Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis
2. Tidur Bersama Tala
3. Menangis di Pelukan Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
9. Hujan Punya Cerita
10. Sedihnya Tanpa Alasan
11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
21. Waktunya Maaf-Maafan
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku

3.8K 342 126
By twelveblossom

"Jika mereka bertanya tentang kamu kepadaku. Kamu adalah masa laluku dan masa depanku. Tidak peduli seberapa banyak kamu dalam tubuhmu. Selama itu tetap jiwamu, aku akan mencintaimu."

Empat tahun lalu.

Dulu ketika Felicia pulang ke Jakarta setelah menghabiskan liburannya di Singapura, dia buru-buru meminta informasi tentang kebun bunga mawar. Hal tersebut karena Sambara berjanji akan menemui Felicia di kebun bunga yang paling cantik di Jakarta. Meskipun terdengar konyol sebab mana bisa Felicia menebaknya?

Apa Sambara mengira Felicia utusan cenanyang?

"Kalau Sambara memang ingin ditemukan, dia akan memberikan petunjuk," kata Nabastala yang kala itu ikut kembali ke Jakarta untuk mengantar Felicianya.

"Berarti kalau dia enggan, apa itu artinya aku tidak akan bertemu dia lagi?" Felicia bertanya.

Nabastala melejitkan bahu. "Mungkin kamu masih bisa melihatnya, tapi tidak akan dapat menjangkaunya." Jawaban dari Nabastala awalnya tak dapat dipahami Felicia, tapi beberpa jam kemudian Felicia bisa mengerti.

Hanya dapat melihat, tapi tidak bisa dijangkau. Bagai bintang yang ada di langit, semakin indah dari kejauhan. Sinarnya, redup apabila melihatnya terlalu dekat.

-

Felicia hanya mampu berdiri memandangi dari kejauhan ketika menemukan sosok Sambara. Pria itu terlihat bersinar di kelilingi manusia-manusia lain yang menjadikannya pusat atensi. Sementara Felicia hanya tertegun, menjadi orang paling canggung dalam pesta ini.

Lucas Lim mengajak Felicia untuk hadir dalam pembukaan  koleksi terbaru dari galeri perhiasan Kanaka Rawindra. Felicia yang tahu siapa desainer dibalik nama besar koleksi perhiasan tersebut pun menyetujui dengan mudah. Ia sengaja memakai gaun paling cantik bewarna putih dan riasan yang anggun, siapa pun yang melihat Felicia akan mengatakan apabila gadis tersebut menawan.

"Sambara," bisik Felicia ketika pria itu berdiri di atas platform membuka acaranya dengan beberapa kalimat indah dari suaranya yang merdu.

Felicia masih mengingat sosok Sambara yang lalu. Pria yang menemaninya dan memberikan penghiburan baginya. Sambara yang ia relakan untuk pulang dan mengabaikannya, meskipun Felicia memohom agar mereka dapat bertemu kembali. Sambara yang mendorongnya jauh untuk tidak menjadikan pria itu sebagai poros dunia Felicia.

Mata Felicia lekat menatap Sambara, berharap apabila netra mereka akan bertemu dalam ketidaksengajaan. Jika hal tersebut terjadi, maka itu ialah sebuah keberuntungan bagi Felicia. Alasannya? Karena dari ratusan mata yang memandang Sambara, sang pria tertarik menemukan dirinya.

Felicia merasa bodoh berharap begitu karena kehadirannya di sini tidak diketahui Sambara. Apalagi Sambara terasa berbeda dan jauh sekali, seolah sosok yang tengah berada di sana bukan Sambara yang dikenalnya. Bukan Sambara yang ia ajak berkebun menanam mawar. Bukan pula Sambara yang penuh dengan ekspresi menyedihkan. Felicia menjadi bertanya-tanya, berapa topeng yang dimiliki pria itu untuk menutupi dirinya yang sesungguhnya?

"Lalu, apa yang menginspirasi Anda untuk menciptakan desain ini?" Seseorang bertanya dalam sesi wawancara singkat Sambara.

Semua orang menunggu suaranya. Penjelasan atas keindahan bentuk yang diciptakan si Tokoh Utama Pertunjukan melalui perhiasan itu.

Begitu pun Felicia yang terkagum dengan desain perhiasan terbaru Sambara. Perhiasan-perhiasan tersebut bewarna putih keseluruhan, sederhana, namun sangat melekat pada ingatan.

"Mawar putih yang sulit diupakan. Keindahan ini dibantu oleh nyawa dari The Spirit of the Rose yang menjadi poin utama dari desain perhiasan kami."

"Ada kabar yang mengatakan, jika Anda sempat mengganti seluruh desain yang telah disiapkan sebelumnya, sepulang rehat di Singapura selama tiga bulan. Apakah ada alasan khusus untuk itu?"

Sambara tersenyum. "Alasan khusus?" Sambara bergumam.

"Iya, mungkin ada sesuatu yang mendorong Anda untuk kembali menuangkan ide lain dalam karya Anda musim ini?"

"Tidak ada, Saya hanya ingin mengingat masa-masa Saya dikelilingi oleh kebun mawar yang tidak pernah layu ketika Saya berada di Singapura. Sesuatu yang saya anggap biasa dan sederhana, justru yang paling sukar untuk dilupakan."

Sambara mengakhiri kalimatnya dengan memandang jauh ke depan. Tempat di mana seorang perempuan membalas tatapannya dalam kecanggungan dan keterkejutan. Netra mereka bertemu, tidak ada pesan tersurat. Hanya persepsi tersirat yang bisa diartikan sebagai, aku akan selalu mengingatmu.

Hanya sebatas ingatan. Ingatan yang bisa menghilang seiring berjalannya waktu.
-

"Lucas, apa sungguhan aku tidak bisa menemuinya?" Felicia masih merengek kepada kakaknya. Mereka sedang berada di meja desert ketika acara ini hampir mencapai bagian penutup.

Felicia ingin sekali saja menyapa Sambara. Mereka saling mengenal, tapi orang-orang tidak ada yang percaya cerita soal kedekatan Felicia dan Sambara. Seolah kisah Sambara yang akrab dengan perempuan, mustahil terjadi.

"Bang Lucas!" Felicia meninggikan nada, tidak peduli Lucas yang hampir tersedak stroberi.

"Felicia, kamu terus saja bersikap kekanakan." Lucas mengeluh. Dia menaruh piringnya di meja, lalu berkacak pinggang. "Keluarga Kanaka Rawindra tidak suka menemui sembarang orang yang tidak ada kaitan bisnis dengan mereka," jelas Lucas berusaha sabar.

"Tapi kamu rekan bisnis mereka!"

"Sedangkan kamu bukan," balas Lucas sambil tersenyum. Ia mengusap surai adiknya yang membua Felicia semakin kesal. "Kamu bukan bagian dari perusahaan meskipun ada Lim di belakang namamu," lanjutnya.

Felicia cemburut. Ia menghela nafas beberapa kali. "Lalu, bagaimana aku bisa menjadi bagian perusahaan?"

"Wah, hal yang mengejutkan. Felicia si kaum rebahan saat ini ingin mejadi bagian dari perusahaan?" Lucas bertepuk tangan. "Baiklah, kamu besok datang lah ke kantor. Bang Lucas bakal mengajari kamu sedikit demi sedikit. Paling enggak kalau Bang Lucas mati mendadak, ada kamu yang mewarisi bisnis kita."

"Ih, ngomong apa sih. Gak usah ngomongin mati-mati segala." Felicia berlalu begitu saja, tampaknya kali ini dia tidak bisa bertemu Sambara secara langsung. Felicia akan berusaha.

Apa kalian tahu jika salah satu keunggulan Felicia adalah memerjuangkan apa pun yang dia inginkan? Gadis itu tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai. Dia ingin mengobrol dengan Sambara secara langsung, maka Felicia pun mati-matian untuk bekerja sebaik mungkin hingga pada suatu hari nanti pria itu yang akan meminta untuk menemuinya. Felicia tidak dapat menggunakan cara instan seperti merengek kepada Lucas atau pun Nabastala, ia harus membuat dirinya unggul hingga Keluarga Kanaka Rawindra melihat potensinya. Akan tetapi, satu tahun Felicia bekerja sebagai bagian dari Lim Bersaudara, ternyats tidak memberikannya kesempatan sama sekali untuk bertemu dengan Kepala Keluarga Kanaka Rawindra. Mereka tetap tidak tertarik sebab Felicia dianggap sebagai anak kecil yang selalu berada di balik bayangan Lucas Lim.

"Mereka sangat kompetitif. Mereka tidak melihat manusia lain sebagai saudara, meskipun sedarah. Mereka menilai manusia berdasarkan seberapa menguntungkan informasi atau barang yang dapat dimanfaatkan. Kamu harus memberikan penawaran yang tidak dapat ditolak kepada Kanaka Rawindra agar kamu bisa berkomunikasi dengan mereka," Nabastala memberikan sarannya.

Felicia masih berhubungan dekat dengan Nabastala. Meskipun pria itu kini bertugas di Denpasar, tapi satu bulan sekali Nabastala menemui Felicianya. Setelah memohon bantuan sampai sakit tipes kepada Nabastala, baru pria itu menggubris Felicia.

Nabastala mengangsurkan dokumen kepada Felicia. Ada foto-foto beberapa berlian berwarna merah muda.

"Ada pelelangan berlian yang dilakukan secara ilegal minggu depan di Bali. Salah satunya adalah The Spirit of the Rose potongan berlian langka yang menghilang dari berangkas besar Rawindra dan dicurigai dicuri oleh pihak Keluarga Kanaka Rawindra sendiri. Padahal berlian tersebut diperlukan untuk pembuatan karya terbaru Sambara nanti. Sambara pasti hadir dalam acara itu untuk mengambil berliannya dan menyelidiki siapa pelakunya," kata Nabastala.

"Lalu, apa yang bisa aku berikan kepada Sambara agar dia mau bicara denganku?"

Pria itu berhenti sejenak kemudian melanjutkan dengan tatapan tajam, tapi sarat akan kekhawatiran. "Penyelenggara lelang bukan orang biasa. Peserta lelang juga orang yang berbahaya dan terbatas. Mereka sengaja menyembunyikan dan mengubah nama berlian itu menjadi berlian merah agar dapat mengaburkan asal-usul berlian tersebut. Peserta lelang seperti berjudi untuk mengetahui The Spirit of the Rose yang asli. Aku akan memberikan kode lelang yang menunjukan The Spirit of the Rose yang sebenarnya, itu yang dibutuhkan Sambara. Ini berbahaya dan bersifat rahasia. Kamu harus bergerak sendiri, jangan biarkan Lucas Lim ikut campur."

Felicia sedikit pusing. Kalau ini sungguhan berbahaya dan bersifat rahasia. Kenapa Nabastala bisa tahu? Apalagi mereka membicarakan perihal tersebut di kafe yang biasanya ramai pengunjung-tunggu-Felicia baru sadar jika pengunjung di tempat ini hanya dia dan Nabastala.

"Kenapa Mas Tala bisa mengetahui semuanya?"

Tala menarik nafasnya kemudia tertawa. "Hanya kebetulan tahu."

Felicia memutar bola mata dengan jengah. Lucas dan Nabastala selalu begitu, mereka menganggap Felicia bodoh jadi tidak berhak tahu mengenai urusan penting. Padahal kan ini menyangkut dirinya juga.

"Lalu, bagaimana caraku memberitahu hal itu kepada Sambara? Aku tidak dapat menemuinya."

"Kamu langsung saja datang ke sana."

Nah, bukannya aku perlu undangan masuk ke sana? Sedangkan aku tidak punya koneksi untuk mendapatkan undangan ke tempat berbahaya seperti itu!

"Jadi, maksudnya Mas Tala ingin aku datang ke acara yang super rahasia tanpa tiket masuk gitu?" Felicia melotot. Dia berucap penuh tekad. "Apa ini seperti film mafia-mafia yang ada di Nerflix? Astaga, apa aku jadi agen yang dimanfaatkan oleh Nabastala? Apa Mas Tala itu Vicenzo Casano?"

"Siapa Vicenzo?"

Felicia terkekeh. "Sudah lah, itu hanya salah satu tokoh novel yang pernah kubaca. Lalu, bagaimana caraku datang ke sana?"

Nabastala tidak langsung menimpali, dia mengangsurkan kotak kayu kecil. Ada sebuah gelang bewarna putih dengan liontin segi tiga yang manis. Nabastala memasangkan itu di tangan Felicia.

"Ashley?" Felicia membaca ukiran yang ada di liontin segi tiga gelang tersebut.

"Kamu akan menggunakan nama itu untuk hadir ke acara pelelangan. Data semua orang yang hadir masuk ke dalam Dominic's System. Beberapa orang istimewa tidak mendaftarkan nama asli mereka pada sistem itu. Di dalam gelang Ini ada chip yang dapat digunakan sebagai tiket masuk."

"Jadi, siapa Ashley sebenarnya?"

Nabastala menatap Felicia, "Bukan kah itu mama yang diciptakan Sambara untuk kebun mawarmu?"

Felicia mendengus.

"Ashley tidak pernah ada di dunia. Tapi, kami menciptakannya agar ada," jelas Nabastala dengan nada bercanda.

-

Kaki Felicia melangkah menyapu sebuah tempat yang baru pertama kali ia kunjungi. Nama tempatnya Ashley's Café, sebuah gerai kopi dan susu yang terletak di pinggiran Kota Jakarta. Dalam area Ashley's Café terdapat sebuah taman yang disebut sebagai Ashley's Garden. Katanya, setiap bunga yang ada di sini ditanam langsung oleh pemilik Ashley's Café.

Felicia disambut oleh seorang pelayanan perempuan yang memberikan senyum lebar. Ia memersilahkan Felicia untuk duduk di kursi yang letaknya dekat dinding kaca. Ada lampu yang tergantung di langit-langit. Jika Felcia datang pada malam hari, pasti akan jauh lebih indah. Sayup-sayup mulai terdengar musik yang mengisi ruangan ini.

... And in another life.
I would be your girl.
We keep all our promises.
Be us against the world.

Felicia langsung mengenali judul lagu itu, The One That Got Away versi Brielle Von Hugel. Felicia bernyanyi dalam gumaman yang pelan.

"And in another life. I would make you stay. So I don't have to say. You were the one that got away. The one that got away...."

Felicia kemudian tersenyum ketika lagu itu berakhir. Bukan kah dia seperti orang bodoh sekarang? Ia datang ke sini atas petunjuk dari Nabastala yang memintanya mencari nama tempat yang terdapat nama Ashley. Dia meramalkan jika Sambara membuat sebuah tempat untuk mengenang Felicia.

"Sambara memberimu nama Ashley. Ashley yang berarti semangat dan kecerian. Dapat diartikan juga sebagai padang rumput luas yang menjadi permberhentian sejenak atas hidupnya yang gersang."

Anehnya, Felicia berusaha sejauh ini untuk kembali bisa menggenggam tangan Sambara. Padahal kisah mereka hanya sebentar. Ketika Felicia menatap Sambara, ia seperti melihat poros yang terbalik dari dirnya. Sifat mereka yang bertentangan. Felicia yang ceria sedangkan Sambara murung. Felicia dirangkul oleh keluarga yang hangat, tapi Sambara di kelilingi manusia berhati dingin.

Apa ini wujud dari belas kasihan?

"Sudah memutuskan untuk memesan apa?" Tanya pelayan perempuan itu ramah, ia tampak membawa kamera polaroid.

"Apa kamu bisa merekomendasikan menu favorit kafe ini? Saya baru pertama kali ke sini." Felicia menimpali. Gadis itu baru menyadari jika hanya ada beberapa pengunjung saja yang satu ruangan dengannya. Mungkin karena masih jam kerja.

"Ada menu pudding stroberi dan jus stroberi," jawab pelayan itu sopan.

Felicia tersenyum manis. "Oke, saya pesan itu. Kebetulan kedua makanan itu adalah favorit saya."

"Saya mencatatnya," kata si pelayan bersemangat, merasa bangga bisa merekomendasikan hal sesuai selera pelanggan. "Dan jika Anda adalah pelanggan baru kami, maka selamat datang. Ini sebuah tradisi, kami meminjami tamu  kamera polaroid untuk berfoto. Anda dapat membagikan kenangan yang ada di sini dengan menempelkan foto yang Anda ambil pada dinding belakang. Jadi, apabia Anda datang lagi Anda bisa melihat lagi kenangan itu lagi."

"Oke, aku bukan fotografer yang baik. Tapi, aku coba." Felicia setuju untuk mengambil kesempatan tersebut.

"Anda juga bisa berkeliling ke kebun atau sudut lain. Nanti jika pesanan Anda sudah siap saya akan memanggil Anda."

Sembari menunggu pesanannya datang, Felicia mengikuti saran wanita tadi. Ia beranjak dari duduknya untuk menapakkan kaki menelusuri taman bunga. Mawar putih dan mawar merah yang harum, membuat Felicia rindu suasana rumah sakit. Gadis itu mengambil sebuah gambar mawar putih yang sedang mekar. Satu gambar lagi perihal layang-layang yang sedang terbang di langit yang biru. Lalu kakinya yang sedang melagkah pun masuk ke dalam frame. Foto-foto yang menurut Felicia terkesan manis walaupun diambil secara acak.

Felicia terlalu sibuk menikmati sekitarnya hingga tidak sengaja menabrak seseorang yang berada di depannya. "Aduh," Felicia mengeluh karena dirinya yang justru terpental sebab tubuh jangkung lawannya tidak tertandingi.

"Maaf Saya-"

"-Sambara?" Felicia langsung memutus permintaan maaf pria itu.

Netra Felicia bergerak menelusuri pria yang berada di hadapannya. Felicia meyakini jika manusia itu adalah Sambara. Namun, raut si pria yang bingung dan menunjukkan apabila sama sekali tidak mengenal Felicia lantas meragukan pendapat awalnya.

"Maaf?" Bahkan pria tersebut meminta maaf sekali lagi, seolah tak yakin yang diucapkan Felicia.

"Kamu Sambara kan?"

Alis pria itu tampak mengernyit, apalagi saat Felicia memegang tangannya. "Sepertinya kamu salah orang, saya Jasper Suh," kata Jasper sambil dengan halus menepis tangan Felicia.

Felicia tertegun.

Apa dia hanya berpura-pura?

Tatapan matanya berberda, batin Felicia. Bukan begini cara Sambara memandangnya. Pria di hadapannya hanya melihatnya sebagai orang lalu yang tak penting.

"Saya harus permisi," kata pria itu selanjutnya sambil tersenyum.

Senyum itu bukan senyum milik Sambara. Sambara jarang sekali menarik sudut bibirnya untuk membentuk lengkungan senyum. Namun, sekali Sambara tersenyum-Felicia dapat merasakan ketulusan di dalamnya.

Sedangkan pria itu hanya tersenyum sebagai bagian dari basa-basi terhadap orang asing. Senyum yang canggung.

Pria itu berlalu pergi, mengabaikan Felicia. Dia tampak tergesa karena sudah ada yang menunggunya.

"Tunggu ...." Felicia hendak menyusulnya tapi ia berhenti saat pria itu mencium perempuan yang sudah menunggu di depan pintu masuk kafe.

Sambara tidak akan mencium perempuan lain. Itu pasti bukan Sambara karena Sambara yang dia kenal akan bersikap sangat dingin terhadap perempuan selain Felicia.

-

"Bukan kah mereka aktor yang baik?" Aruna menatap adegan-adegan yang sedang berjalan pun memberikan komentar.

Wanita itu kembali duduk dengan bosan. Berlainan dengan netranya tetap fokus pada jendela yang membingkai Ashley's Garden. Aruna Ekadanta sedang menikmati pudding stroberinya di lantai dua kafe tersebut. Sebuah ruangan VIP yang memiliki kaca satu arah membuat kehadiran Aruna dan Nabastala tidak disadari Felicia.

Nabastala menghela nafas panjang. Ia ingin sekali turun dan menghibur Felicia yang kini beridiri dengan raut sedih di sana.

"Mana yang akan menurutmu cocok bersama Felicia? Seorang Kanaka Rawindra atau Suh?" Aruna masih bicara.

"Siapa saja asal menguntungkan untuk kita," gumam Nabastala.

Aruna tertawa. Dia kembali berdiri, menepuk bahu sepupunya. "Kamu sungguh licik, tidak pantas disebut manusia," kata Aruna.

Nabastala tidak terlalu peduli. Ia dibesarkan bukan untuk menjadi manusia normal. Dirinya sudah terbiasa diminta mengorbankan apa pun demi keluarganya atau pun bersikap licik.

Aruna mulai bernyanyi lagu asal yang ia ciptakan untuk mengejek saudaranya. Aruna hanya ingin membuat Nabastala semakin kesal sebagai pembalasan atas sikap dustanya. Tanpa banyak observasi, Aruna tahu apabila dalam kondisi seperti ini pun Nabastala masih berusaha melindungi Felicia.

Melindungi Felicia dengan cara memertemukan gadis itu dengan malaikat kematian yang sedang memburu Sambara, Jasper Suh.

-

Halo Semua ya, maaf baru melanjutkan cerita ini. Untuk part 32, cerita lebih fokus ke masa lalu mereka.

Semoga kalian masih ada yang baca dan tidak bosan. Komentar dan vote sangat aku tunggu. Sampai jumpa pada part selanjutnya.

P.s: untuk serba-serbi dan mengobrol spal cerita ini bisa follow instagram dan twitterku @/twelveblossom.

Continue Reading

You'll Also Like

6.1K 988 39
DANMEI TERJEMAHAN
26K 2.6K 7
{OCEAN SERIES 4} Stefano de Luciano Oćean, pria berkuasa yang memiliki segalanya. Darah seorang Oćean yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya tumbuh...
375K 25.6K 36
Berisi tentang kekejaman pria bernama Valter D'onofrio, dia dikenal sebagai Senor V. Darah, kasino, dan kegelapan adalah dunianya. Tak ada yang dapat...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

308K 16.2K 30
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...