DANGEROUS SCHOOL

By Kapten_Trigon

204K 18.5K 3.5K

"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang ber... More

WARNING 🚫
PERKENALAN 🚫
WANTED 🚫
00. PROLOG ‼️
01. AWAL TAHUN SILAM
02. ARGUMEN BUNUH DIRI ‼️
03. BUKTI VIDEO ANONIM ‼️
04. PENYELIDIKAN SAKSI ‼️
06. MOTIF PEMBUNUHAN ‼️
07. PUSAT PEMBUNUHAN ‼️
08. ANALISIS AWAL ‼️
09. PIHAK KEJAHATAN ‼️
10. PEMBELAAN KECIL‼️
11. FIRASAT BURUK ‼️
12. SURAT ANCAMAN ‼️
13. PUSAT ANCAMAN ‼️
14. PESAN TERSEMBUNYI ‼️
15. MAYAT BISA BERBICARA ‼️
16. HUKUM TIMBAL BALIK ‼️
17. KESALAHAN ARGUMEN ‼️
18. MANIPULASI LANGKAH
19. BAGIAN YANG HILANG
20. BAGIAN YANG HILANG 2
21. PEMAKAMAN DARAH
22. PENGHUNI TOXIC
23. GLADI RESIK HARI KERAMAT
24. GLADI RESIK HARI KERAMAT 2
25. MEMANCING MUSUH
26. RAHASIA SEKOLAH?
27. KEBENARAN VS KEBOHONGAN
28. PEMBENARAN SITUASI
29. PENGGELARAN KASUS BERDARAH
30. SUARA-SUARA KEADILAN
31. NILAI JUAL

05. KEJANGGALAN LOKASI ‼️

5K 507 75
By Kapten_Trigon

SELAMAT MEMBACA

*
*
*

05. KEJANGGALAN LOKASI

Saat hari sudah menggelap, mereka bertiga masih meratapi kesedihan dan rasa kekesalan di gudang yang menjadi perkara tempat kejadian Danu tewas. Setelah semua anak-anak DS meninggalkan sekolah dipukul lima sore, tidak untuk mereka.

Apalagi, setelah dibuat kesal dan marah oleh perkataan Pak Woyo yang cukup menyakitkan. Membuat mereka bertiga merenung, terdiam, dan mencoba untuk menjernihkan pikiran terlebih dahulu. Hari ini banyak kejadian tidak terduga terjadi, yang membuat mereka menerka-nerka dengan kasus bunuh diri Danu.

Di dalam gudang yang hanya ada penerang lampu yang sudah berkedip-kedip, serta cahaya bulan yang menembus lewat ventilasi, membuat suasana sedikit terang. Rafka memejamkan kedua bola matanya dengan kedua tangan melipat di dada, duduk di antara kursi sekolah yang ditumpuk di satu sudut ruangan, kursi-kursi yang tidak dipergunakan lagi. Damar terdiam dengan wajah lesu duduk lesehan di lantai gudang dengan menangkup kedua lututnya, memandang lantai-lantai yang terasa dingin menyeruak tulangnya. Beserta bau pengap yang cukup mengganggu.

Berbeda dengan Reno, cowok dengan rambut comma hair berwarna hitam pekat, berdiri di dinding dekat pintu gudang, memandang kedua sahabatnya itu. Meski, dia terlihat seperti seseorang yang tidak peduli, jauh di lubuk hatinya dia juga terluka. Dia tidak bisa melihat situasi dingin seperti ini, membuat pikirannya terganggu yang notabennya punya karakter yang ceria.

"Sialan! Kenapa kasus Danu ditutup secepat ini, apa mereka tidak tau bahwa jelas-jelas ini kasus pembunuhan?" Hentak Reno menendang kursi yang ada di sampingnya. Matanya tajam menusuk menatap keluar jendela, berusaha membuka suara supaya tidak canggung seperti ini.

Damar dan Rafka tersadar dalam lamunannya, kini menatap ke satu arah dimana Reno berdiri dengan kedua tangan menopang di pinggang.

"Hanya ada satu cara untuk membuktikannya, temukan hal ganjal ditempat kejadian," ujar Rafka pelan sambil bangkit dan mendekat ke arah Damar.

Damar menatap wajah Rafka yang benar-benar marah dengan apa yang baru saja terjadi, membuatnya terdistraksi untuk memikirkan sesuatu dengan argumen kematian Danu dan video yang tersebar.

Perlahan, Rafka berjalan pelan mendekat di area tengah-tengah gudang yang ditandai dengan garis polisi. Dia menengadahkan kepala, menatap ke atas loteng dengan bilah-bilah kayu bersatu. Di sana, dia bisa melihat dengan jelas bekas eratan tali yang diikat, dimana Danu memilih lokasi ini untuk mengakhiri hidupnya. Semua bukti tidak ada lagi dan sudah diselidiki oleh Detektif Lenan dan bukti mengatakan Danu benar bunuh diri. Seminggu sejak itu, bahkan Detektif Lenan sudah menginterogasi semua para murid dan berakhir menemukan surat peninggalan yang menjadi alasan Danu bunuh diri.

Bahkan, kedua orang tua Danu cukup terpukul atas apa yang terjadi kepada putra satu-satunya itu. Mereka juga marah dan tidak percaya jika Danu selama ini depresi. Sempat memberontak kepada sekolah, tetapi mereka sendiri tau bagian dari yayawan SMS Dark Sinarga ini. Tidak ada yang bisa orang tua Danu lakukan.

"Waktu itu terjadi saat dia berlatih renang dan pas ditemukan dia juga memakai baju renang. Tali tergantung, wajah memucat, tidak ada hal aneh. Dan jelas dia terlihat bunuh diri," tukas Rafka dengan pikiran kalutnya, memandang ke atas loteng.

"Ya, tidak ada tanda-tanda bahwa Danu dibunuh saat itu. Terlihat jelas bukan. Tetapi, yang aneh adalah ... Danu ingin memenangkan pertandingan renangnya tahun ini supaya bisa masuk klub renang internasional dan kenapa dia harus memilih bunuh diri," sahut Damar ikut menambah, cowok itu kini bangkit dari duduknya dan berdiri di belakang Rafka.

Rafka menatap kedua sahabatnya, dengan tatapan kosong. Hingga beralih menatap pintu gudang yang berjarak sepuluh langkah dari posisinya berdiri. Tidak ada lampu di sekitar gudang ini, mengingat video dari saksi itu yang tersebar dan wajah Danu bahkan tidak terlihat jelas dan yang hanya mereka tau adalah, suara berat Danu yang khas.

"Satu-satunya jawaban yang akan menjawab argumen kita adalah ... orang yang ngerekam waktu Danu di siksa," sambung Rafka lagi sambil keluar dari TKP yang ditandai dengan garis-garis polisi melingkar.

Damar mengangguk cepat, setuju dengan argumen Rafka. Sambil pandangannya tidak lepas dari area gudang ini, tampak Damar seperti memikirkan sesuatu.

"Tunggu," beo Damar pelan, matanya sedikit melebar saat sebuah ide terlintas.

"Kenapa, Mar?" tanya Reno penasaran, cowok itu segera mendekat ke arah Damar, yang semula berdiri di samping pintu gudang.

"Gue ngerasa janggal sama lokasi yang dipilih Danu untuk bunuh diri," ujar Damar pelan sambil tangannya bergerak-gerak.

"Maksud lo?" tanya Rafka dan Reno secara serentak, bahkan kening mereka sudah berkerut.

"Maksud gue ... Kalaupun seseorang ingin bunuh diri, seharusnya dia memilih tempat yang alternatif. Misal di ruang kelas, koridor, kantin, atau di balkon kolam renang. Supaya mempermudah orang-orang menemukannya. Tapi, ini ... Kenapa dia harus di gudang? Yang notabennya jauh dari jangkauan orang-orang. Paham kan maksud gue?" tanya Damar setelah menjelaskan pikirannya yang mengganggu sambil menatap dua sahabat di depannya.

Rafka melipat kedua tangannya di gudang, merasa cukup logis apa yang dikatakan Damar. "Jadi, maksud lo, lokasi gudang tidak alternatif jika dia memilih bunuh diri dan fatalnya mungkin, dia tidak akan ditemukan berhari-hari," tambah Rafka mengangguk setuju dengan argumen Damar.

"Pesan tersembunyi!" jawab Reno cepat, terpikirkan sesuatu saat ucapan Rafka yang membuat otaknya memutar cepat untuk berpikir. Wajahnya terlihat sumringah sambil menunjuk Damar dan Rafka secara bergantian, berharap tebakannya itu benar.

"Tepat! Jika argumen gue ini benar, pembunuhnya pasti panik saat tau seseorang sedang mengawasinya, maka dari itu dia tidak sempat berpikir untuk membawa tubuh Danu sesuai rencananya. Alhasil, lokasi awal yang dia pilih untuk menyiksa Danu sesuai di video yang tersebar itu pasti di sekitar gudang ini, makanya tubuh Danu yang sudah tewas di temukan di sini." Damar menjelaskan dengan sangat antusias, bahkan lekuk-lekuk wajahnya yang semula tegang, kini mengerut.

"Danu beneran di bunuh dan video anonim itu adalah kunci dari keraguan kita saat ini. Kita harus cari tau siapa yang ngirim video itu, maka kita akan tau alasan Danu dibunuh."

"Sialan! Gue merinding," beo Reno sambil mengibaskan bulu kuduknya saat mendengar perkataan Damar barusan.

"Jadi, kita mulai dari mana?" tanya Rafka seakan argumen Damar itu memberikan efek untuk dia membuka ide-ide baru yang mungkin akan terpikirkan.

"Sesuai prediksi gue pada waktu kejadian di malam hari dan Danu saat itu sedang berlatih renang, kita harus mengecek CCTV, anggota ekskul renang dan beberapa murid yang terakhir menghabiskan waktu bersama Danu saat latihan. Saksi itu pasti anak DS dan dia ketakutan untuk menunjukkan diri sekarang. Makanya dia ngirim kita pesan, sebab dia tau hanya kita yang tidak percaya Danu bunuh diri."

"Alasannya?" tanya Reno sambil memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Pikir pake logika, Ren. Kalau lo jadi saksi pembunuhan, melihat perbuatan pembunuh itu, lo mau mengungkapkan apa yang telah pembunuh itu lakukan kepada semua orang?" Wajah Damar terlihat sumringah setelah dugaannya berpikir lama dengan kejadian kasus Danu itu.

Reno menggelengkan kepalanya cepat. "Ya, enggaklah! Yang ada gue dibunuh." Reno terdiam sejenak saat ucapannya terlontar dan kedua bola matanya membulat lebar saat setelah memahami maksud perkataan Damar. "Anjir! Jadi saksi itu bersembunyi supaya dia tidak ketahuan dan dibunuh?"

"Tepat sekali!" sahut Damar sambil menepuk-nepuk kepala Reno dengan kuat, merasa gemas dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini, tidak biasanya bisa diajak serius, tetapi ide serta tebakan Reno bahkan benar dan dia cukup tanggap.

Rafka menatap Damar dengan wajah masih ditekuk, merasa argumennya cukup masuk akal, tetapi dia tidak bisa tenang setelah kejadian di kantor Detektif Lenan.

"Jadi, pembunuhnya bagaimana?"

Setelah Damar puas memukul kepala Reno dan dia pasrah saja, kini beralih menatap ke arah Rafka.

"Kita akan tau kalau bisa memecahkan alasan Danu dibunuh. Maka dari itu, kita butuh bantuan OSIS. Putra, yang memegang semua kendali sistem sekolah."

"Sialan! Otak lo bisa jadi detektif juga, Mar," puji Reno sambil menepuk-nepuk pundak Damar dengan senyum lega setelah menemukan satu titik terang yang sejak tadi buntu.

Kini, mereka terdiam sejenak setelah menemukan satu arah permasalahan ini. Perlahan, Rafka menatap ke lantai gudang yang juga diberikan pembatas di area tubuh Danu diturunkan. Pikirannya kini kembali terbayang saat melihat mayat Danu dengan keadaan mengenaskan di sini. Kini, matanya sayu dan teduh. Merasa senang akhirnya bisa mengetahui fakta ini, jauh dihari sebelumnya bahkan Rafka masih tidak percaya jika Danu bunuh diri dan tekadnya semakin kuat dengan bukti yang mereka ketahui sekarang, yaitu untuk menyelidiki apa yang sebenarny terjadi.

Kilasan memori Minggu lalu benar-benar tampak nyata sekarang. Rafka melihat tubuh Danu tergantung dengan wajah memucat. Pandangan Rafka pada hari itu benar-benar kosong, melihat sahabatnya dari kecil mati sia-sia dengan alasan depresi.

Di ruangan yang pengap serta gelap ini, bahkan dirinya tidak tau kalau Danu dalam bahaya. Sambil menggigit bibirnya sendiri, Rafka sudah menitikkan air matanya mengingat pada saat kejadian.

Damar dan Reno yang menyadari bahwa Rafka belum bisa menerima kenyataan ini mendekat dan menepuk pundak Rafka supaya tenang. Melihat dada dan bahunya yang sudah naik turun.

"Bahkan Danu merasa kesakitan pada saat itu, tidak ada yang menolongnya. Bahkan gue? Gue gak ada pada saat Danu mungkin butuh bantuan," ujar Rafka menundukkan kepalanya sambil menahan tangis.

Reno Dan Damar ikut terbawa suasana, apalagi setelah mengetahui fakta jika Danu benar di bunuh. Andai mereka berdua percaya dengan Rafka sejak awal, bahwa Rafka tidak percaya Danu bunuh diri, mungkin akan lebih banyak lagi bukti yang bisa mereka temukan.

Rafka pun melepaskan rangkulan dari kedua sahabatnya, dan menengadah kembali kepalanya ke atas. Menatap dan kilasan memori itu kembali teringat. Hingga manik mata Rafka melebar pada saat itu juga.

'Memar," ujar Rafka pelan sambil menunjuk ke arah bekas tali yang tergantung itu.

"Maksud lo?" Tanya Damar ikut panik.

"Seluruh wajah Danu memar, di pipi, dan ujung matanya. Jika seseorang berniat bunuh diri, tidak akan ada bekas itu," jawab Rafka menatap kedua sahabatnya yang begitu serius mendengarkan ucapan Rafka.

"Artinya ..." Beo Rano.

"Danu disiksa terlebih dahulu baru dibuat seolah-olah bunuh diri!" ucap Damar cepat, membuat manik mata Rafka dan Reno membulat lebar. Hingga bulu kuduk keduanya ikut meremang.

"Ya, tidak salah lagi. Danu beneran dibunuh oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," jawab Rafka tegas sambil memegangi kepalanya tidak percaya. "Tapi, kenapa? Kenapa mereka melakukannya? Dan siapa!?" Jerit Rafka frustasi memikirkan kejadian janggal ini.

Lagi-lagi, mereka terus berargumen dan sudah menghabiskan waktu dua jam di dalam gudang yang gelap dan pengap ini. Sedikit demi sedikit fakta dan kejanggalan itu tersadari.

"Apa mungkin salah satu siswa di sekolah kita?" tebak Damar.

"Tapi, apa motifnya membunuh Danu?" Tanya Rafka cepat menatap Damar seperti mendapatkan sebuah penglihatan yang tidak begitu asing.

"Dendam," beo Damar dengan tatapan tajam.

Mereka semua pun merubah raut wajah datar penuh tatapan suram. Reno menatap lama ke arah Damar saat mendengar ucapannya. Hingga membuat Rafka berpikir keras saat itu juga.

"Tapi ... tunggu!" Rafka tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Gue ngerasa ngelihat sesuatu yang aneh."

"Apalagi, Raf?" tanya Reno penasaran, dia tidak habis pikir dua sahabatnya itu bisa berpikir layaknya detektif dalam kasus ini, bahkan dia sendiri masih planga-plongo dan tetap mencoba netral dengan tebakan mereka.

"Kita harus ke kantor detektif Lenan sekarang!" seru Rafka cepat menunjuk kedua sahabatnya dengan antusias dan napas yang memburu.

"Raf! Lo jangan gila, ini sudah malam dan kantor detektif lenan tidak melayani penyanggah lagi. Besok saja kita ke sana!" jerit Damar cepat dan langsung menghentikan langkah Rafka yang sudah berdiri di depan pintu gudang.

Rafka pun tersadar akan aksinya itu, berdiri diam mematung.

Reno menggelengkan kepalanya sambil menatap tidak percaya ke arah sahabatnya itu. Rafka bisa menjadi begitu semangat jika sesuatu sudah mengganggu pikirannya. Pun mereka berdua mendekat ke arah Rafka yang mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

"Kenapa kita harus ke kantor detektif lenan lagi?" tanya Damar.

"Ada sesuatu yang akan membuktikan argumen kita ini, sesuatu yang tidak masuk akal dan lebih gila."

Damar dan Reno saling pandang, mereka ikut penasaran apa yang Rafka temukan. Wajah yang semula sedu meratapi kesedihan, kini saat ucapan Rafka terlontar, raut wajah mereka berubah suram. Mereka harus menunggu sampai besok pagi.

***

Apa yang dipikirkan oleh Rafka, ya? Tidak terpikirkan mereka ternyata bisa menebak-nebak sampai sejauh ini, semoga bisa segera mendapat jawaban.

Gimana pren chapter ini? Ayo berteori dong.

Continue Reading

You'll Also Like

10.8K 1K 8
"Tabel Periodik! Kerjain tugas gue, dong!" "Ogah banget gue nolongin manusia matematika kayak lo. Alergi!" *** Tentang mereka yang memperebutkan peri...
1.3K 232 7
"Jangan percaya siapapun kecuali diri Lo sendiri, semua bisa jadi musuh dalam sekejap" Published : 06 Jan 2024
44.4K 5.8K 32
Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria tua yang terkena luka tembak membawanya m...
4.3K 1.6K 30
[RAME = LANJUT] ⚠️"Kami kembali dan sejarah akan berubah!" ⚜️⚜️⚜️ Menceritakan lima orang remaja, yang berusaha agar bisa menjadi siswa di S.Y.G HIGH...