarum infus di kakinya.

Jaehyun berharap dengan pulangnya Yewon dari rumah sakit, keadaan anak perempuannya akan semakin membaik. Bukan malah seperti ini.

"Lalu bagaimana dengan Rion?"

"Rion sehat. Aku sempat menggendongnya, dan kau tahu?"

"Apa?"

"Rion sepertinya hobi meludahiku."

Tawa Jaehyun seketika mengisi keheningan dapur. Dadanya menghangat hanya karena mengingat wajah Rion. Tapi itu tak berlangsung lama saat ia mendengar pintu kamar Jiho terbuka.

Jaehyun panik.

"Johnny, nanti kuhubungi lagi."

Jaehyun menutup sambungan telepon, lalu buru-buru mengantongi ponselnya.

"Kamu di sini?" Jiho muncul di jalan masuk menuju dapur.

Perempuan itu terlihat begitu cantik dengan setelan dress hitam dan kalung permata yang Jaehyun belikan beberapa bulan yang lalu.

Jaehyun bukan tipe laki-laki yang pelit pujian. Jika perempuannya terlihat cantik ia akan mengutarakannya terang-terangan. Tapi malam ini, meski Jiho terlihat bergitu menawan, pujian itu seakan terkunci di balik lidah Jaehyun.

"Aku denger kamu habis teleponan, sama siapa?" Alis Jiho terangkat, dan sorot matanya menyelidik curiga.

"Oh, itu Johnny. Biasa, dia ngajak aku main boling. Aku bilang nggak bisa karena hari ini aku di Incheon sama kamu."

Belakangan, berbohong menjadi jalan pintas yang sering diambil oleh Jaehyun.

Jiho tersenyum.

Senyum yang biasanya membuat hati Jaehyun berbunga-bunga kali ini terasa hambar.

"Udah siap, kan? Yuk, berangkat." Jaehyunmengambil kunci mobil dari kantong celananya lalu berjalan mendahului Jihomenuju pintu keluar.

***

"Kamu hapus foto Rion dan Yewon?" Jaehyun berdiri di samping Jiho yang sedang memasak di dapur apartemennya.

Minggu ini adalah minggu ketiga setelah Jaehyun memutuskan untuk mengikuti keinginan Jiho agar tidak bertemu dengan Rion dan Yewon.

Biasanya setiap akhir pekan Jaehyun akan pergi ke Incheon, tapi minggu ini berbeda. Jiho sendiri yang menginginkan bertemu di Seoul.

Jaehyun sama sekali tidak keberatan. Tapi, yang jadi permasalahanya adalah saat Jaehyun membuka galeri ponselnya foto Rion dan Yewon menghilang.

Semuanya hilang, tak tersisa satu pun.

Jiho melirik ponsel hitam yang ada di tangan Jaehyun tanpa minat.

"Maaf, Sayang. Kayanya nggak sengaja ke hapus."

"Nggak sengaja?" mata Jaehyun menyipit.

Jiho mematikan kompor lalu mengangkat masakannya yang sudah matang ke piring.

"Kalau nggak sengaja itu satu atau dua. Tapi ini semuanya, Jiho. Semuanya." Jaehyun menekankan kata terakhir di kalimatnya.

"Aku bilang aku nggak sengaja. Kenapa kamu semarah ini?"

Jaehyun menggeleng.

"Aku nggak percaya."

"Terus kamu mau apa? Marah? Marah hanya karena aku nggak sengaja hapus foto mereka? Itu cuma foto, Jaehyun. Jangan berlebihan."

"Masalahnya bukan hanya kamu yang hapus foto anakku tanpa ijin. Tapi, niat kamu. Kenapa kamu hapus foto Rion dan Yewon?"

Jiho tidak menjawab. Ia malah menatap Jaehyun tepat di matanya, seakan menantang.

"Yang harusnya bertanya itu sebenarnya aku. Untuk apa perempuan itu terus-terusan kirim foto mereka ke kamu? Dia cari perhatian kamu, kan?"

"Hah?"

"Anak-anak itu cuma dia jadikan alasan supaya kamu lebih perhatian ke mereka. Jaehyun." Jiho menangkup pipi Jaehyun dengan kedua tangannya. "Selama aku belum bisa nerima mereka, aku mau kamu hanya fokus ke aku."

"Ya, tapi sampai kapan?" Jaehyun menarik tangan Jiho dari wajahnya dan melangkah mundur. "Butuh waktu berapa lama lagi, Jiho?"

"Sebentar lagi. Makanya kamu jangan selalu bela mereka bikin aku makin lama nerimanya."

Jaehyun ingin sekali mengumpat. Tapi, ia tidak tega melakukannya di depan wajah Jiho.

"Aku sudah masak makanan kesukaan kamu. Ayo,makan," ajak Jiho. Dan sumpah mati, Jaehyun sama sekali tidak berselera.

***

Kim Jiho semakin menjadi-jadi. Setelah memasang aplikasi pelacak, membuat Jaehyun harus selalu mengangat panggilan telepon kapanpun dimanapun, menghapus foto Rion dan Yewon, sekarang Jiho memblokir kontak Chaeyoung.

Jaehyun masih mencoba untuk bersabar, dan pada akhirnya mengikuti permintaan Jiho untuk staycation di salah satu hotel yang ada di pulau Jeju minggu ini.

Minggu keempat.

Tepat satu bulan sejak pertemuan Jaehyun dengan Yewon di rumah sakit, dan Rion di apartemen Chaeyoung.

Jiho terlihat bahagia. Matanya sudah tidak lagi sembab seperti di minggu-minggu awal setiap mereka bertemu.

Awalnya memang itu tujuan Jaehyun—mengembalikan senyum Jiho yang sempat ia buat hancur karena berita hadirnya Rion dan Yewon. Akan tetapi, entah kenapa Jaehyun tetap merasa hampa.

Seakan-akan senyum Jiho saja tidak cukup.

"Sayang, nanti sore ke pantai, yuk." Jiho yang baru saja kembali dari balkon hotel berucap dengan senyum lebar.

Jaehyun hanya mengangguk sambil mengganti-ganti chanel TV.

"Habis dari pantai aku mau makan seafood, ya. Kayanya di deket pantai sini ada restoran seafood terkenal yang sering di datengin artis-artis, deh." Jiho terus mengoceh, sedangkan Jaehyun merogoh kantong celana karena ponselnya dari tadi bergetar.

"Siapa yang telepon?" Jiho bertanya sambil berjalan ke arah Jaehyun yang duduk bersandar di ranjang.

Perempuan itu duduk di sebelah Jaehyun dan melihat nama Johnny tertera di sana.

Dengan santai, Jaehyun mengangkat panggilan telepon Johnny.

"Halo?' sapa Jaehyun.

"Sudah dengar kabarnya?" todong Johnny

"Kabar apa?" kening Jaehyun berkerut. Ia melirik Jiho yang duduk di sebelahnya. Mata perempuan itu memang ke arah TV tapi Jaehyun yakin telinganya menguping.

"Yewon meninggal."

Jaehyun seketika menegapkan tubuh.

Rasanya seperti tersambar petir. Tangan Jaehyun yang memegang ponsel gemetar dan tubuhnya lemas.

"Jangan bercanda," ucap Jaehyun dengan suara yang bergetar.

"Untuk apa bercanda dengan hal seperti ini?"

"A-a—" Jaehyun tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Sekarang Yewon ada di rumah duka dekat rumah sakit Daehan. Rencananya akan dikremasi besok siang. Kau akan melayat, kan?"

Tanpa menjawab, Jaehyun langsung memutuskan sambungan telepon. Ia berdiri lalu mencari tas ranselnya.

"Ada apa? Johnny bilang apa?" tanya Jiho penasaran.

"Jiho, Yewon ... "

Mendengar nama itu, wajah Jiho berubah tidak suka. "Kenapa?"

"Yewon meninggal."

Sudut-sudut bibir Jiho berkedut, dan perempuan itu mati-matian untuk menyembunyikan seringaiannya.

Saat Jaehyun sibuk mengumpulkan barang-barang kedalam tas, telinganya tiba-tiba mendengar suara Jiho. Suara itu pelan. Seperti bisikan atau ucapan untuk diri sendiri. Tapi Jaehyun mendengarnya dengan jelas.

"Kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja?"

Tangan Jaehyun menggantung di udara. Ia tolehkan kepalanya ke arah Jiho. "Apa aku nggak salah dengar?"

"Hah?" Jiho panik. "A-aku nggak bilang apa-apa."

"Jelas-jelas aku denger 'kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja'. Jadi, kamu bahagia Yewon meninggal?" Rahang Jaehyun mengeras.

Amarah, dan kekesalan akan tingkah laku Jiho selama ini memuncak. Mata perempuan itu yang selalu menatap curiga, dan suaranya yang selalu menuduh, membuat Jaehyun muak.

"Kamu salah denger—"

"Aku nggak tuli!" sergah Jaehyun.

"Kamu mau kemana?"

"Balik ke Seoul. Aku harus datang kepemakaman Yewon."

"Lalu liburan kita bagaimana?"

"KIM JIHO!" Jaehyun tidak pernah meninggikan suaranya kepada Jiho dan ini adalah pertama kalinya. Jaehyun jengkel setengah mati. "Kamu dengar ucapanku tadi? Anakku meninggal dan kamu masih berani menanyakan kelanjutan liburan kita? Gila kamu!"

"Jaehyun!" Jiho lagi-lagi menahan Jaehyun yang kali ini sudah ingin beranjak.

"Lepas!"

"Jangan tinggalin aku."

"Aku salah ngikutin kemauan kamu untuk nggak ketemu dengan anak-anakku." Melihat Jiho saat ini membuat Jaehyun merasa melihat tumpukan sampah.

"Jaehyun, jangan begini."

"Kalau kamu nggak bisa menerima keadaanku yang sekarang sudah punya anak, bilang! Jadi, aku bisa ngelepasin kamu. Bukan seperti ini caranya."

"Aku bisa, Jaehyun! Aku bisa terima."

"Tapi kapan? Ini sudah satu bulan dan kamu sama sekali nggak ada perubahan. Yang ada kamu malah semakin benci sama Rion dan Yewon. Dan bukti kalau kamu bahagia mendengar Yewon meninggal, itu artinya kamu nggak akan pernah bisa nerima kami. Aku salah sudah menaruh kepercayaan sama kamu. Aku salah mengambil pilihan."

Jiho sudah menangis tidak karuan. Dipeluknya Jaehyun yang masih berdiri dengan ransel di satu tangan, dan ponsel di tangan yang lain.

"Kalau Chaeyoung nggak cari perhatian sama kamu, aku bisa dengan mudah nerima Rion dan Yewon. Tapi—"

"Jiho!" Jaehyun menarik bahu Jiho menjauh hingga pelukan perempuan itu terurai. Jiho menatap Jaehyun dengan linangan air mata.

Namun air mata itu tidak akan pernah bisa lagi membuat Jaehyun merasa iba.

"Kamu sadar nggak? Sejak awal aku bilang prioritasku itu Rion dan Yewon, tapi pikiran kamu selalu Chaeyoung lagi Chaeyoung lagi! Otak kamu dimana? Berpikir yang benar! Chaeyoung itu memang ibu Rion dan Yewon tapi pacarku itu kamu! Aku menaruh kamu di atas segalanya tapi kamu buta ... "

" ... kamu cemburu nggak jelas dengan Chaeyoung yang bahkan nggak melakukan apapun. Sekarang kamu lihat kecemburuan dan sikap egois kamu itu membawa hubungan kita ke mana? Ke dasar jurang, Jiho! Aku akhiri hubungan kita dan jangan pernah hubungin aku lagi"

"Jaehyun!" Jiho berusaha meraih Jaehyun yang menjauh, namun laki-laki terus menerus mengelak. Jaehyun bahkan menutup pintu hotel dengan keras dan sama sekali tidak menoleh ke belakang.

Meninggalkan Jiho yang hancur sendirian.

"AAAAAARRGGGHH!" Jiho berteriak sambilmemegangkepalanya yang berdenyut menyakitkan.

.

To Be Continued

A/N : Menurut kalian karakter Jaehyun dan Jiho itu gimana?

Continuă lectura

O să-ți placă și

1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
79.5K 7.3K 33
[COMPLETED] 🔞 A sweet-beautiful twenty one years old Roseanne Park find out herself traps on a complicated relationship with a handsome guy on his e...
108K 16.5K 23
[BOOK 1] Rose tak pernah menyangka jika harapannya untuk menjadi ibu tunggal adalah sebuah tantangan. Start : 11 Februari 2019 End : 29 Oktober 2020
39.4K 4.7K 24
[ON GOING] To understand something isn't her strongest point. However, the young genius professor that later becomes her supervisor demands her to do...