DASA (END)

By devitnask

3.8M 401K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 17

52.1K 5.9K 3.2K
By devitnask

"Mari kita periksa keadaan janinnya!" kata Sang Bidan setelah mengobrol panjang bersamaan Asa dan Liam.

Sejenak Asa tatap Sang Ayah yang duduk di sampingnya, Liam hanya mengangguk satu kali sebagai kode agar Asa menurutinya.

Asa pun mengikuti perintah Bu Acil menuju brankar pemeriksaan di sisi kanan ruangan. Gadis itu berbaring setelah Acil menutup penuh hordeng putih agar pemeriksaan mereka lebih intim.

Asa memejamkan matanya begitu aroma obat yang khas menusuk indera penciumannya. Sungguh, dia sangat takut dan malu. Bidan tadi cukup menyinggung usianya yang teramat muda, apalagi tanpa ayah.

Acilia menutupi tubuh bagian bawah Asa menggunakan selimut tipis, kemudian menyingkap sweater Asa hingga sebatas dada.

Wanita berjas putih ala bidan itu mengarahkan probe yang telah diolesi gel ke atas perut Asa, lantas menyapukannya ke seluruh permukaan perut.

Seketika itu terdengar bunyi berisik dari monitor, Asa mengeratkan cengkramannya pada selimut. Merasa cemas, maklum pengalaman pertama.

Tak lama kemudian, gambar hitam tak beraturan terlihat, hingga akhirnya berubah menjadi detakan jantung yang teratur.

Asa membelalakan mata sambil mengigit kukunya, semakin cemas. Bayangan saat ia ingin membunuh janin itu terlintas, Asa merasa sangat bersalah karena sempat berpikiran sesempit itu.

"Usianya sudah memasuki minggu sembilan, dia sehat." Acil menyudahi pemeriksaannya, beliau meletakkan probe ke tempat semula dan mematikan layar monitor.

"Sangat beresiko jika melakukan aborsi, apalagi di usiamu yang masih sangat belia." Acil kembali duduk di kursi kerjanya, berhadapan dengan Liam dan Asa yang baru turun dari brankar samping.

"Pendarahan berat, cedera pada rahim atau infeksi akibat aborsi yang tidak tuntas mungkin, bisa juga mengalami kemandulan, atau kehamilan ektopik pada kehamilan berikutnya."

"Pasti bisa meminimalisir kemungkinan itu kan, Dok?" tanya Asa. "Minum obat, suntik, atau yang lain--"

"Nak Asa, kehamilan ini sudah memasuki usia lebih dari dua bulan. Terlalu beresiko, dan saya tidak bisa menjamin akan baik-baik saja."

"Saya dokter kandungan, tugas saya menjaga kesehatan ibu hamil dan anaknya hingga proses persalinan selesai. Bukan membunuh janin seperti apa yang Anda bicarakan."

"Tapi--" Liam memegang tangan Asa sehingga Asa berhenti berbicara, gadis itu menoleh ke arah Sang Ayah.

"Nggapapa, Asa," ucap Liam lembut seraya menggenggam tangan Asa dengan kedua tangannya.

"Nggapapa," ulang Liam mengamati putrinya lekat-lekat. "Ada Papa, Sayang. Ini bukan masalah besar, hm? Pasti ada jalan, percaya sama Papa."

Liam menarik tubuh Asa menyandar ke dalam dekapannya, pria itu mengusap-usap lengan atas dan pundak Asa seolah sedang menyalurkan kekuatan pada Sang Putri.

Sikap Papanya yang seperti ini justru membuat Asa semakin bersalah, Asa semakin menyesal karena sudah melakukan hal berdosa seperti itu tanpa memikirkan konsekuensi yang akan ia dapatkan.

Asa benar-benar tidak menyangka, Elvan yang ia pikir adalah kebahagiaannya itu justru tidak ada di sisinya ketika Asa berada di titik terendahnya.

Orang yang tetap berada di sisinya justru Sang Papa, orang yang benar-benar sayang padanya adalah Papanya sendiri.

Sosok yang Asa pikir tidak akan pernah memberikannya kebahagiaan, sosok yang Asa kira akan selalu membencinya, dan sosok yang sempat Asa sesali karena telah menjadi Papanya.

Sekarang, sosok Papa itu benar-benar terasa nyata. Liam adalah pahlawan, sosok yang akan selalu ada, setia menemani Asa bahkan saat Asa sendiri berada di titik terendahnya dan seakan-akan tidak memiliki harapan lagi.

"Maaf, Pah." Asa semakin menangkupkan setengah wajahnya ke dada berlapis kemeja satin putih milik Liam. "Maafin Asa, Asa nakal--"

"Shttt," Liam mengusap punggung Asa. "Menyesali hal yang sudah terjadi, tidak akan merubah apapun. Belajar dari hal itu, dan coba perbaikan diri sendiri ya?"

"Sekarang, Asa punya tanggungjawab yang besar. Jadi kalau Asa mau melakukan sesuatu, Asa harus berpikir dua kali. Asa harus pikiran calon anak Asa, dan pikirin Papa juga, hm?"

"Asa nggak hidup sendiri, Papa akan selalu ada di sisi Asa. Kalau Asa pergi, Papa akan jadi orang yang sangat kehilangan. Kamu harus inget itu, Nak."

"Maafin Asa, Pah...,"

"Pasti ada jalan, Asa. Kamu nggak usah ketemu sama pacar kamu lagi, Papa nggak rela kamu disakiti sama orang lain."

Iya, Asa sudah menceritakan semuanya pada Liam, termasuk saat Elvan menginjak perutnya secara kasar waktu itu. Hanya saja, Asa tidak berani memberitahu jika itu adalah Elvan.

Dengan bodohnya Asa masih mencintai Elvan, gadis itu bahkan tidak mau melapor ke polisi. Dia berasumsi jika mereka sama-sama mau, hanya untuk melindungi lelaki bejat seperti Elvan.

***

"Ah, anak-anak jaman sekarang emang pada ngeri banget ya kalau pacaran," buka Acil ketika wanita itu duduk di meja makan bersama putranya yang duduk berhadapan.

Elvan yang baru saja meneguk air minum itu perlahan meletakkan gelasnya di atas meja.

"Ehehee, iya, Mah." Elvan mengusap sisa air minum di bibirnya yang selalu tampak basah setiap saat.

"Tadi, masa ada anak cewek yang hamil muda periksa ke Mama. Mana minta diaborsi segala lagi, padahal kandungannya udah besar."

"Dan dia itu masih SMA loh, seusia kamu kalau nggak salah. Seharusnya jangan sampai kayak gitu, orang tuanya terlalu bebas pasti, bisa-bisanya mereka sampai main sex."

Acil menggelengkan kepalanya sambil menghela napas pendek, menanggapi masalah Asa. Tanpa tahu jika penyebab semua yang ia bicarakan adalah anaknya sendiri.

"I-iiyaaa, Mah!" Elvan mengerling ke samping, seperti ingin kabur dan menyudahi percakapan semacam itu.

"Kamu nggak gitu kan, El?" Acil menatap putranya intens seraya meminum teh di mug putih.

"Huh?" Elvan menurunkan tangannya dari atas meja. "Eng-Enggak kok, Mah. Elvan nggak kayak gitu."

"Jangan gitu ya! Jangan bikin Mamah malu! Mamah kan Direktur Rumah Sakit Camelia nih, apa lagi Mama dokter kandungan juga. Kalau sampai kamu hamilin anak orang, bisa-bisa Mama jantungan lagi nanti."

Elvan menggeser piring bekas makan malamnya ke depan. "Iya, Mah," katanya dengan nada lemah, seolah terpaksa mengiyakan ucapan Sang Ibu.

"Apa lagi Mama kan single parent, kalau ada berita kayak gitu mencuat di rumah sakit, Mama pasti bakalan dihujat habis-habisan."

"Ah!" Acil memegangi kepalanya seakan-akan sedang pusying. "Mama nggak bisa ngebayangin bakalan sehancur apa nanti, mendingan mati aja--"

"Maaah!" tegas Elvan karena Acil menyinggung tentang kematian.

Acil tersenyum dan membelai pipi putranya. "Mama cuma nggak mau denger berita tentang kamu yang aneh-aneh kayak gitu,"

"Iyaa, Mah. Enggak kok."

Elvan memasuki kamarnya, menutup pintu rapat-rapat, lalu menghempaskan diri ke ranjang dalam keadaan tiarap.

"Hufft," Pikiran Elvan kini bercabang, antara Asa dan Mamanya sendiri.

Jika seperti ini, Elvan semakin takut untuk bertanggungjawab.

Pria itu menarik celana abu yang tergeletak di lantai, lalu mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam saku.

Dua bungkus pengaman berwarna merah mencuat bersamaan dengan ponselnya yang berhasil keluar.

"El!" panggil Acil membuka pintu kamar anaknya.

Elvan langsung menggeser kondom tadi ke kolong kasur. "I-iya, Mah?"

"Baju kotornya jangan lupa ditaruh kranjang, besok Mpok Ijah ke sini ngurus cucian."

"Iya, Mah."

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Btw, hari ini double up.
Baru tadi siang up terus kutinggal bobo siang, tau-tau udah 2k gitu aja. Makasih ya, antusias kalian bikin aku semangat nulis. ♥

1,5k view + 2,5k komen ya, nanti aku update lagi. Mau bener-bener nyantai dulu. ♥

Spam next dulu boleh »

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Dash ✨

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 155K 14
Tahap Revisi dan akan di repost kembali^^ "Aku tau bahwa mencintai seseorang juga perlu perjuangan. Lalu aku tau bahwa mencintai seseorang juga tidak...
1.7M 53.9K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
2.2M 27.3K 27
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
9.4M 307K 23
Kevano Angkasa Wijaya, cowok blasteran indo-spanyol, pemilik sekolah SMA Dharma Bangsa, ketua OSIS paling galak. Sifatnya dingin kayak es batu, ekspr...