DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 03
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 12

51K 5.6K 1.7K
By devitnask

Flashback kelas 11 awal, masih anget-anget jadi anak kelas 11...

"Rey!" Clara berlari dan duduk di hadapan Rey yang sedang duduk di bangku ujung kafetaria.

Rey terlihat mencari-cari seseorang di belakang arah pintu masuk. Meski dia jarang berbicara dengan Asa semenjak Asa resmi menjadi pacar Elvan, tetapi tidak dapat dimungkiri jika Rey masih mengharapkan gadis itu.

"Asa mana?" tanya Rey pada Clara.

Bibir Clara sedikit melengkung ke bawah. Mungkin, karena Rey menanyakan Asa?

Clara mengedikkan bahunya tak acuh. "Gatau tuh, dari tadi pagi ke UKS. Katanya lemes, terus telat m gitu."

Deg! Jantung Rey seperti ditusuk belati dua kali. Jadi, mereka sudah sampai ke tahap 'itu'?

Sejak hari itu, Rey mulai pergi ke sanggar tinju setiap pulang sekolah. Memukuli samsak seolah dapat meredakan emosinya, rasa kecewa, benci, jijik, dan bersalah berpadu menjadi satu.

Sejak saat itu pula, Rey mulai menanam kebenciannya pada Asa. Tatapan jijik selalu terpancar di matanya, tetapi Asa sepertinya tidak menyadari hal itu.

Bagi Asa, Rey sedikit menjauh karena mereka kini berbeda kelas. Padahal, dulu mereka selalu bersama. Mereka bertiga, karena setiap kali Rey mendekati Asa dengan dalih materi pelajaran, Clara selalu ikut-ikutan.

Menurut Asa lagi nih. Mungkin Rey terlalu sibuk, apa lagi pencalonan Ketua OSIS dan beberapa kegiatan lainnya yang begitu padat.

Mereka bertiga terkadang makan bersama di kafetaria. Walaupun di tengah kegiatan, Rey selalu pergi karena kepentingan OSIS yang sepertinya hanya dijadikan sebagai alasan.

DRRRTTTTTT!

Ponsel Rey bergetar lama, menandakan sebuah panggilan masuk dari seseorang.

Rey yang sedang berjalan menyusuri selasar samping itu pun langsung mengangkatnya. "Hm?"

"Ke ruang rapat buru, ada yang penting!"

"Ya." Rey menutup telponnya secara sepihak, padahal seseorang di sebrang sana masih ingin berbicara.

Gerakan kaki Rey berhenti saat sampai tikungan selasar. Beberapa meter di depan sana, terlihat Asa sedang berbicara dengan Elvan.

"Aku udah cek tiga kali, tapi hasilnya tetep sama, El."

"Anjing!" umpat El menarik tangan Asa memasuki gedung olahraga yang kosong. Cengkramannya terlalu kuat sehingga luka baru di pergelangan tangan Asa tertekan.

"Jangan kenceng-kenceng, El! Sakit," kata Asa memelankan suaranya dan mengibaskan tangannya dari genggaman Elvan.

"Lo yakin itu anak gue?!" tanya Elvan nyolot menatap Asa.

Asa melebarkan netranya. "Aku gituan cuma sama kamu, El!"

"Bullshit!" bentak Elvan tidak terima. "Lo pasti ngejalang juga sama cowok lain, kan?!"

Asa tersenyum getir dengan wajah melengos ke samping kiri. "Di mata kamu, aku bener-bener nggak ada harga dirinya sama sekali ya, El?"

"Kita harus tes DNA, itu pasti bukan anak gue! Setiap kali kita lakuin itu, gue selalu pakai pengaman! Nggak mungkin lo hamil!"

"ELVAN--"

"Atau jangan-jangan lo udah sering ulsuk-ulsuk juga sama cowok lain? Oh, sama Mas Rakanjing itu, kan? Gue sering liat lo berduaan sama dia--"

"Aku les private sama dia, Papa aku yang--"

"IYA MAKANYA ITU LEBIH MENCURIGAKAN! LO BERDUAAN SAMA DIA, SIAPA TAU KALIAN TERTARIK SATU SAMA LAIN TERUS NGENT*T WAKTU NGGAK ADA SIAPA-SIAPA--"

PLAK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Elvan, Asa yang baru saja melakukannya.

"Serius?! Kamu pikir aku CEWEK MACAM APA, EL?!" bentak Asa sedikit terisak.

Elvan melotot geram, dia mencengkram kuat lengan atas Asa. "Lo, udah berani nampar gue sekarang?!"

"Kenapa? Lo udah sering dipukulin, kan--" Asa memalingkan wajahnya ke kiri saat tangan kanan Elvan melayang seperti hendak memukulnya.

Hening, yang terdengar di sana hanyalah deru napas Elvan yang begitu cepat karena marah.

Elvan tertawa hambar. "Lo bahkan udah pakai lo-gue ya sama gue? Mau gue kasih pelajaran?"

"Eng-enggak, El."

Tangan Elvan yang tadinya melayang itu kini membelai pipi Asa pelan. Perlahan, Asa memberanikan diri menatap wajah sang pacar.

"Gugurin, Sa!" Elvan menatap Asa dalam-dalam. "Gue nggak mau punya anak!"

Elvan pergi, setelah menepuk pipi Asa. Kemudian, Asa pun segera berbalik dan menatap punggung Elvan yang menjauh.

El!" sentak Asa. "Ini semua terjadi gara-gara kamu! Kalau kamu enggak tusbol terus tanpa pengaman, aku nggak bakalan kayak gini, El! Kamu bilang semuanya bakalan baik-baik aja, tapi apa? Kamu bahkan enggak mau tanggung jawab--"

Elvan berhenti, dia berbalik melihat Asa. "Kan elonya juga mau! Lo juga keenakan, kan?! Gue nggak pernah maksa, tapi emang elonya aja yang mauan!"

Bibir Asa semakin bergetar, ucapan Elvan begitu menusuk ke dalam ulu hati. Matanya semakin memerah, rasanya terlalu sakit. "Gue diem bukan berarti keenakan, El."

"Sama aja!" sanggah Elvan. "Lo nggak pernah nolak gue, Sa. Itu artinya lo juga mau!"

"Brengsek lo, El!" umpat Asa.

Elvan mendekat. "Oh, mulai makin kasar sekarang?"

"Kenapa emangnya?! Gue udah nggak respect sama lo! Emang bener ya, cewek nggak akan ada harga dirinya lagi di depan cowok setelah dia kasih semuanya!"

"Sa, nggak usah ngelantur--"

"Harusnya gue nggak pernah ketemu lo, El! Meski Papa bikin gue tertekan, harusnya gue nggak kegoda sama gigolo kayak lo!"

PLAK! Kali ini Elvan lah yang menampar Asa, pukulannya begitu kuat sampai Asa sempoyongan. "Jaga mulut lo, Jalang!"

"Gue liat, El." Asa memegang bekas tamparan Elvan yang begitu panas, ia beralih menatap Elvan. "Lo sama Clara.. di tempat karaoke."

Mata Elvan membulat. "Kenapa baru bilang sekarang? Lo salah paham--"

"Kita putus aja, El! Kayaknya, itu juga yang terbaik kan buat lo? Soal gugurin anak kita atau enggak, gue yang bakalan mutusin sendiri. Jadi, lo nggak usah khawatir--"

"BABI LO!" Elvan menahan kedua bahu Asa. "GUE BILANG GUGURIN YA GUGURIN! SIAPA YANG NYURUH LO MUTUSIN GUE?"

"AH, RAKANJING ITU? DIA BILANG MAU TANGGUNGJAWAB GITU? TERUS LO BILANG KEK GINI BIAR BISA PUTUS DARI GUE--"

"El! Berhenti bawa-bawa Mas Raka, dia nggak ada hubungannya sama ini--"

"Oh, jadi sekarang lo belain Raka?"

"Bukan gitu, El. Gue cuma--"

"Gue nggak mau putus, Sa!" Tekanan Elvan pada bahu Asa semakin kuat, Asa sampai kesakitan dibuatnya.

"El, sakit--"

"Gue nggak trima pemutusan sepihak! GUE NGGAK MAU TAU, GUGURIN JANINNYA SEKARANG JUGA! NGGAK USAH BERALASAN BUAT PUTUS! LO MASIH PUNYA GUE, SA!"

"GUE NGGAK MAU, GUE TAKUT, EL!" Asa ikut meninggikan suaranya, dan hal itu membuat Elvan semakin murka.

Elvan mendorong Asa hingga cewek itu tersungkur di lantai, kaki Elvan menginjak perut Asa. "Pilih mana? Lo gugurin atau gue yang gugurin? Hm?"

Asa terisak menahan rasa sakit di perutnya maupun di hatinya. Kenapa dia sangat bodoh sampai-sampai mencintai seseorang seperti Elvan?

Kedua tangan Asa menahan kaki Elvan yang ingin menginjak-injak perutnya, dia masih terisak di bawah sana. Sejurus kemudian, pegangan Asa merenggang, gadis itu mulai memasrahkan diri.

"Injek aja, El!" kata Asa pasrah. "Injek gue sampai mati! Jadi, gue nggak perlu ngerasain sakit lagi."

Asa sangat keras kepala! Pria berseragam khas anak basket dengan sweatband head hitam itu pun menurunkan kakinya dari perut Asa.

"EL!" Asa menahan kaki Elvan, seolah memohon agar Elvan menginjaknya. "Gue lebih baik mati sekarang, dari pada Papa tau tentang ini."

Elvan berteriak seraya menjauh dari Asa, ia berusaha menahan amarahnya untuk tidak menyakiti Asa lebih jauh lagi.

"Sa, gue, gue nggak mau kehilangan lo. Gue bukannya nggak mau tanggungjawab, tapi gue nggak siap punya anak. Bentar lagi gue ikut turnamen, dan lo juga masih sibuk buat ulangan akhir semester kan? Atau apa itu, olimpiade! Lo juga sibuk olimpiade kan?"

"Gue keluar dari olimpiade, El."

"Iya pokoknya lo juga nggak siap punya anak! Kan?! Gugurin anak itu satu-satunya solusi, Sa! Gue untung dan lo juga untung, kan? Nggak usah dibesar-besarin!"

"Gimana kalau gue susulin Clara aja?" tanya Asa yang entah ditujukan pada siapa. Gadis yang terduduk di lantai itu terus mentap lurus ke depan, di dalam iris hazelnya seakan-akan tidak ada kehidupan lagi.

Elvan berjongkok, dia menekan rahang bawah Asa menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. "Gue bilang gugurin itu! Jangan berani-beraninya pergi dari gue lo--"

"EL!" sentak seseorang memasuki gedung olahraga.

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Btw, siapa yang dateng manggil Elvan di akhir chapter?

Jangan sampai kayak Asa ya, sesayang-sayangnya kamu ke seseorang, jangan sampai serahin harta paling berharga itu ke mereka sebelum di-Ijab kabul.

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini. ILYSM Dash

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 356K 48
COMPLETED!! [DALAM PROSES PENERBITAN] **** Tujuan awal Kenneth hanya ingin membuat Klarisa jatuh hati padanya agar gadis itu move on dari bayang-baya...
EX [TERBIT] By Dira

Teen Fiction

16.8M 1.3M 100
SUPAYA NGGAK BINGUNG, BACA SESUAI URUTAN! 1. CRAZY POSSESSIVE (TERBIT) - SELF PUBLISH, PESAN DI GUA AJA - 2. EX (TERBIT) - ADA DI GRAMEDIA - 3. HIS G...
5.5M 270K 26
Bagaimana rasanya dijadikan bahan taruhan oleh dua orang lelaki tersohor di seluruh sekolah? Shakira Jasmine membenci Daniel Manggala Wdyatmaja saat...
8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...