DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 10

59.4K 5.9K 1.5K
By devitnask

DUG! DUg! Dug! Dug! Dug! Dug!...

Bola basket itu menggelinding setelah didribble beberapa kali oleh seseorang yang tengah duduk di tribun paling depan lapangan indoor.

Cahaya pagi menembus tiap-tiap ventilasi gedung sisi atas, membuat ruangan ramai itu terlihat terang dan cukup bising.

Ada tiga kelas yang sedang berolahraga di sana. Kelas Rey; XII A-1, Kelas Asa; XII S-1, dan Kelas X-2.

Di SMA Cassiopeia, penjurusan dimulai sejak kelas 11. Saat kelas 10 mereka akan tercampur rata, lalu mereka akan dipantau sesuai kemampuan untuk menentukan mereka masuk ke IPA, IPS, atau Bahasa.

Karena itu Rey, Clara, Asa, dan Elvan pernah menjadi teman sekelas. Lalu, mereka dipisahkan ketika kenaikan kelas 11 karena penjurusan hingga saat ini, kelas 12.

Rey meneguk air minumnya hingga tandas. Dari botol transparan itu, dia dapat melihat Asa yang sedang bermain voli di lapangan sisi kanan.

Rey menutup botol, lantas meletakkan benda itu di sampingnya. Arah mata Rey masih fokus menatap Asa, tepatnya, masih sama seperti satu tahun yang lalu...

"Asa cantik ya, Rey?" Suara itu terngiang, diikuti rekaman bayang-bayang Clara yang duduk di sampingnya.

"Lebih cantik yang barusan nanya sih," balas Rey menoleh ke arah Clara yang tersenyum, namun dengan alis tertaut.

"Kenapa?" tanya Rey. "Ada yang salah?"

Clara menggeleng, senyumnya masih merekah, bahkan lebih lebar dari sebelumnya. "Tapi kamu sukanya sama Asa, kan?"

Rey tersenyum singkat sembari melihat Asa yang tengah berpegangan tangan dengan Elvan di lapangan, Elvan sepertinya sedang modus mengajari Asa bermain basket hari itu.

"Mulai sekarang, gue sukanya sama lo, Ra!" putus Rey.

"Jangan bohong, Rey. Kamu mungkin bisa boongin diri kamu sendiri, tapi ga bisa kalo ma aku Rey. Kamu masih suka kan sama Asa?"

"Enggak!" Rey menggeleng tegas. "Gue nggak akan pernah mau sama bekasannya Elvan."

Clara tertawa pelan. "Bekasan, bekasan, kamu pikir Asa barang?"

"Lo nggak tau aja gaya pacarannya El kek gimana, dia--" Tiba-tiba Rey berhenti berbicara.

"Emangnya dia gimana?" Clara memiringkan kepalanya, wajah itu semakin dekat menatap Rey penuh tanda tanya.

Setiap cewek yang deket sama Elvan itu pasti bakalan rusak! Batin Rey miris membayangkan Asa akan menjadi korban berikutnya.

"Nggak apa. Lo nggak perlu tau, masih bocil."

Clara tersenyum senang, dia terkekeh ringan karena Rey mengatainya bocil saat itu. Perlahan, tangannya bergeser hingga menangkup di atas tangan Rey.

Hangatnya tangan itu masih terasa. Saat ini Rey menatap tangannya sendiri yang menangkup di samping, seolah ada tangan Clara di sana yang kian menghilang.

"Nggak usah buru-buru, Rey. Kamu bisa sukai aku pelan-pelan, aku bisa nunggu."

Rey masih ingat saat Clara menepuk pelan kepala sisi sampingnya, gadis itu terlihat sangat bersemangat dan bahagia.

Rey hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Clara, senyum yang seolah dipaksakan, seperti ada kekosongan di matanya.

Seandainya saja, jika saat itu Rey lebih tegas lagi dan menyuruh Asa menjauhi Elvan. Apakah mungkin kehidupan Asa akan sedikit berubah?

Rey tidak tahu, karena yang dia lakukan saat itu justru menjauh dan mulai menanam rasa bencinya pada Asa secara perlahan.

"Huwek!" Asa mual, dia langsung menutup bibirnya dan berhenti berlatih voli.

"Huwek!" Mualnya semakin parah dan membuat beberapa murid refleks mengalihkan perhatiannya ke tempat Asa berada, termasuk Rey.

Asa menyapukan pandangannya ke sekeliling, banyak orang yang menatapnya bingung. Tidak mau membuat keadaan semakin absurd, Asa langsung berlari keluar dari gedung olahraga.

"Huwek!"

Asa berusaha memuntahkan isi perutnya di closet duduk, posisinya berjongkok di depan closet dengan kepala menunduk di atas closet. "Huwek!"

Tidak ada yang keluar, tetapi Asa merasa sangat mual. Tubuhnya terasa berat dan sedikit bergetar, kepala tiba-tiba terasa berputar, dia pun menggeleng pelan agar fokusnya kembali lagi.

Asa menekan guyuran closet sambil mengusap bibirnya menggunakan lengan jaket seragam olahraga. Dia keluar dari bilik toilet ujung, lalu berjalan mendekati wastafel panjang.

Gadis itu membasuh wajahnya berkali-kali, kemudian terdiam dan membiarkan kran wastafel menyala.

Asa mengamati bekas-bekas luka yang menghiasi tangannya, terasa sangat menyakitkan. Bukan, bukan lukanya, melainkan hatinya.

***


Nggak mungkin, kan? Asa kini sedang berjalan keluar kelas, bel pulang baru saja berbunyi, dia mencari sesuatu di internet karena merasa aneh.

Tidak! Ini tidak mungkin! Semuanya pasti kebetulan, Asa merasa mual, pusing, lelah, sering buang air kecil, dan tidak nafsu makan. Semua itu pasti hanya kebetulan! Dia, dia mungkin hanya kelelahan belajar dan kurang tidur!

Detik yang sama, Rey berdiri di jajaran motor yang terparkir menutupi motornya. Dia terpaksa menunggu pemilik motor agar motornya yang berada di depan itu dapat keluar dengan aman.

Tempat parkir mulai ramai, di jalan menuju gerbang juga terlihat penuh dengan anak-anak Cassy.

Namun, dalam satu kesempatan, Rey masih dapat melihat Asa yang berjalan cepat keluar gerbang. Moment itu mengingatkannya pada masa lalu, tepatnya satu setengah tahun yang lalu...

"Asa!" panggil Rey di tempat yang sama.

"Ih ngapain dipanggil, dia mau kencan sama Elvan." Clara datang dan memeluk lengan Rey.

"Hah, mereka udah jadian?"

Clara mengedikkan bahunya, seolah tidak peduli. Dan benar saja, Elvan terlihat mengikuti Asa dari belakang. Cowok itu menahan lengan Asa yang hampir keluar dari gerbang sekolah.

Mereka berbincang sesuatu yang tidak dapat Rey dengar dari jarak sejauh itu, yang dia lihat hanyalah Elvan yang kini memegang tangan Asa.

"Aku ada bimbel, El. Kalau latihan tarinya weekend aja gimana?"

"Em, yaudah gapapa. Tapi gue anter lo pulang ya?"

"Nggak usah, El. Aku bisa pulang sendiri--"

"Biar gue tau rumah lo, biar kalau mau anter jemput buat latihan tari nggak bingung. Hm?"

"Ketemu langsung di tempatnya aja."

"Gue nggak suka nunggu, Sa."

"Aku yang bakalan dateng cepet nanti."

"Aku anter pulang sekali aja kenapa sih? Rumah lo jelek? Atau kenapa?"

"Bukan gitu--"

"Cuma naik di atas motor gue, terus turun apa susahnya sih? Cuacanya lagi bagus, lo belum pernah kan ngerasain enaknya angin di atas motor."

"Emangnya bisa dimakan?"

"Pengen gue rukiyah nih bocah lama-lama."

"Aku nggak kerasukan setan, El."

"Iya gue tau. Maksud gue itu, lo bisa sedikit nge-refresh otak lo. Hidup jangan tertekan terus, Sa. Lo juga harus bahagia."

Lo juga harus bahagia! Hanya dengan satu kalimat itu, pandangan Asa terhadap Elvan mulai berubah.

"Yaudah aku cobain."

"Yuk lah, lo nggak bakalan nyesel, Sa. Gue jamin." Elvan tersenyum, dia menuntun Asa menuju parkiran.

Elvan memakaikan Asa helm, lalu menyalakan motornya dan menunggu Asa menaikinya. Elvan menarik tangan Asa agar melingkar di perutnya, lalu melajukan motor sportnya keluar area sekolah.

Sejak tadi, Rey masih diam di tempat dan menyaksikan semua itu. Dia mulai menganggap ucapan Clara memang benar adanya.

"Ayo!" ajak Rey tanpa ekspresi, dia terlihat lesu saat memakai helm.

"Latihan tarinya di tempat biasa aja gimana, Rey? Aku suka jus mangganya di sana."

Rey mengangguk dan menyalakan motornya.

Tin!

Rey mengklakson beberapa pengendara yang menghalangi jalan, dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk berbaur dengan jalan raya utama.

Di dekat gerbang, Asa terlihat berdiri di samping halte. Tak lama kemudian, mobil jeep datang menghampiri.

Asa langsung memasuki mobil tentornya, sedangkan Rey berlalu pergi secara berlawanan arah.

"Kamu sakit, Sa?" tanya Raka memegang kening Asa.

Asa menurunkan tangan Raka, dia menggeleng. "Cuma pusing aja kayaknya."

"Mau Mas beliin obat?"

"Enggak!" elak Asa cepat sambil melotot.

Raka terkekeh singkat tapi juga bingung. "Kenapa reaksinya gitu?"

"Ah, maaf, Mas. Nanti turunin aku di apotek aja ya, biar aku beli obat sendiri."

Raka mengangguk-angguk, lantas melajukan mobilnya menuju kediaman Asa.

Sayangnya, Elvan melihat mereka berdua. Biasanya Asa pulang bersamanya, tetapi karena Elvan diskors, Asa pulang sendiri.

Dan, ternyata dia bersama pria lain? Bangsat!

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Btw, Elvan bakalan ngamok lagi ga ni?

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
✨ ILYSM Boo ✨

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 192K 58
[FOLLOW SEBELUM BACA] Sanaya Putri Mahesa, seorang gadis yang biasa di panggil Naya, gadis yang sangat polos dan kelewat manja. Naya sangat cantik da...
2.8K 335 8
"haaaa...pengen suami anime.." "Kamu jangan ngadi ngadi mama mau kamu menikah dengannya, ingat ini perlahan kamu pun akan bisa mencintainya" Aku hany...
7.2M 356K 48
COMPLETED!! [DALAM PROSES PENERBITAN] **** Tujuan awal Kenneth hanya ingin membuat Klarisa jatuh hati padanya agar gadis itu move on dari bayang-baya...
RAGA By sherly putri

Teen Fiction

37.3K 3.6K 12
Aila tau, bahwa seharusnya dia waspada terhadap Raga setelah laki-laki itu membual bahwa dia ingin menciumnya didepan guru dihari pertama mereka berk...