My Valentines ✔️

Bởi roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... Xem Thêm

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

18. Badai

4.5K 666 93
Bởi roseannejung

Jam lima sore, Kim Jiho menangis tak karuan. Di hadapannya ada Jaehyun yang menunduk menatap lantai.

Janji semalam untuk keluar barang sebentar nyatanya hanya bualan. Jung Jaehyun pergi jam dua belas malam dan kembali pukul tiga sore. Laki-laki itu menemani Yewon mendapatkan penanganan medis.

Dokter memutuskan untuk merawat inap Yewon. Jaehyun menyaksikan bagaimana kaki bayi kecil yang baru berusia empat bulan itu harus ditusuk jarum infus. Tangisan yang tak berhenti dan wajah yang memerah membuat Jaehyun tidak tega untuk meninggalkan Yewon barang sedetik.

Melalui telepon, Jaehyun memberitahu Chaeyoung kalau Yewon harus dirawat dan perempuan itu panik.

"Yewon sakit apa? Separah apa penyakitnya? Aku... Jaehyun, aku harus ketemu Yewon."

"Chaeyoung, nggak apa-apa. Biar aku yang jaga Yewon malam ini. Kamu sekarang pulang ke rumah, kasihan Rion. Dia perlu istirahat."

"Tapi—"

"Kamu bilang, siang ini baby sitter yang akan rawat Rion dan Yewon datang. Kamu tunggu di rumah aja, sampai baby sitter itu datang untuk jaga Rion di rumah, setelah itu ke sini."

Sepanjang malam, Jaehyun tidak bisa tidur. Ia memperhatikan Yewon yang sesekali menangis—mungkin karena merasa badanya yang tidak enak. Menepuk-nepuk dada bayi itu atau mengusap kepala untuk menenangkan bayi yang sedang kesakitan itu.

Sampai saat ini, Jaehyun terkadang masih sulit untuk menerima kalau dua bayi yang dilahirkan oleh Chaeyoung adalah anak kandungnya. Tetapi, sesuatu di dalam dadanya selalu mendorong Jaehyun untuk melakukan hal yang membuatnya semakin dekat dekat dengan Rion dan Yewon.

Mengunjungi Chaeyoung di rumah sakit, bertamu seminggu sekali ke rumah perempuan itu, membawakan banyak perlengkapan si kembar, dan pergi meninggalkan Jiho begitu saja saat Jaehyun tahu Yewon sakit.

Mungkinkah ini yang disebut insting ayah? Entahlah Jaehyun juga tidak mengerti.

Sekitar jam dua siang, Chaeyoung datang ke rumah sakit dan saat itu lah Jaehyun memutuskan untuk pulang.

Laki-laki itu terlalu mengkhawatirkan Yewon, sampai-sampai ia lupa dengan eksistensi Jiho yang sedang menunggu dengan harap-harap cemas di apartemen Jaehyun.

Belum ada lima detik setelah Jaehyun masuk ke dalam rumah, Jiho sudah menodongnya dengan berbagai pertanyaan.

Jaehyun lelah mengelak, dan akhirnya mengungkapkan semuanya. Tidak ada lagi rahasia dan tidak ada lagi alasan.

Jiho menangis sambil memukuli Jaehyun. Perempuan itu terlihat begitu terluka dan terpukul. Hingga tiga puluh menit berlalu, tangisan Jiho masih belum berhenti.

"Kamu tega." Jiho berucap di sela-sela tangisannya.

"Maafin aku."

"Setelah sekian lama, baru sekarang kamu kasih tahu aku?" Jiho mendorong bahu Jaehyun denga tenaganya yang sudah hampir habis.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar. "Maaf."Hanya itu yang bisa ia ucapkan saat ini.

"Dari awal kita pacaran aku sempet curiga kalau kamu selingkuh. Tapi, ternyata kenyataanya lebih buruk dari itu. Bukan cuma selingkuh tapi kamu punya anak dari selingkuhan kamu!" Jiho berteriak lalu menyembunyikan wajahnya di balik tangan.

"Jiho, aku nggak pernah selingkuh." Jaehyun berkali-kali ingin menyentuh Jiho, namun tangannya ditepis kasar.

"Lalu Chaeyoung apa?"

"Aku dan dia hanya one night stand, dan itu terjadi saat kita belum pacaran."

"Segampang itu kamu ngelakuin one night stand, padahal jelas-jelas waktu kamu reuni kita sudah dekat. Kamu tahu aku suka kamu! Kamu tahu aku lagi nunggu kamu untuk ngajak aku pacaran. Kamu juga tahu kalau aku pasti akan balas perasaan kamu! Tapi kamu tetep ngelakuin one night stand sama perempuan itu! Perasaan kamu dimana Jung Jaehyun!"

Jaehyun bungkam. Ia tahu, ia telah melakukan kesalahan yang fatal.

Malam itu benar-benar di luar rencana. Awalnya Jaehyun hanya berencana untuk reuni. Bertemu teman-teman kampusnya dan menghabiskan malam dengan makan, minum-minum sambil bercerita mengenai masa-masa kuliah mereka yang menyenangkan. Namun semua niat itu berubah saat Jaehyun melihat Chaeyoung.

Malam itu Jaehyun duduk di meja yang diisi oleh alumni club basket fakultas—termasuk Johnny dan Yuta. Meja itu berada di dekat pintu masuk, jadi setiap ada yang datang, ia adalah orang pertama yang tahu.

Sekitar jam delapan malam, dua perempuan masuk ke dalam restoran. Yang satu berpakaian dengan pakaian branded yang fashionable, sedangkan yang satunya hanya mengenakan skinny jeans dan kemeja berwarna krem pucat.

Jaehyun mengenali perempuan yang berpakaian fashionable itu. Dia Lisa, si model yang belakangan menjadi buah bibir teman seangkatannya karena menjadi model cover majalah Vogue dan Harper's Bazaar. Sedangkan yang satu lagi ia tidak tahu.

Barulah saat Johnny menyapa perempuan itu, Jaehyun tahu namanya adalah Park Chaeyoung.

Jaehyun sama sekali tidak berencana untuk memperhatikan, tapi entah kenapa matanya selalu menangkap keberadaan Chaeyoung.

Sepanjang malam, Chaeyoung mengenakan wajah bosan dan mata yang menyorot sinis. Ia bahkan mendorong tubuh seorang senior mabuk yang mencoba untuk mengobrol dengannya hingga terjungkal.

Galak. Kira-kira begitulah kesan pertama Chaeyoung di mata Jaehyun.

Semakin malam, semakin ramai dan orang-orang sudah mulai tidak terkendali. Mereka berdiri, berkunjung dari satu meja ke meja lain untuk mengebrol dan di situlah Jaehyun memutuskan untuk duduk di sebelah Chaeyoung.

Jaehyun penasaran, dari angkatan dan jurusan mana perempuan itu? Kenapa wajahnya terlihat begitu asing?

Dan siapa yang sangka, niat awal keisengan Jaehyun malah membuatnya terperangkap dalam pesona Chaeyoung dan membawanya ke kamar hotel bintang lima.

"Aku tahu, aku salah, dan aku sama sekali nggak bisa ngelak. Tapi, aku mau kamu tahu, setelah malam itu kami nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku udah punya kamu, Jiho."

Jiho menggeleng. "Tapi kalian punya anak."

"Itu..., aku—karena" Jaehyun tidak sanggup untuk merangkai kalimatnya sendiri. "Jiho, tolong maafin aku. Aku sayang sama kamu."

"Aku nggak percaya." Jiho melepas tangan Jaehyun yang mengelus lengannya.

"Aku harus apa biar kamu percaya?"

Jiho tidak menjawab.

"Jiho, aku akan lakuin apa aja, supaya kamu percaya kalau aku dan Chaeyoung nggak ada hubungan apa-apa. Aku dan Chaeyoung murni kerja sama untuk Yewon dan Rion, nggak lebih."

Tangis Jiho perlahan mereka. Ia menyeka kasar jejak air mata di pipi, lalu menatap Jaehyun dengan mata yang sembab.

"Kalau begitu bawa aku ketemu Chaeyoung," ucap Jiho mantap.

***

Chaeyoung menaruh botol-botol susu di baskom kecil dan membawanya ke kamar mandi yang ada di ruang rawat inap Yewon.

Ia mengucurkan air panas dan dingin dari keran westfel ke dalam baskom, menentukan suhu yang tepat untuk merendam botol-botol itu.

Saat Chaeyoung masih sibuk dengan urusannya, ia mendengar suara pintu yang digeser terbuka.

"Junhoe?" seru Chaeyoung dari kamar mandi.

Beberapa saat yang lalu, Junhoe mengirimkan pesan kalau ia akan menjenguk Yewon. Tapi, apa munkin Junhoe datang secepat ini? Pesannya baru dikirim lima menit yang lalu.

Karena tidak ada balasan, Chaeyoung memutuskan keluar dan betapa terkejutnya ia saat melihat Jaehyun berdiri di dekat pintu sambil menggandeng perempuan bermata sembab.

"Chaeyoung, bagaimana keadaan Yewon?" tanya Jaehyun. Wajah laki-laki itu lurus dan tangannya tak lepas mengelus tangan mungil yang ada di genggamannya.

Chaeyoung berkedip beberapa kali.

"Yewon, sudah lebih baik. Panasnya mulai turun dan dia sudah nggak muntah-muntah lagi."

Jaehyun tersenyum kecil. Ia lalu melirik ke arah perempuan di sebelahnya. "Selama ini, aku belum memperkenalkan kalian. Chaeyoung, kenalkan ini Kim Jiho pacarku dan Jiho ini Chaeyoung ibu dari Rion dan Yewon."

Oh.

Chaeyoung berkedip sebelum mengulurkan tangannya.

"Hai, aku Chaeyoung."

Bukannya menjabat tangan Chaeyoung, Jiho malah menepisnya. Perempuan itu juga tidak lupa untuk memberikan tatapan mata sinis.

Jiho ingin terlihat seperti seorang perempuan yang jahat, namun air mata yang menggenang di kedua pelupuk matanya malah membuat Chaeyoung merasa kasihan.

"Jiho, jangan kasar." Jaehyun memperingatkan. "Chaeyoung, kami ke sini mau menjenguk Yewon."

"Oh, begitu." Chaeyoung mengangguk. "Padahal jenguknya bisa besok. Kamu, kan tadi habis dari sini."

Isakan tangis Jiho tiba-tiba terdengar.

Chaeyoung kaget. Apa dia barusan salah berbicara?

Jaehyun buru-buru menarik Jiho ke dalam pelukannya. "Boleh kami lihat Yewon?" tanyanya.

Chaeyoung mengangguk.

Jaehyun lalu membawa Jiho mendekat ke kasur bayi yang ditempati Yewon.

Sambil memperhatikan Yewon, Jaehyun menjelaskan tentang kondisi Yewon yang semalam demam tinggi lalu muntah-muntah kepada Jiho.

Chaeyoung yang berada di sisi lain ruangan dapat melihat bagaimana sabarnya Jaehyun memberikan pengertian kepada sang pacar. Netra Chaeyoung bergulir ke wajah Jiho, dan ia langsung menyesal.

Jiho memang tidak mengucapkan sepatah kata apapun, namun dari sorot matanya Chaeyoung tahu kalau ia tidak menyukai Yewon.  Bahkan dari wajah Jiho yang mengernyit, Chaeyoung bisa merasakan kalau ia jijik melihat Yewon.

Hal itu tentu saja melukai hati Chaeyoung.

"Apa Dokter sudah mengetahui penyakitnya?" Suara Jaehyun membuyarkan pikiran Chaeyoung.

"Belum. Hasil tes darah baru akan keluar besok," jawab Chaeyoung. Kali ini tidak ada keramahan di nada suaranya. Ia jengkel. Tidak ada orang tua yang menyukai anaknya ditatap seperti Jiho menatap Yewon.

"Chaeyoung...,"

"Hm?" Chaeyoung mengangkat wajahnya. Ia menatap mata Jaehyun yang sekarang berlarian kesana kemari.

"Boleh aku minta tolong sama kamu?"

"Minta tolong apa?" kali ini manik mata Chaeyoung memandang Jaehyun dan Jiho bergantian.

"Tolong jelasin ke Jiho perihal hubungan kita."

"Hah?"

"Cukup jelasin kalau yang kita lakuin itu hanya one night stand, dan setelah itu kita nggak ada hubungan apa-apa lagi."

Chaeyoung rasanya ingin tertawa terbahak-bahak saat ini.

Apakatanya tadi?

Menjelaskan ke Jiho tentang hubungan Chaeyoung dan Jaehyun.

"Kenapa bukan kamu yang ngejelasin sendiri?"

"Sudah, dan Jiho nggak percaya."

"Terus? Kalau dari mulut kamu saja dia nggak percaya, apalagi dari aku yang notabene orang asing buat dia?"

"Chaeyoung, tolong...," suara Jaehyun memohon. "Ceritakan saja dari sudut pandang kamu."

Chaeyoung menghembuskan napas kasar.

Hidupnya belakangan sudah berat, ditambah dengan Yewon yang sakit. Sekarang ia juga harus menjadi penengah dari hubungan orang lain.

"Nona Kim Jiho, tolong dengar, ya. Aku hanya akan bercerita satu kali, dan tidak ada pengulangan." Chaeyoung menatap Jiho, dan perempuan itu balas menatapnya.

Kali ini tidak ada raut ketakutan di mata Jiho, perempuan itu sekarang terlihat seperti orang yang sudah mengatur pikirannya yang berantakan dan siap tempur.

"Aku dan Jaehyun bertemu di acara reuni. Kami mengobrol, bercanda, dan kejadian itu terjadi begitu saja. Kamu tahu maksudku, kan ... "

Jiho menelan ludah dengan susah payah.

" ... lalu aku hamil. Aku sempat mengunjungi pacarmu di Incheon untuk meminta pertanggung jawaban. Tapi, dia menolak. Dia tidak mengakui kalau Rion dan Yewon adalah anaknya. Lalu kami bertemu kembali saat kandunganku berada di trismester akhir. Aku melahirkan, dan Jaehyun ada di sana. Sejak saat itu ia sering berkunjung menemui Rion dan Yewon ... "

" ... aku tidak tahu apa alasan Jaehyun yang tiba-tiba berubah sikap. Tapi sebagai ibu, aku merasa Rion dan Yewon berhak untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Makadari itu aku mengijinkan Jaehyun bertemu mereka."

"Kenapa kamu berubah Jaehyun?" Dari cerita Chaeyoung yang panjang, hanya pertanyaan itu yang muncul di kepala Jiho.

"Apa?"

"Kenapa di awal kamu bersikeras kalau anak yang dikandung perempuan itu bukan anak kamu, tapi setelah mereka lahir kamu bersikap seolah-olah ayahnya?"

"Jiho, aku memang ayah Rion dan Yewon."

"Nggak!" Jiho menggeleng. "Kamu belum tentu ayahnya. Di awal, Kamu nggak ngakuin mereka karena kamu curiga, kan, sama perempuan itu. Kamu tahu, perempuan itu nggak cuma ngelakuin itu sama kamu."

"Aku rasa kamu sudah keterlaluan." Chaeyoung memperingatkan Jiho yang sudah berucap sembarangan.

"Apa? Salah kalau aku berucap seperti itu?" Jiho menatap nyalang ke arah Chaeyoung.

"Salah. Omongan kamu menuduh seakan-akan aku perempuan murahan dan anak-anak yang aku kandung bukan anak Jaehyun."

"Kalau begitu buktikan!" Jiho melipat tangan di depan dada menantang Chaeyoung. "Jaehyun, apa kamu sudah tes DNA?"

"Belum."

"Lihat, lihat! Kenapa kamu ini mudah sekali dibohongi! Perempuan itu hanya memanfaatkan kamu."

Chaeyoung mendengus kasar.

"Memanfaatkan?"

"Ya, kamu cuma mau merusak hubunganku dengan Jaehyun, kan."

"Jiho—"

"Lepas!" Jiho melepas tangan Jaehyun yang mencoba untuk menariknya mundur.

"Aku sama sekali nggak ada maksud seperti itu. Aku saja baru tahu kalau Jaehyun punya pacar beberapa menit yang lalu."

Jiho menggeleng. "Jaehyun, perempuan ini aneh. Kenapa kamu bisa percaya omongan dia? Untung aku minta kamu kenalin aku ke dia. Kalau enggak, aku yakin kamu masih terkena tipu daya perempuan itu."

"Hei, jaga ucapan anda."

"Jaehyun, kamu harus tes DNA!"

"Tidak perlu, Rion dan Yewon tidak perlu tes DNA untuk tahu siapa ayahnya."

"Lihat, aneh, kan. Kalau benar dia yakin kamu ayahnya, dia nggak akan mengelak seperti ini. Lagi pula, kamu bilang kamu ngelakuin itu hanya satu kali, tapi dia langsung hamil. Bukankah itu aneh?"

"Maaf, dari mana anehnya saat pacar kamu itu ngeluarin spermanya di rahim aku?"

"Kamu---" Jiho kehabisan kata-kata. "Jangan mengalihkan pembicaraan! Aku mau anak-anak kamu tes DNA."

"Siapa kalian menyuruh-nyuruhku? Kamu siapa? Jaehyun siapa?" nada suara Chaeyoung mulai meninggi. "Dan kalaupun aku mengijinkan Rion dan Yewon untuk tes DNA lalu apa? Kalau benar Rion dan Yewon adalah anak Jaehyun bagaimana? Apa yang akan kalian lakukan kalau hal itu terjadi? Apa Jaehyun akan bertanggung jawab? Apa Jaehyun akan menikahiku? Apa kamu rela melepaskan pacar yang kamu bela mati-matian ini untuk menjadi ayah dari anak-anak saya? Enggak kan!"

"Tanpa ada keraguan sedikit pun, saya berani bersumpah kalau pacar kamu itu adalah ayah kandung dari anak kembar saya yang bernama Rion dan Yewon. Sebelum kamu berkoar-koar tentang tes DNA, kamu harus benahi hati kamu terlebih dahulu, karena hasilnya pasti 99.9% cocok. Kalau sudah begitu, kamu mau apa? Menangis dan menyalahkanku lagi?"

"Kenapa kalian begitu egois? Keinginan kamu melakukan tes DNA adalah untuk memberi makan ego kamu. Bukan untuk menyelesaikan masalah!"

Jiho bungkam. Matanya yang semula menatap Chaeyoung seperti singa yang siap menerkam mangsanya, kali ini menunduk.

"Dari awal aku bilang, aku mengijinkan Jaehyun mendekat karena aku ingin Rion dan Yewon merasakan kasih sayang papanya. Bukan untuk merusak hubungan kalian, bukan juga tentang uang. Tidak ada yang menahan Jaehyun di sini. Jika dia ingin pergi maka pergi, toh sejak awal dia memang tidak ingin bertanggung jawab, kan."

"Chaeyoung, aku—"

"Lebih baik kamu dan Jiho keluar sekarang." potong Chaeyoung.

"Aku minta maaf. Aku percaya kamu."

"Keluar."

"Chaeyoung—"

"KELUAR!" Chaeyoung berteriak, dan itu membuat Yewon yang sedang tidur terbangun dan menangis kencang.

Tangisannya nyaring dan menyakitkan hati.

"Keluar, tolong." Chaeyoung berucap untuk terakhir kalinya, sebelum duduk di pinggir kasur untuk menenangkan Yewon.

Jiho mendengus kesal, lalu menarik Jaehyun untuk keluar dari ruang rawat Yewon.

Sepeninggalan kedua orang tadi, Chaeyoung mengusapair mata Yewon."Maaf, Sayang. Kaget, ya dengar teriakan Mama. Maaf,ya."

.

To Be Continued

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

122K 9.7K 22
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ••• RE-WRITE. ••• "Marriage hurt. Divorced hard". Ketika pilihan tidak ada di hidup mereka. Ketika perjalanan kehidupan suda...
216K 9.6K 12
"When your love story isn't always sweet like sugar. There is bitterness, like the taste of coffee." - Monochrome, Cho. SECRET LOVE SONG VERSI E-BOOK...
8.6K 1.2K 23
Lee Seung Gi dikenal sebagai pria anti kuman yang sangat mendewakan kebersihan. Selain membenci sesuatu yang bersifat kotor, kemarahan Seung Gi akan...
95.4K 16.7K 48
Kegemaran Rosiana terhadap musik indie dan content design menghantarkan dirinya mengenal Jeffrey. Lelaki dengan ketampanan luar biasa itu nyatanya me...