RIVAL (End) Revisi

By StarsShine_1603

6.7M 1M 91.2K

⚠️WARNING, CERITA INI MENGANDUNG KEBENGEKAN DAN KEBAPERAN. AWALNYA NYEBELIN LAMA-LAMA NAGIH⚠️ Follow sebelum... More

Prolog
1. Rival
2. Genta
3. Family
4. Empat
5. Lima
6. Enam
7. Tujuh
8. Delapan
9. Sembilan
10. Sepuluh
11. Sebelas
12. Dua Belas
13. Tiga Belas
14. Empat Belas
15. Lima Belas
16. Enam Belas
17. Tujuh Belas
18. Delapan Belas
19. Sembilan Belas
20. Dua Puluh
21. Dua Satu
23. Dua Tiga
24. Dua Empat
25. Dua Lima
26. Dua enam.
27. Dua Tujuh
28. Dua Lapan
29. Dua Sembilan
30. Tiga Puluh
31. Tiga satu
32. Tiga Dua
33. Tiga Tiga
34. Tiga Empat
35. Tiga lima
36. Tiga Enam
37. Tiga Tujuh
38. Tiga Lapan
39. Tiga Sembilan
40. Empat Puluh
41. Empat satu
42. Empat Dua
43. Empat Tiga
44. Empat Empat
45. Empat Lima
46. Empat Enam
47. Empat Tujuh
48. Empat Lapan
49. Empat sembilan
50. Lima Puluh
51. Lima Satu
52. Lima dua
53. Lima Tiga
54. Lima empat
55. Lima lima
56. Lima Enam
Special part Rival
57. Lima Tujuh
58. Lima lapan
59. Lima Sembilan
60. Enam Puluh
61. Enam satu
62. Enam Dua
63. Enam Tiga
64. Enam empat
65. Enam Lima
66. Enam-enam
67. Enam Tujuh
68. Enam Lapan
69. Enam sembilan
70. Tujuh Puluh
71. Tujuh Satu
72. Tujuh dua
73. Tujuh Tiga

22. Dua Dua

86.6K 13.2K 869
By StarsShine_1603

Keringat dingin mengucur di pelipis Rival. Malam ini ia sedang duduk di sofa seperti nara pidana. Detik-detik akan ditatar dan diwawancarai oleh Reynald, kenapa bisa ada plester di jidatnya. Papanya itu mengerikan sekali, menatapnya dengan tatapan tajam serta tangannya memegang silet.

"Rival!"

"Dalem, Pa." Rival tersenyum manis mencoba untuk meluluhkan papanya.

"Nggak usah senyum. Senyummu itu nambah pahit kehidupan aja."

Mental Rival breakdance mendengar itu. Ini saja, belum mamanya turun tangan, jika mamanya sampai turun tangan, habislah segala kartu ATM nya dan baju-bajunya, bahkan handphone sekalipun.

"Kenapa bisa ada luka di jidatmu?" interogasi Reynald.

"Anu, Pa. Kejedot pintu."

"Kamu bohong, silet ini siap memotong-motong segala kartu kehidupanmu," ancam Reynald.

Rival cemas sendiri mendengar itu. Sudah muka gembel, tambah gembel dia nanti jika tidak ketolong dengan kartunya.

"Kamu bolos kan tadi?" tanya Reynald sekali lagi. Ia punya koneksi yang bisa mengawasi segala gerak-gerik Rival. Jadi mudah mengetahui apa yang dilakukan anaknya.

Rival mengangguk kaku.

"Kenapa bolos? Udah pinter kamu?"

Rival menggeleng.

"Ngapain kamu tadi?"

"Balap liar." Rival memilih jujur daripada segala keuangannya dicabut karena berbohong.

"Tau gitu Papa jual aja Ducatimu. Terus lukamu itu kenapa?"

"Main kungfu."

"Rival!"

"Gelud, Pa. Kena lemparan batu pas tawuran." Tadi, ia balap menggantikan Guntur, menang tapi pihak lawan tidak terima. Alhasil menyebabkan tawuran.

"Malu-maluin. Tawuran pake batu," sinis Reynald.

Dahi Rival mengernyit. "Emang Papa kalo tawuran dulu pake apa?"

"Papa dulu tawuran pake adu kekayaan. Lempar-lemparan duit segepok biar keliatan berkelas."

Rival menganga lebar. Ayahnya ini anti-mainstream. Ia juga tak tahu kenapa bisa mempunyai ayah yang sombong akan kekayaan. Tapi memang muka Reynald itu muka-muka yang pantas jadi Sultan, tidak seperti dirinya yang melenceng jauh. Bahkan Reynald tinggi badannya pun juga atletis.

"Ah, masa? Papa menang atau kalah?"

"Apa itu kalah? Nggak ada kata kalah di kamus hidup Papa. Bahkan luka pas tawuran pun nggak pernah. Paling-paling cuman pusing, penyakit Papa yang masih awet sampe saat ini," oceh Reynald menyombong.

"Pusing kenapa? Perasaan hidup Papa enak-enak aja. Minusnya cuman punya anak yang bandelnya minta ampun."

"Papa pusing gimana cara ngabisin duit."

Rival menghela napas pasrah. Malas berdebat dengan Papanya ini.

"Hukuman kamu, nggak jadi beli mobil, Ducati juga Papa sita. Kamu pake motor butut lagi," putus Reynald. Setiap berbuat kesalahan, anaknya harus diberi pelajaran agar tidak mengulanginya lagi.

Bahu Rival meluruh kecewa. Aset yang mendukung kemewahannya dicabut. Alamat, ia akan mendapatkan hinaan lagi dari teman-temannya bahkan juga Cahya.

"Yah ... Papa."

"Mau Papa aduin ke mamah Killa?" tawar Reynald terus terkekeh.

"Jangan, Pa." Demi apapun, Rival lebih rela diambil asetnya daripada mendengarkan amukan mamah Killa. Madam satu itu mengerikan jika sudah mengeluarkan tanduknya.

"Udah sana tidur. Selamat menjalani hukuman." Setelah mengatakan itu Reynald langsung naik ke lantai dua meninggalkan Rival sendiri.

Rival berdecak kesal. "Papa Reynald tega amat dah."

"Ptffffhh ...."

Telinganya menajam ketika mendengar suara tawa ditahan. "Apa di rumah ini ada tuyul?" tanya Rival pada dirinya sendiri sambil celingukan.

"Ya nggak kaget sih. Abisnya Papa Reynald kaya."

"Udah sana ambil seperlunya, Tuyul. Gue rela dah. Keruk sono duitnya Papa. Lo kebingungan kan pasti mau ambil uang yang model apa? Rupiah ada, dollar ada, won ada. Ambil gih ambil, gue ikhlas sedekah sama Tuyul. Lagian Papa juga pusing cara ngabisin uang," oceh Rival panjang lebar.

"Gila lo ya, Kak?" kata Benua dan Samudra yang muncul dari belakang guci besar. Ternyata kedua adik kembarnya itu yang dari tadi menahan tawa. Jelas saja, mereka menguping.

"Hidup lo ngenesin banget sih, Kak. Emang ya, kasta kita beda. Kakak kaum gembel, kita kaum raja," cemooh Benua lalu disambung tawa mengejeknya.

"Iya. Ngenes banget. Tiada hari tanpa muka gembel," sahut Samudra.

Rival menahan amarahnya. Jika ia menendang bokong kedua bocah itu pasti Papanya akan menambah hukuman.

"Pergi lo berdua. Alergi gue sama setan kembar!" sentak Rival.

"Berarti lo setan tunggalnya, Kak," balas Benua.

Tawa menggema. Kedua bocah itu selalu memancing emosinya. Awas saja nanti, Rival akan menyusun rencana untuk membalaskan dendam.

"PERGI LO BERDUA! DARIPADA GUE BANTING!"

"Haha, yuk, Nu. Males banget gibahin kaum gembel."

Samudra mengangguk. "Selamat menjalani hukuman kemiskinan, Kak!"

Keduanya langsung pergi menuju kamar mereka masing-masing. Rival masih duduk di tempatnya seperti orang linglung. Di dompetnya hanya tersisa dua juta, ia bingung harus mendapatkan uang dari mana lagi.

"Welcome to hidup kemiskinan. Udah muka miskinable, sekarang miskin beneran," keluh Rival.

Ponselnya yang di saku bergetar. Tanda ada yang mengiriminya pesan WhatsApp. Rival langsung gesit membukanya, siapa tahu Cahya.

Bibir Rival tersenyum manis ketika nama si matre terlihat.

Si matre☀️

Jadi, kapan kita ngopi bareng? Gue pengen cerita tentang utang lo yang belum lunas sampe saat ini. Padahal cuman lima ratus rebu.

Betapa horornya pesan itu. Rival baru ingat dirinya punya hutang kepada Cahya.

"Heran gue. Cobaan orang ganteng banyak banget."

****

Hari Minggu selalu ditunggu oleh para remaja.  Biasanya hari Minggu selalu jadi tempat mengistirahatkan kepenatan selama sepekan. Begitupun dengan Cahya, dari tadi cewek itu rebahan serta membaca novel, tak lupa dengan camilan yang berjejer di kamarnya.

"Rival lagi ngapain, ya?" Tiba-tiba Cahya memikirkan itu. Tangannya menutup lembaran novel, sudah tak minat membaca.

"Pasti lagi pijet tuh orang, lagian Bang Gledek bisa-bisanya nyuruh dia balap."

Kemarin, Guntur menceritakan segalanya. Cahya sudah mengomelinya panjang lebar, tapi setelah disogok dengan duit lima ratus ribu, bibirnya dengan sendiri mengatup rapat. Sogokan uang memang manjur untuk memberhentikan ocehannya.

"Kangen ngomelin Rival."

"Alay banget sih lo, Cay! Baru tadi malem juga lo ngomelin Rival," sahut Guntur yang tiba-tiba muncul di depan pintu.

"H-hah? Gue cuman belajar akting ini, Bang. Dialognya gitu. Sebenernya nggak kangen beneran."

"Halah!"

"Yee ngeyel ni orang. Ngapain ke sini, Bang?"

"Tuh, Rival di depan."

Cahya melotot dan langsung bangun. Ia merapikan dandannya lalu menyemprotkan parfum agar wangi.

Dengan secepat kilat ia lari keluar meninggalkan Guntur yang sedang cengo.

"Tuh manusia juga najisun banget. Katanya nggak kangen, tapi dibilangin Rival ada di depan langsung ngibrit," gumam Guntur tak habis pikir lalu ikut turun. Ia ingin menguping drama lagi.

Cahya mengulum senyumnya. Ternyata Rival benar-benar datang, cowok itu sedang bermain ponsel. Cahya berdeham sebagai kode bahwa dirinya sudah datang.

"Kenapa lo ehem-ehem? Ngode biar dibeliin minum?" semprot Rival.

"Astaga. Mulut lo ngajak ribut mulu ya, Val."

Rival memberikan Silverqueen berukuran jumbo yang tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Cahya melongo melihat itu.

"Itu buat gue?"

"Menurut lo? Gue kasih ke Mega atau Sela juga, nih!"

Cahya tersenyum girang lalu menerimanya. "Ini nggak dari hasil nyolong atau ngutang kan?" tanya Cahya memastikan. "Juga bukan hasil mungut kan?"

"Perasaan lo sentimen banget sama gue, Cay. Gini-gini gue juga masih punya modal buat beliin lo coklat mah."

"Sangkyuuu Rival. Lain kali tambahin segepok duit sabilah." Cahya menyengir.

"Dimakan. Semoga sakit gigi ya."

"Astaga! Your lambe!" ketus Cahya menirukan kalimat yang sering Rival sebut. Rival selalu mencampur adukkan bahasa Inggris dan bahasa Jawa.

"Oh iya. Dalam rangka apa nih lo beliin Silverqueen segede gaban?"

"Emm ... nggak ada rangka apa-apa."

"Halah. Pasti simbiosis mutualisme, gue ngerti otak kadal lo."

Rival menunjukkan deretan giginya yang putih. Akhirnya peka juga.

"Cay ...."

"Hm?"

"Jangan tagih utang gue dulu, ya. Itu Silverqueen sogokannya."

"Tuh kan. Apa gue duga, pasti ada sesuatu!"

"Gue belom bisa bayar. Gue lagi terjangkit virus kemiskinan."

"Ck. Terserah. Satu hari telat bayar, bunganya 99 %."

Rival menggeleng pelan tak habis pikir. Kenapa ia selalu dikelilingi manusia-manusia licik?

"Kalo gini caranya, gue mau jual ginjal aja dah."

"GUE DUKUNG, VAL! DUITNYA BAGI DUA!" semangat Cahya menggebu-gebu.

"Punya pacar gini amat, gobloknya totalitas."

****

Thank you❤️ jangan lupa tekan bintang❤️
Oh iya kemaren ga update gara-gara ada duka mendalam. Maafin ya❤️
See you di next chapter ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

498K 44.7K 64
⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bern...
Aruna By KEN

Teen Fiction

134K 6.6K 47
Berada di dekatnya membuatku berdebar. Memandang wajahnya yang rupawan membuatku berbinar. Namun sayangnya cintaku tak ada sambutan. Hanya aku yang m...
50.2K 4.9K 17
lah kok jadi manusia?-Lee Heeseung 2024
18.8M 3.2M 87
[SUDAH TERBIT & Part Masih Lengkap] Karena suatu alasan, Skaya Agnibrata harus menyamar menjadi seorang laki-laki dan tinggal di asrama laki-laki sek...