Please, Say Goodbye

By youandwords

4K 657 95

[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selam... More

Perkenalan
1-Tetangga Baru
2-Mencurigai Tetangga
3-Mari Jangan Merepotkan
4-Hampir Curiga
5-Ulah Si Melvin
6-Temenan
7-Hampir Salah Paham
8-Bercandaannya Kelewatan
9-Mengungsi
10-Ke Mana Tetangga Baru Itu?
11-Ternyata Tidak Seperti Itu
12-Makan Malam Bersama Tetangga
13-Sesuatu yang Sudah Lama dimiliki
14-Tidak Sesuai Harapan
15-Mikha yang Aneh
16-Memahami Lagi
17-Rencana Liburan
18-Pasangan Bucin
19-Susah Melupakan
20-Salah Sangka
21-Interogasi
22-Bujukan
23-Gara-Gara Bercanda
24-Terus Kepikiran
25-Hadapi
26-Saling Membantu
27-Digendong Melvin
28-Sekeras Gue Menghindar
30-Kesepian
31-Permintaan
32-Sederhananya Bahagia
33-Jangan Ganggu Orang Pacaran
34-Malam yang ditunggu
35-Remuk
36-Bagaimana Melanjutkan Hidup?
37-Fakta Baru
38-Akhirnya Memilih Jujur
39-Seminggu Tanpamu
40-Orang-Orang di Sekitar
41-Teralihkan
42-Siluet
43-Satu Bulan Tanpanya
44-Membuka Hati?
45-Cerita Masa Lalu Melvin
46-Kisah Sahabatku
47-Ada yang disembunyikan
48-Penengah
49-Tentang Hati
50-Dua Orang Dari Masa Lalu
51-Mari Kita Move On
52-Belum Bisa Lupa
53-Mood
54-Kuliner Malam
55-Berdamai
56-Tempat Impian
57-Tidak Ada Kabar
58-Jangan Bikin Khawatir
59-Enggan Beranjak
60-Please, Say Goodbye

29-Good Night

49 8 2
By youandwords


Jarum jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi ada dua orang yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Melvin sibuk mengukir sedangkan Mikha menghaluskan ukiran. Mereka bekerja tanpa banyak kata, tidak seperti sebelumnya yang selalu adu mulut.

"Hoam...." Mikha menutup mulut, kantuk mulai datang. Dia meletakkan kayu itu di depannya kemudian menatap Melvin. Dia tersenyum memperhatikan tangan Melvin yang bergerak lues di papan kayu.

"Ngapain lihat-lihat?"

Mikha tersentak mendengar pertanyaan itu. Dia bergeser hingga duduk di samping Melvin. "Lo dulu ambil jurusan apa? Kenapa suka ngukir?"

"Dari dulu emang suka ngehias ruangan. Terus, penasaran bikin sesuatu buat di kamar. Salah satunya ngukir." Melvin menjawab tanpa menatap lawan bicaranya. Mata cokelat gelapnya fokus dengan ukiran daun dengan detail yang cukup kecil.

"Lo banyak bakat, ya. Jadi iri." Mikha menatap depan dengan pandangan menerawang. "Gue nggak pinter, semuanya serba setengah-setengah."

"Lo harus pilih salah satu yang lo suka, terus dalamin ilmu itu."

Mikha mengangguk, pernah mendengar nasihat itu dari salah satu gurunya. "Tapi, tetep aja ngerasa biasa-biasa aja."

Melvin meletakkan papan kayu dengan setengah bagian yang telah terukir. Dia lalu menoleh ke Mikha yang tampak melamun. "Lo punya kelebihan yang nggak gue punya."

"Apa?"

"Lo tetep bisa senyum tanpa beban meski capek," ujar Melvin. "Kalau gue udah pasti uring-uringan."

"Hemp...." Mikha menahan tawa mendengar itu. "Sebenarnya itu udah kebiasaan. Papa ngajarin buat jangan terlalu frustrasi."

Melvin terdiam. Dia tipe lelaki pemikir. Jika, ada satu masalah yang mengganjal dia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. "Tapi, lo nggak merasa terbebani?"

"Gue punya jurus aneh!" jawab Mikha antusias. "Mau denger?"

"Jurus kodok loncat?"

"Ish...." Mikha memukul lengan Melvin. "Gue sering ngomong sama tembok buat ngeluarin isi hati gue. Jangan terlalu sering pendam perasaan, lo nggak tahu ke depannya bakal tetep kuat atau makin terpuruk."

"Ha?"

"Serius!" Mikha mengangguk dengan wajah serius.

Cara itu sebenarnya sangat aneh bagi Melvin. Namun, sepertinya cukup ampuh karena tembok jelas tidak akan memberi tahu rahasianya. Melvin geleng-geleng, merasa aneh sendiri jika membayangkan itu.

"Lo coba, deh! Pasti lega." Mikha menatap depan sambil tersenyum kecil.

"Oke. Kapan-kapan gue coba." Melvin menatap depan sambil tersenyum samar. Sepertinya tembok di depannya akan menjadi sasaran.

"Hoam...." Mikha menutup mulut saat kantuknya kembali terasa. Pandangannya lalu tertuju ke barang-barang yang masih berserakan. Dia ingin segera membereskan, tapi terlalu malas untuk beranjak. Akhirnya, Mikha memilih memejamkan mata.

"Mik. Sayang banget sama pacar lo?" tanya Melvin setelah hening beberapa saat.

"Hmm...."

"Pernah bayangin kalau orang yang lo sayang nyakitin lo?" tanya Melvin. "Rasanya bakal parah, Mik. Mungkin lo nggak bakal takut jatuh cinta lagi." Melvin menoleh dan mendapati Mikha yang memejamkan mata.

Melvin bergerak, tapi tubuh Mikha hampir limbung. Refleks dia menyangga pipi Mikha. Wanita itu bergerak pelan, tapi tetap tertidur. "Huh...." Melvin kembali ke posisinya lalu menyandarkan kepala Mikha di pundaknya.

Pandangan Melvin tertuju ke tangan Mikha yang berada di atas paha. Dia menyentuh tangan itu dan mengusapnya pelan. Setelah itu dia menatap Mikha yang masih terlelap. Melvin lantas mengeratkan genggaman. Gimana kalau gue suka sama lo, Mik?

***

Suara detak jam dinding menemani Melvin di ruang tamu. Satu tangannya berkali-kali mengusap ke atas paha. Sedangkan tangan yang satunya tidak bisa bergerak karena tertindih kepala Mikha.

Suasana terasa sangat aneh dan canggung. Namun, Melvin tidak kunjung beranjak dari posisinya. Dia tetap duduk dengan posisi bersila tanpa banyak gerak. Dia takut jika bergerak sedikit saja maka akan mengganggu tidur Mikha.

Melvin tidak tahu sudah berapa jam dia duduk di posisi itu. Satu yang pasti, lengannya terasa begitu nyeri. Kakinya juga berkali-kali kesemutan. Sayangnya, dia tidak merasakan kantuk.

"Hoam...."

Tubuh Melvin menegang merasakan pergerakan tangan Mikha. Dia melirik, mendapati wanita itu hanya bergerak mencari posisi nyaman. Setelah itu napas Mikha terdengar teratur. Refleks tangan Melvin terangkat, membenarkan posisi kepala Mikha yang sedikit miring.

"Mik. Lo nggak mau bangun?" tanya Melvin sambil merapikan rambut Mikha. Pandangannya kemudian tertuju ke tangan Mikha yang memegangi lututnya.

Tangan Melvin bergerak hendak menggenggam tangan itu, tapi dia mengurungkan niat. Dia tadi sudah menggenggam tangan itu dan membuatnya sesak napas. Sekarang, dia tidak inign mengambil risiko lagi.

Melvin menatap ke arah lain, melihat balok kayu yang hampir jadi tinggal bagian penutupnya. Barang-barang lain juga masih berserakan karena Mikha tiba-tiba langsung tertidur. Dia tahu wanita itu pasti lelah setelah pulang kerja langsung membuat kado.

Sudut bibir Melvin tertarik ke atas. Dia berharap kado yang dibuat susah payah itu benar-benar dihargai. Dia tahu usaha Mikha untuk menyenangkan pacarnya. "Gue bakal tonjok pacar lo kalau dia macem-macem."

Mungkin ini terkesan cepat, tapi Melvin merasakan kehangatan dari seorang Mikha. Wanita itu ekspresif dan apa adanya. Beberapa kali Mikha terlihat konyol dan ceroboh. Kehadiran Mikha perlahan mengikis kesepian Melvin.

"Eh...." Mikha tiba-tiba terbangun. Dia mengangkat kepala dan mendapati wajah Melvin. "Ya ampun...." Mikha refleks bergerak mundur.

Melvin menggerakkan lengan kirinya yang terasa kebas. Setelah itu dia menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. "Udah bangun?"

Mikha menutup mulut. Dia menatap Melvin yang beranjak kemudian membereskan barang-barangnya. Mikha lalu mengedarkan pandang dan melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul dua. Mikha menepuk kening, merasa bersalah karena sempat ketiduran.

"Biar gue yang beresin. Lanjut istirahat aja," ujar Melvin sambil memindahkan balok di dekat sofa. Setelah itu dia memasukkan alat-alat lain ke kresek merah.

"Sorry...." Mikha mendekat dan membantu Melvin. "Kenapa nggak bangunin?"

Melvin menggeleng. Mana tega dia mengganggu tidur damai Mikha. "Udah gue bangunin, tapi lo pules banget."

Mikha menggaruk belakang kepala. Dia memang susah dibangunkan. "Gue anaknya gampang tidur, tapi susah dibangunin."

"Iya, tahu." Melvin menatap Mikha sambil menahan senyuman. "Untung nggak ngiler." Dia lalu mengusap kausnya beberapa kali.

"Ish...." Mikha refleks menyentuh sudut bibirnya. "Enggak, ya!"

Melvin terkekeh pelan. Dia berdiri sambil mengulurkan tangan. Wanita itu langsung menerima dan berdiri.

"Makasih bantuannya, Vin." Mikha melepas genggaman, tapi tangan besar itu masih memegang tangannya.

Mata Melvin fokus menatap wajah di depannya. Dia melihat Mikha yang terdiam dengan napas tercekat. Melvin menarik tangan itu hingga Mikha menabrak dadanya. Tangannya lalu melingkar ke pinggang Mikha.

Glek.... Mikha menelan ludah. Dia mendongak mendapati Melvin yang menatapnya intens. Kemudian dia melirik posisinya yang saling berdekatan. Mikha bergerak mundur, tapi Melvin menariknya lagi.

Tangan Melvin terangkat lalu mengusap puncak kepala Mikha. "Semoga lo bahagia, ya, Mik. Gue lihat kerja keras lo."

Meski bingung, Mikha tetap mengangguk. Dia merasa gerah karena pikirannya mendadak blank. "Hmm...."

"Good night." Melvin perlahan melepas genggaman kemudian berjalan menjauh.

Mikha menatap kepergian Melvin sambil menyentuh dada. Dia menarik napas panjang kemudian mengembuskan napas pelan. "Gila! Aneh!" Dia segera berlari.

Brak....

Dari arah kamar, Melvin mendengar suara pintu yang ditutup kencang. Dia berbaring terlentang lalu mentutup mata dengan lengan. Gue pernah usaha keras buat seseorang, tapi akhirnya kecewa. Gue harap lo jangan kayak gitu.

***

"Mik, gue minta maaf."

Lelaki yang berdiri di depan kaca itu tersenyum lalu mengulurkan tangan. Sedetik kemudian, senyuman itu pudar. "Ck! Emang gue ngelakuin kesalahan besar apa?" Dia berbalik dan keluar dari kamar mandi. Setelah lima langkah, dia berhenti.

Good night.

Melvin tiba-tiba merinding ingat ucapannya semalam. Dia memukul pipi beberapa kali lalu mendongak. "Tempat ini banyak hantu kayaknya," gumamnya. "Seorang Melvin tiba-tiba jadi aneh." Dia bergegas keluar kemudian menatap ke arah pintu.

Good night.

"Aaaah! Gila gue!" Mevin mengacak rambut sebal.

***

Pukul setengah tujuh pagi, Mikha duduk di kursi makan sambil bertopang dagu. Satu tangannya memegang sendok lalu bergerak mengaduk sereal. Sedangkan pikirannya tertuju ke tempat lain.

Mikha ingat semalam sangat mengantuk kemudian memilih memejamkan mata sejenak. Selanjutnya dia tidak ingat apa yang terjadi. Dia baru terbangun saat kepalanya terasa berat. Kemudian dia menyadari sesuatu yang aneh karena bantalnya sangat keras.

"Aduh...." Mikha menggeleng tegas saat ingat mendapati wajah Melvin. Lelaki itu membuang muka, tapi wajahnya terlihat memerah.

Mata Mikha seketika tertutup. Dia menepuk pipi beberapa kali kemudian menegakkan tubuh. "Aduh, Mikha! Ceroboh banget, sih!"

Mikha menyendok sereal yang sejak tadi hanya diaduk-aduk itu. Dia menyantapnya dengan cepat, sambil berusaha melupakan kejadian semalam. Sayangnya, tiba-tiba dia teringat saat Melvin mengusap puncak kepalanya.

Good night.

"Uhuk...." Mikha seketika tersedak. Dia duduk bersandar sambil menepuk dadanya beberapa kali.

Good night.

Kedua tangan Mikha refleks menutup telinga. Dia seperti dihantui ucapan Melvin yang sangat lembut. "Itu pertama kalinya gue denger Melvin ngomong lembut."

Mikha terdiam sambil tersenyum samar. Perlahan penilaiannya tentang Melvin bergeser. Dia bukan lelaki genit. Melvin cukup manis dan perhatian. Mikha mengusap wajah lalu menyugar rambut ke belakang. "Aaaa! Kenapa gue terus kepikiran?"

Napas Mikha mendadak memburu. Dia mengambil air mineral dan menegaknya dengan tandas. Setelah itu dia menyambar tas dan berjalan menuju pintu. Sayangnya, dia terlihat ragu.

"Huh...." Mikha menghela napas panjang kemudian memegang gagang pintu. Dia memejamkan mata sejenak lalu membuka pintu dengan cepat. Dia begitu lega saat tidak mendapati Melvin. Lantas buru-buru keluar dan berlari menuju lift.

Mikha ingat beberapa kali menghindari Melvin, tapi ujungnya tetap bertemu. Kali in dia berharap tidak bertemu dulu. Sungguh, dia belum menyiapkan diri jika bertemu dengan Melvin. Gue beneran malu.

Continue Reading

You'll Also Like

237K 36.4K 42
Kupikir menjauh dari mama adalah upaya terakhir untuk kesehatan mentalku. Rupanya aku salah. Tuhan tak ingin hidupku damai. Dia mengirim bocah pember...
92.4K 15.7K 47
[Masuk dalam reading list @WattpadRomanceID dengan kategori Cerita Bangku Kampus-Maret 2021] Ada dua hal yang dibenci Oktan; mimpi dan gadis itu. Ia...
90.5K 13K 41
"Mas Abrian... aku suka kamu." Ujar gadis itu tiba-tiba, tepat di pinggir lapangan sekolah saat tak ada siapapun di sana. Tepat sebelum Brian melanju...
746K 104K 54
Dear Future Ainara, Kalau kamu sampai membaca ini berarti posisiku sekarang sudah move on dari Mas Crush. Namun, jika kamu ketiban sial, bisa jadi st...