CERITA AMIR

By Ramdan_Nahdi

217K 27.1K 1K

Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa... More

Pintu Gerbang
Teror Penunggu Pohon Kersen #1
Teror Penunggu Pohon Kersen #2
Kuntilanak Waria
Numpang Lewat
Terjerat Pinjaman Online
Jangan Kau Menabur Garam di Atas Luka
Salah Jalan - Nyasar ke Kandang Jin
Nasi Goreng Berdarah
Berteman Dengan Genderuwo
Tuyul Kiriman
Aku Yang Terbaring di Bawah Bangku Taman
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #1
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #2
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #3
Anak Kecil di Kuah Soto
Portal Gaib di Pemandian Air Panas #4
Rambut di Mangkuk Mie Ayam
Jambak Rambut Kuntilanak
Memutus Jerat Pesugihan #1
Memutus Jerat Pesugihan #2
Hantu TikTok
Memutus Jerat Pesugihan #3
Aku Hanya Ingin Sehelai Benang
Memutus Jerat Pesugihan #4
'Boneka Mampang' di Taman Rumah Sakit
Lambaian Tangan Kuntilanak di Depan Warung Makan
Memutus Jerat Pesugihan #5
Memutus Jerat Pesugihan #6
Wanita di Tengah Rel Kereta
Kakek di Gerbang Pemakaman
Memutus Jerat Pesugihan #7
Apa Salah Saya?
Mati Sendirian
Sosok Hitam di Kedai Kopi
Lupa Lepas Susuk #1
Lupa Lepas Susuk #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #1
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #2
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #3
Penari Ronggeng di Lantai Dua Pasar #4
Anak Tumbal Pesugihan #1
Anak Tumbal Pesugihan #2
Anak Tumbal Pesugihan #3
Anak Kecil di Pinggir Pantai #1
Anak Kecil di Pinggir Pantai #2
Anak Kecil di Pinggir Pantai #3

Anak Tumbal Pesugihan #4

3.2K 497 25
By Ramdan_Nahdi

"Mau apa kamu?" tegurku melalui batin.

"Kembalikan mereka! Atau aku buat kalian celaka," ancamnya.

Puput terlihat ketakutan, ia sampai bersembunyi di balik tubuhku.

"Saya tidak akan menyerahkan anak ini!"

"Saya tidak peduli dengan anak itu. Saya hanya ingin kamu kembalikan anak-anak yang lain!"

"Anak-anak yang lain? Apa maksudmu?"

"Temanmu sudah membawa mereka pergi."

"Teman saya?"

"Iya, monyet berbulu merah itu!"

"Kingkong! Bukan monyet!" protes Si Kingkong yang tiba-tiba muncul.

"Sama saja," balas Si Genderuwo Merah.

"Cepat kembalikan anak-anak yang sudah kamu ambil!" imbuhnya.

"Tidak!" balas Si Kingkong.

"Jadi maksud kamu menunggu yang lain tuh ini? Kamu membebaskan anak-anak yang lain juga?" tanyaku.

"Iya," balasnya singkat.

"Astaga Kong Guan! Kenapa harus cari masalah sih."

"Saya kasian dengan mereka. Daripada dimakan oleh makhluk jelek ini. Lebih baik saya bebaskan."

Tujuannya memang mulia, tapi akibatnya bisa fatal. Apalagi si Genderuwo Merah itu kini tak datang sendirian. Ia membawa banyak anak buahnya.

"Terserah kamu saja, Kong. Tapi aku gak mau tau, kamu harus bereskan sendiri", ucapku pasrah.

"Melawan mereka?"

"Yap."

"Terlalu mudah."

Si Kingkong memperbesar ukuran tubuhnya. Lebih besar dari sebelumnya. Banyak anak buah Genderuwo Merah itu yang kabur, ketakutan.

"Kamu tidak sebanding dengan saya," ledek si Kingkong pada si Genderuwo Merah.

Benar-benar tidak sebanding, dari ukuran tubuhnya saja sudah jelas terlihat. Si Genderuwo Merah itu seperti anak kecil yang sedang melawan orang dewasa.

"Jika kamu ambil semua, lalu kami makan apa?" ucap Si Genderuwo Merah memelas. Sepertinya ia sudah sadar diri.

"Jangan bohong denganku. Kamu masih punya banyak tahanan orang dewasa," balas Si Kingkong.

Orang dewasa itu merujuk pada pelaku pesugihan. Termasuk jika ayahnya Puput meninggal nanti.

"Jadi apa kamu masih mau bertarung? Jangan sampai nanti saya lepaskan juga yang lainnya," ancam Si Kingkong.

"Baiklah, kamu boleh ambil anak-anak itu, tqpi jangan pernah kembali lagi ke sini." Genderuwo Merah itu pun menyerah. Kemudian menarik mundur semua anak buahnya.

Aku menatap si Kingkong yang terlihat santai saja, tanpa sedikit pun merasa bersalah.

"Ada apa, Mir?" tanyanya.

"Kenapa kamu gak bawa anak ini juga," balasku seraya melirik ke arah Puput.

"Oh iya, saya hampir lupa."

"Ayo sini, Dek!" ajak Si Kingkong. Puput pun menghampirinya. Hanya dalam hitungan detik, keduanya menghilang.

_______

"Si Amir, bukannya bantuin malah tidur," ucap Wildan.

"Kagak, Dan."

Kulihat Hendra dan Wilson masih sibuk mengecek mesin mobil.

"Hen!" teriakku.

"Apa?" sahutnya.

"Coba dinyalain lagi mobilnya."

Wilson mencoba menyalakan mobil. Berhasil.

"Eh dah bisa," ucap Wilson.

"Ini gak ada hubungannya sama penunggu sini, Kan, Mir?" tanya Hendra.

"Kagak, mungkin cuman karena dingin aja," balasku.

"Gw kira gara-gara anak kecil yang masuk ke badan Andi."

"Dia sih udah pergi."

"Ngomong-ngomong, anak itu kenapa sih, Mir?" tanya Andi.

"Kenapa gimana?"

"Gw liat dia kaya babak belur gitu. Apa digebukin ortunya?"

"Gak, dia tenggelem di sungai terus kebawa arus. Jadi badannya kebentur batu," jelasku.

"Oh begitu."

"Makhluk begituan tuh aneh, Ya? Padahal kita gak ngapa-ngapain, tapi mereka malah marah."

"Ya begitulah."

Aku tak mungkin menceritakan kalau semua ini karena ulah si Kingkong, yang isengnya luar biasa. Sampai-sampai melepaskan anak-anak tumbal pesugihan.

_______

Mobil mulai melaju. Kutatap jam di ponsel, sudah hampir pukul satu malam. Rasa kantuk mulai menyerang.

Namun, ada rasa penasaran dalam diri tentang ke mana si Kingkong membawa anak-anak itu pergi. Sayangnya, daritadi ia tidak muncul.

Tiba di kosan, aku langsung berjalan menuju kamar. Begitu pula Wildan. Tubuh ini rasanya pegal sekali. Begitulah efeknya kalau terlalu sering mempertajam penglihatan batin.

Kriet!

Kubuka pintu kamar.

"Udah pulang, Mir?" sapa Si Kingkong yang sedang duduk di atas lemari.

"Jangan begitu lagi, Ya, Kong!" balasku seraya menjatuhkan diri ke tempat tidur.

"Saya cuman kasian sama mereka."

"Iya, tapi itu sangat berbahaya."

"Saya tidak kenapa-napa."

"Ya, kamu. Tapi kalau teman-temanku kenapa-napa gimana?"

"Mereka juga aman."

"Hampir tidak aman."

"Saya kan selalu datang tepat waktu."

"Ya, ya, ya. Dah, aku mau tidur dulu!" ucapku sambil menarik selimut.

"Yakin kamu mau tidur? Bukannya ada yang ingin kamu tanyakan?"

"Apalagi sih, Kong!" balasku kesal.

"Yakin kamu tidak mau menanyakan sesuatu?"

"Tanya apa?"

"Tempat anak-anak itu sekarang."

"Ooo ... kok kamu tau?"

"Saya kan bisa membaca pikiranmu."

"Jadi ke mana anak-anak itu kamu bawa?" tanyaku.

"Rahasia."

"Terus, kenapa kamu minta aku bertanya."

"Hanya iseng saja."

"Dasar! Dah sana pergi."

"Suatu hari kamu juga tau mereka ada di mana."

"Dah, dah. Jangan ngomong terus, aku mau tidur! Hus!"

Wuff!

Si Kingkong pun menghilang. Sukses membuatku tidur dalam rasa penasaran.

SEKIAN

Continue Reading

You'll Also Like

49K 6K 173
"Lin Shi adalah pendosa seluruh industri film!" "Lin Shi, aku ingin meminta maaf kepada seluruh penonton jaringan!" "Lin adalah pencuri tua, aku ti...
38.3K 2.2K 18
(Horror) Jauh sebelum manusia merajai permukaan Bumi, ada segolongan mahluk lain yang menjadi penguasa di sini. Tuhan menciptakan dua mahluk yang mem...
27.4K 3K 11
Ketika perjalanan singkat berubah menjadi menyeramkan. Kuntilanak Merah itu terus mengikuti, hingga membuat malam-malamku begitu mencekam.