RIVAL (End) Revisi

By StarsShine_1603

6.7M 1M 91.2K

⚠️WARNING, CERITA INI MENGANDUNG KEBENGEKAN DAN KEBAPERAN. AWALNYA NYEBELIN LAMA-LAMA NAGIH⚠️ Follow sebelum... More

Prolog
1. Rival
2. Genta
3. Family
4. Empat
5. Lima
6. Enam
7. Tujuh
8. Delapan
9. Sembilan
10. Sepuluh
11. Sebelas
12. Dua Belas
13. Tiga Belas
14. Empat Belas
15. Lima Belas
16. Enam Belas
17. Tujuh Belas
18. Delapan Belas
19. Sembilan Belas
20. Dua Puluh
21. Dua Satu
22. Dua Dua
24. Dua Empat
25. Dua Lima
26. Dua enam.
27. Dua Tujuh
28. Dua Lapan
29. Dua Sembilan
30. Tiga Puluh
31. Tiga satu
32. Tiga Dua
33. Tiga Tiga
34. Tiga Empat
35. Tiga lima
36. Tiga Enam
37. Tiga Tujuh
38. Tiga Lapan
39. Tiga Sembilan
40. Empat Puluh
41. Empat satu
42. Empat Dua
43. Empat Tiga
44. Empat Empat
45. Empat Lima
46. Empat Enam
47. Empat Tujuh
48. Empat Lapan
49. Empat sembilan
50. Lima Puluh
51. Lima Satu
52. Lima dua
53. Lima Tiga
54. Lima empat
55. Lima lima
56. Lima Enam
Special part Rival
57. Lima Tujuh
58. Lima lapan
59. Lima Sembilan
60. Enam Puluh
61. Enam satu
62. Enam Dua
63. Enam Tiga
64. Enam empat
65. Enam Lima
66. Enam-enam
67. Enam Tujuh
68. Enam Lapan
69. Enam sembilan
70. Tujuh Puluh
71. Tujuh Satu
72. Tujuh dua
73. Tujuh Tiga

23. Dua Tiga

79.9K 13.2K 511
By StarsShine_1603

Sepanjang perjalanan, Rival menggerutu. Ini semua gara-gara Guntur! Ia harus menggunakan motor beat bututnya lagi untuk ke mana-mana. Bahkan ke sekolah sekalipun. Sebentar lagi, pasti banyak hujatan yang terlontar.

Rival memasuki gerbang sekolah lalu menuju parkir. Keberuntungan sedang tidak ada di pihaknya. Ketiga temannya sudah stand by di parkir. Siap-siap Rival akan dihujat kemiskinannya.

"Wah ... Ducati lo mana, Val?" tanya Lego dengan nada mengejek.

"Tuh kan apa gue bilang. Rival pake Ducati kalo nggak maling, ya rental." Dengan santainya Gilang mengatakan itu.

Rival tersenyum tabah. Tidak pa-pa. Sudah biasa dihujat.

"Mana Ducati lo?" tanya Genta serius. Ia sedikit kaget Rival mengendarai motor beat lagi. Ditambah dengan plaster yang menempel di jidatnya.

"Gue rongsokin!" balas Rival jengkel.

"Lo kemaren pake Ducati biar keliatan orang kaya, ya?" cetus Lego tak berperasaan.

Emang gue kaya woii!

"Rival pake Ducati tuh buat ngegaet cewek," ralat Gilang.

Rival menatap malas keduanya. "Udah ngehujatnya?"

Keduanya kompak menggeleng. Mereka belum puas.

"Kenapa lo balik jadi miskinable?" tanya Gilang.

"Gue lagi males jadi orang kaya. Nanti lo semua pada ngutang."

"HALAH BACOT."

"Lo bertiga jangan sampe gue kick dari dunia ya!" omel Rival sambil melotot. Ia tak cukup sabar sekarang.

"Kaya kok pake motor butut," ejek Gilang lalu cekikikan bersama Lego. Genta menyimak, masih belum tertarik masuk obrolan.

"Gue itu nggak mau pamer sama kaum sok sultan kayak lo berdua. Tadi mau pake Lamborghini, tapi takut lo berdua maling."

"Wah! Makin ngadi-ngadi ngayalnya nih bocah," cetus Lego sambil menggeleng pelan tak habis pikir. Makin ngelantur.

Rival bersabar tapi memaki dalam hati.

"Kapan-kapan gue berangkat sekolah pake helikopter, dah. Biar mulut lo berdua berhenti ngehujat gue miskinable."

"Anjir! Halunya makin overdosis," ejek Gilang lalu tertawa bersama Lego. Keduanya begitu semangat mengejek Rival.

Rival tersenyum tabah. "Belum aja gue keluarin ilmu kebal tendang kanuraga, biar dua manusia kuman ini ditendang ke mars."

Lego dan Gilang, menurut Rival tidak cocok tinggal di bumi. Bumi terlalu istimewa untuk ditinggali kedua manusia penuh sifat jelek itu.

"Jangan ke mars. Mars aja menolak kayanya kalo ditinggalin mereka," sahut Genta mendukung Rival. "Tendang aja ke neraka langsung."

"Hmm ... mari kita cobaaaa!"

****

Cahya melewati kelas Rival sambil mengintip. Ternyata, cowoknya itu sedang duduk sambil melamun dengan muka memelas. Sendirian lagi. Cahya langsung bergegas masuk menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Ngapain ngegalau?" tanya Cahya penasaran. "Muka lo jelek banget kalo lagi melas gitu. Jadi malu gue punya pacar kaya lo."

Rival diam saja tak minat membalas membuat Cahya bertanya-tanya. Tidak biasanya Rival seperti ini.

"Rival kenapa?" tanya Cahya lembut sambil merapikan rambut Rival yang acak-acakan. Dirasa sudah rapi, Cahya menatap teduh mata Rival.

"Rival kenapa? Sini cerita punya beban hidup apa?" bujuk Cahya saat Rival masih diam.

"Lo mau?"

Dahi Cahya mengernyit. "Mau apa?"

"Beban hidup gue."

"Sialan! Gue nanya, bukan minta!"

"Ya santuy. Gue cuman nawarin."

Rival menopang dagunya, melamun lagi.

"Lo kenapa? Cerita! Kalo nggak cerita gue banting!" ancam Cahya seperti kata-kata yang sering Rival sampaikan.

"Dihukum sama Papa."

Tawa Cahya ingin meledak saat itu juga tapi ia tahan. "Dihukum apa? Lo takut banget sama Papa lo, ya?"

Rival menggeleng. "Nggak takut, sih. Tapi hukumannya ngeri banget."

"Emang apa hukumannya?"

"Duit jajan gue dipotong. Semua kartu ATM disita."

"Ya biarin disita. ATM lo juga nggak ada isinya."

"TEGA-TEGANYA LO NGOMONG GITU, CAY!" Rival histeris. Bahkan pacarnya pun juga tidak menyemangatinya.

Rival melamun lagi memikirkan hutangnya pada Cahya. Ia juga belum jajan dari tadi. Mengirit demi keuangannya utuh.

"Sudahi galaumu, mari ngepet bersamaku," ajak Cahya cengengesan.

"Lo babinya. Gue yang jaga lilin."

"Pale lo! Enak di elo itu mah!"

Rival melamun lagi. Tak niat bercanda. Cahya sebal melihat itu. "Rival! Lo jangan bisu aja dong. Gue nemenin di sini tapi lo diemin."

"Gue juga nggak minta lo temenin."

Rival memang menyebalkan. Cahya berniat pergi tapi tangannya dicekal.

"Lepas! Gue mau nyamperin Kevin kalo nggak Kenzo!"

"Sini aja. Ngapain mau ketemu dua kuman itu."

Cahya menghela napas pasrah. Ia lagi tak ingin mengomel jadi menurut saja. Cahya kembali duduk di samping Rival.

Rival menyandarkan kepalanya di bahu Cahya tiba-tiba, membuat cewek itu kaget. Rival mencari kenyamanan di sana, hari ini ia lelah. Mungkin efek tawuran kemarin. Ia ingin sejenak mengistirahatkan badannya.

"Cahya ... gue capek banget. Mungkin karena tawuran kemaren." Rival memejamkan matanya sambil bersandar di bahu Cahya. Rival menemukan kenyamanan di sana.

Abang Gledek! Tunggu omelan gue! Bisa-bisanya lo bikin cowok gue kecapekan!

"Makanya jadi cowok itu yang kalem. Lo pecicilan mulu, sih."

"Lo ngomel mulu, nggak capek apa? Gue yang denger aja capek."

Cahya langsung kicep melihat Rival terganggu. Tangannya bergerak mengelus rambut Rival lembut agar cowok itu tambah nyaman. Sebenarnya malu, tapi jarang-jarang Rival bertingkah begini.

"Tidur, ya."

Rival mengangguk pelan, masih bersandar di bahu. Elusan lembut dari tangan Cahya membuatnya nyaman sekaligus mengantuk.

Cahya tersenyum melihat muka kalem Rival saat tertidur. "Cowok gue ganteng amat kalo mode kalem gini."

Lego, Gilang, dan Genta yang ada di depan pintu dari tadi menyaksikan drama itu, mereka menatap malas couple aneh itu.

"Genta, jadi PHO gih. Gue dukung seratus persen!" dukung Lego menggebu-gebu. Ia sudah lelah menyaksikan kegengsian mereka berdua.

"Nanti kalo gabut. Gue siap jadi PHO." Genta juga lelah melihatnya. Sama-sama saling sayang tapi terlalu gengsi mengungkapkan.

"Pengen jadi PHO juga." Gilang dulu sempat menyukai Cahya, tapi keduluan Rival. Tidak ada pilihan lain selain merelakan.

"Terapin protokol 3S, Lang." Lego mengingatkan.

"Apa tuh?"

"Sadar diri, sadar muka, sadar posisi."

"Hmm ... kayaknya bukan Rival lagi yang mau gue bunuh, sekarang gue mau bunuh lo aja dah!"

Lego langsung kabur.

****

Cahya menghampiri Rival yang sedang berada di parkiran untuk pulang bersama.

"Ducati lo mana?"

"Gue rongsokin."

"Hm. Bagus. Besok ganti mobil ya biar nggak kepanasan."

"Astaga, Cay. Matre banget lo."

Cahya cengengesan.

Rival menyentil dahi Cahya pelan lalu memberikan buket yang ia sembunyikan dari belakang tubuhnya kepada Cahya.

"Nih."

Cahya melongo melihat buket itu. Suatu benda yang paling diidamkan wanita. Yaitu buket bunga uang. Cahya tercengang. Walaupun setelah dihitung, uangnya hanya ada sejuta. Tapi ia tetap speechless.

Dengan gesit, Cahya langsung menerimanya dengan raut bahagia.

"Sangkyuuu Rival! OMG LO GANTENG BANGET KALO LAGI MODE ROMANTIS GINI!" heboh Cahya.

"GILIRAN DUIT AJA LANGSUNG SENENG!"

Cahya terkekeh. "Manusiawi kalo gitu mah."

"Buat bayar utang gue."

"Tapi ini kan sejuta. Sedangkan utang lo cuman lima ratus ribu."

"Itu gue nitip. Soalnya kalo gue yang pegang duitnya nanti habis. Jaga-jaga kalo Papa masih ngehukum."

Bahu Cahya meluruh kecewa. "Ini mah sama aja. Gue nggak ada untung."

Rival tertawa terbahak-bahak melihat raut kecewa Cahya.

"Yuk pulang. Takut lo nangis bombay di sini."

*****

Thank you ❤️ jangan lupa tekan bintang ❤️
Masalahnya otw😭 tapi gasiap😭😭😭
Dahlah gini aja wkwkw❤️

Continue Reading

You'll Also Like

11.3K 483 16
Tips cantik Cara membuat masker dari bahan bahan alami
Aruna By KEN

Teen Fiction

134K 6.6K 47
Berada di dekatnya membuatku berdebar. Memandang wajahnya yang rupawan membuatku berbinar. Namun sayangnya cintaku tak ada sambutan. Hanya aku yang m...
21.6M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
18.3K 993 6
Sequel Gladys "Terima kasih pernah hadir dan memberi warna" ~ Gladys Alveena Tsabita setelah menyerah dengan hubungannya dengan Azka, Gladys mencoba...