AMOUR

By hwepiy

4.1K 1.4K 5.8K

Terlahir sebagai anak kembar identik, bagaimana perasaanmu? Pasti bahagia karena bisa saling tukaran pakaian... More

1. Yang bertopeng
2. Shaka dan Dunianya
3. Hitam Putih
4. Peringatan Pertama
5. Sisi Yang Berbeda
6. Milik Azka
7. Bukan Sembarang Kejutan
8. Baper? Ya kali!
9. Mascrush
10. Closer
11. Oh shit!
12. Icha vs Keysha
13. Pertandingan Sengit
15. Prioritas
16. Belajar Bareng
17. Gara-gara Foto
18. He's annoying!
19. Jealousy
20. Esedensies
21. (Not) Strong Enough
22. Sibling Rivalry
23. One Fine Day
24. (Bukan) Shaka
25. Bak Kaset Rusak
26. Terjebak Dalam Labirin
27. Favourite Man
HAI EVERYONE!

14. Selimut Bernyawa

150 46 281
By hwepiy

❝Gak ada kata ngerepotin kalo semuanya di dasari rasa suka, sayang dan cinta.❞-Amour

Selamat Baca!

❄️❄️❄️

"Nih perban kok malah bikin gue nambah ganteng ya," ujar Shaka yang tengah duduk santai di sofa sambil ngaca di kamera hapenya. Cowok yang mengenakan pakaian rumah sakit itu mengusap-usap pelan perban di dagunya.

"Dih, najis banget, cuih." Sadam memeragakan akting buang ludah. Cowok itu dari tadi geli sendiri liat Shaka kepedean di depan kameranya.

Pasca kejadian di lapangan, Shaka dibawa ke Unit Kesehatan Sekolah dan diperiksa oleh Bu Mia-penanggung jawab UKS-ternyata lukanya itu mesti dijahit karena bukan luka kecil, alhasil harus ke rumah sakit.

Ia harus menghabiskan satu harinya di sini karena Bunda yang meminta. Sebenarnya setelah operasi kecil pada dagu, Shaka udah boleh pulang.

Tapi, Bunda bersikeras mau anaknya seharian dirawat dulu, mengingat cowok itu gak bisa puasa bicara alias bawel kalo lagi sakit, khawatir jahitannya terbuka dan harus balik lagi ke rumah sakit.

Di sini hanya ada Bunda, Sadam, Aufa, Icha juga Naya. Dua orang lagi yang merupakan Tim Shaka sudah kembali ke sekolah.

Penanggung jawab pertandingan basket ini adalah Icha. Jadi jikalau terjadi apa-apa ia harus turut andil, nah makanya sekarang cewek berambut pendek itu ada di sini.

"Shaka, gue minta maaf ya, gue gak tau kalo bakal terjadi kayak gini." Sudah jelas Icha merasa bersalah meskipun ini bukan salahnya.

"Sans, bukan salah lo kok."

"Udah gak waras apa bego apa gimana sih lo? Jelas-jelas yang salah itu Gavin, kapten basket kelas lo yang sialan itu," sarkas Aufa benar-benar tidak habis pikir dengan Icha.

Pemuda yang suka pakai gelang hitam itu adalah tipe orang yang sensian, tempramental.

"Tapi pertandingan ini tanggung jawab gue, Aufa. Gavin juga anak kelas gue, ya gue mewakili aja," pungkas Icha membela diri.

"Jangan bego deh Cha, keenakan si Gavin yang salah. Bukannya minta maaf atau merhatiin si Shaka, ini malah cuek bebek. Gue yakin dia sengaja," jelas Aufa, masuk akal juga.

"Kok lo ngatain temen gue bego? Icha gak bego, jaga tuh mulut lo." Naya tidak terima ketika Aufa menyumpah serapah Icha seperti itu.

"Temen lo emang bego, udah tau dia gak salah tapi-"

"Gak gitu juga ya, Aufa. Sekesal apapun lo, gak usah segala ngatain cewek pake bahasa kasar. Awas aja ya kalo sampe gue denger lo ngatain cewek bego atau semacamnya, nih liat." Naya menunjukkan tangannya yang mengepal di depan muka Aufa.

"Udah gak usah dilanjut debatnya, cewek udah pasti menang," sahut Sadam di samping Aufa, ia mengusap pundak Aufa agar bisa menahan emosinya.

❄️❄️❄️

Pintu terbuka disusul sosok gadis mengenakan dress biru muda selutut bermotif bunga Daisy yang menenteng paper bag coklat. Napasnya tersengal. Sambil mengatur napas, ia menyibak rambut panjangnya yang berantakan.

Orang-orang di ruang itu menatapnya bingung, hingga Icha memecah kebingungan itu. "Sekar."

Naya yang heboh menghampiri gadis itu, ia memeriksa dari ujung rambut hingga ujung kaki Sekar memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.

"Lo main kejar-kejaran sama pak satpam?" tanya Sadam tiba-tiba.

Bunda yang berada di sana menyodorkan segelas air putih dari nakas kepada gadis itu, "Ini minum dulu, cantik." Sekar menenggak habis air itu.

Ia digiring untuk duduk di tepi brankar Shaka. Semua orang menatapnya meminta penjelasan. Lagipula siapa juga yang gak heran dengan kehadiran gadis itu dengan penampilan yang mengejutkan.

"A-aku mau ngumpet. Nanti aku jelasin, asal kalo ada yang ke sini jangan buka kamar mandi," tutur Sekar terbata-bata, segera ia beranjak menuju toilet dalam ruangan itu.

Lima detik berikutnya, ada tiga orang datang. Seorang wanita berseragam warna kuning kunyit khas Pegawai Negeri Sipil tanpa kerudung. Satu remaja pria berseragam putih abu-abu dan seorang pria kira-kira usia tiga puluhan berjas hitam lengkap dengan sepatu pantofelnya.

Aufa yang lagi makan kacang tiba-tiba berdiri, "Ngapain ke sini? Mau nyelakain siapa lagi?" sindirnya untuk remaja pria tersebut.

"Maaf kalo kehadiran kita mengganggu." Selanjutnya Bu Ida menjelaskan maksud kedatangannya bersama dua pria itu untuk menyelesaikan masalah antara Gavin dan Shaka.

Beliau selaku guru BK meminta Gavin untuk minta maaf soal kejadian di lapangan. Tentu saja pria berbadan tinggi itu menolak. Namun karena diancam pindah sekolah ke luar negeri oleh orang tuanya, ia menurut.

"Gavin, ayo," suruh pria berjas disampingnya yang merupakan pamannya.

"Sorry," katanya singkat, hal itu membuat emosi Aufa memuncak. Hanya satu kata dan terdengar tidak tulus.

Sebelum Aufa menyerang pria itu, Bu Ida kembali bersuara. "Saya harap kejadian seperti ini gak terulang lagi ya. Gimana Shaka? Kamu maafin?"

Dengan berat hati, cowok itu mengangguk biar cepet selesai aja sih. Lantas, mereka bertiga langsung pamit pulang.

Gavin berhenti di depan pintu kamar mandi, ia tersenyum miring mengetahui sesuatu.

❄️❄️❄️

Air matanya terus membanjiri pipinya yang dipoles bedak tipis. Ia terlalu lemah jika bertemu kembali dengan masa lalunya. Kini ia tengah duduk di tepi brankar, sementara Shaka asyik makan kacang di sofa bersama Sadam.

Bunda dan Naya mengusap kedua pundak gadis itu, "Dia udah pergi, Kar. Sekarang lo aman," ujar Naya, memeluk sahabatnya dari samping.

"Bunda gak tau dia itu siapa sampe buat kamu kayak gini, tapi pasti dia udah jahat ya sama kamu?" tanya Bunda lembut.

"Jahat banget, Bund." Icha menyahut, ia sedang bersandar di tembok putih.

"Gak ada tukang balon ya? Pengen borong, nih." Ocehan pria dengan perban di dagu itu mendapat lemparan kacang dari Sadam.

"Bodohnya natural," celetuk Aufa setelah menenggak air putih di botol.

"Cariin tukang odong-odong dong," pinta Shaka yang sangat aneh.

"Pengen gulali yang warna pink." Shaka merengek, Bunda tidak bingung lagi dengan kelakuan anaknya itu.

"Ah, punya temen gak berguna sama sekali. Gue minta ini minta itu gak di turutin," keluh cowok itu. Sekar mengusap air matanya, ia menatap Shaka aneh.

"Kok lo bego, Shak?" Icha menggaruk alisnya yang tidak gatal.

"Yuk, Kar temenin gue cari itu semua." Kening Sekar mengerut.

"Buat apa?" tanya gadis itu bingung. Shaka berdiri, kemudian duduk di samping Sekar membuat Naya bergantian menempati sofa.

"Biar lo gak nangis," jawabnya.

Tunggu! Sekar seperti mencium wangi yang sangat lembut. Dan wangi itu berasal ketika Shaka duduk di sampingnya. "Parfume gue enak ya?" celetuk Shaka, seperti mengetahui isi pikiran gadis di sampingnya.

Bunda geleng-geleng dan memutuskan keluar, untuk mengurus administrasi perawatan anaknya itu.

Tanpa aba-aba, cowok itu menarik Sekar ke dalam pelukannya. Ia tau dan paham pasti gadis itu butuh sesuatu yang bisa menenangkan dirinya. Shaka bisa merasakan itu ketika tubuh yang ia dekap bergetar terisak.

"Ya Tuhan akhirnya gue liat Shaka meluk cewek selain Keysha," gumam Sadam sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas.

"Jangan nangis lagi. Cari odong-odong di Jakarta itu susah." Shaka mengusap surai coklat gadis itu. Kalimatnya mendapat kekehan dari Sekar, cowok itu punya cara sendiri untuk bisa bikin Sekar gak nangis lagi.

Sekar menghirup dalam-dalam wangi yang melekat pada tubuh Shaka. Ia merasa nyaman dan hangat. Wangi woody yang lembut nan maskulin dilengkapi pelukan hangat Shaka membuat gadis itu lupa sejenak alasan ia menangis tadi.

Tanpa diketahui Sekar, lengkungan berbentuk sabit muncul dari bibir Shaka yang tak pernah tersentuh rokok atau minuman keras dan semacamnya.

"Jangan nangis di depan gue lagi ya." Shaka menepuk pelan punggung Sekar.

"Kenapa?" Gadis itu menarik dirinya dari dekapan Shaka meskipun ia masih betah dalam pelukan itu.

"Gue gak punya permen buat berhentiin lo nangis."

"Goblok," sahut keempat orang yang duduk di sofa. Mereka padahal udah nungguin kalimat sweet yang akan dilontarkan cowok itu, tapi malah zonk. Aih.

‼️ To Be Continued ‼️

Hai semua ><

Lagu kesukaan kalian akhir-akhir ini apa nih?

Spam komen pakai emot fav kalian dong ☞

Spam N E X T di sinii

Jangan lupa votenya yaa yang belum

Thank you for reading (.💜)

Continue Reading

You'll Also Like

5M 265K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
5.1M 378K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
611K 29.5K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...