Zone

By ShookyBae3

8.1K 737 197

Pokoknya cuma tentang KookV yang sekali atau dua gigit 😁 #kookv# More

-buat aku tersenyum-
#Falling in love : 1#
#Falling in love : 2#
#she#
-I Like you so much, you'll know it-
-Maybe?-
Genseika
Mine
suntik itu sakit!

Yours

484 43 0
By ShookyBae3

.
.
.
KookV
GS Taehyung
.
.
.

Taehyung menatap ponselnya nanar. Selalu begini. Kekasihnya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi Dirinya pun tidak bisa memprotes Jeongguk. Bagaimana pun pemuda itu melakukan ini demi dirinya. Demi mereka.

5 April 20xx

"Gguk, kamu yakin?" Taehyung sekali bertanya pada pemuda disampingnya.

Jeongguk tersenyum. Berusaha menghilangkan gelisah dihati gadisnya itu.
"Aku yakin. Kamu tenang aja ya? Kita pasti bisa. Percaya sama aku."

Taehyung tersenyum tipis. Berusaha mempercayai ucapan kekasihnya. Menghela nafas untuk menghilangkan kegelisahan yang sedari tadi menggelayuti hatinya. Kini gadis itu genggam erat tangan pemuda disampingnya. Meminta keyakinan penuh pada si pemuda.

"A-ayo kita masuk." Ajaknya kemudian.

Mereka bersama langkahkan kaki memasuki rumah besar dihadapan mereka. Berusaha pertahankan keberanian yang jauh-jauh hari sudah di kumpulkan.

Taehyung ajak pemuda itu untuk memasuki rumahnya. Berjalan terus hingga langkah kaki mereka tiba di ruang tamu. Disana, keluarga Taehyung berkumpul. Orang Tua dan kedua kakaknya.

"TaeTae? Dari mana?"

Taehyung eratkan genggaman tangannya. Berusaha tatap wajah ayahnya. Taehyung bisa melihatnya. Tatapan penasaran yang dilayangkan keluarganya untuk Jeongguk.

"Dari depan ayah."

Ayahnya mengangguk. Tatapan menelisiknya masih terpaku pada Jeongguk. Taehyung cemas. Tangannya sudah basah oleh keringat dingin. Tapi sekali lagi genggaman ditangannya buat dia sedikit tenang.

"Dia… siapa?"

"Ayah. Biarkan mereka duduk dulu!" Kakak tertuanya menyahut.

"Ayo kalian duduk dulu." Kakak keduanya mempersilahkan dengan senyuman.

Mereka lalu duduk. Didepan ayahnya yang masih menelisik. Mereka merasa sedang di sidang saat ini.

"Jadi?" Sepertinya ayahnya tidak mau berbasa-basi barang sejenak.

"D-dia_"

"Saya Jeon Jeongguk, Tuan. kekasih putri anda." Potong pemuda itu. Wajahnya tampakkan senyum manis.

Taehyung tatap ayahnya kembali. Ada anggukan yang pria paruh baya itu berikan.

"Terus, tujuan kamu kesini ada apa?"

Taehyung kembali tahan nafasnya sejenak. Ayahnya ini benar-benar to the point. Namun sekali lagi pemuda tampan itu tersenyum. Gurat wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia takut atau bahkan gentar di beri pertanyaan gamblang seperti itu.

"Niat hati saya. Saya ingin menjalin hubungan serius dengan putri tuan. Jika anda berkenan, dalam waktu dekat saya dan keluarga akan kemari untuk meminang Taehyung." Jawaban pemuda itu lugas. Tidak ada gemetar di nada suaranya.

Ibu dan kedua saudaranya tersenyum senang. Tau bahwa putrinya memang menjalin kasih dengan pemuda di hadapan mereka saat ini. Bangga juga dengan keberanian pemuda itu.

"Begitu?" Tanya ayahnya.

"Ya, tuan!"

"Kalau boleh tau. Kau lulusan apa? Apa pekerjaan mu? Bagaimana latar belakang keluarga mu?"

Taehyung dongakkan kepalanya. Tatapan terkejut dia berikan untuk ayahnya. Namun berbeda lagi dengan Jeongguk yang memang sudah Mengantisipasi hal ini.

"Saya baru lulus kuliah. Kebetulan saya adalah kakak tingkat Taehyung di universitas. Saat ini saya sedang merintis sebuah usaha kecil-kecilan bersama teman-teman. Orang tua saya, mereka petani. Keluarga saya pun di kenal baik oleh orang-orang desa." Jelas Jeongguk. Dirinya jujur. Tidak ada yang ditutupi dalam ceritanya. Dirinya ingin menjalin hubungan berdasarkan kejujuran.

"Usaha kecil? Petani?" Nada Suara ayahnya berubah. Taehyung mulai mual saat ini.

"Iya tuan!"

Pria paruh baya itu helakan nafas.
"Kau tau bukan. Bahwa Taehyung ini putri bungsuku? Jelas aku lebih memanjakannya dibanding saudaranya yang lain. Aku ingin yang terbaik untuk putri bungsuku. Jika Taehyung denganmu apa kau bisa menjamin masa depannya? Usahamu saja masih kecil. Bagaimana kau mau menyenangkan putriku? Bagaimana jika usahamu yang tidak seberapa itu tiba-tiba bangkrut? Mau kau beri makan apa putriku? Aku tidak mau jika putri kecilku harus menderita. Jadi maaf aku menolak lamaranmu!"

Taehyung menatap ayahnya dengan pandangan sedih. Bahkan air matanya sudah menggenang siap tumpah dalam satu kedipan mata. Bahkan kedua kakak dan ibunya pun menatap tak percaya pada  kepala keluarga mereka itu.

Mereka tau, bahwa kepala keluarga mereka sangat menyayangi putri bungsu mereka. Hidup Taehyung selalu dipenuhi oleh kemudahan sebab ayahnya. Memastikan tidak ada yang melukai. bahkan memastikan putrinya tidak pernah merasakan kekurangan. Hingga terkadang Taehyung merasa bahwa dia adalah tuan putri dirumah ini. Keiinginannya selalu terkabul. Tapi bukan berarti dia adalah gadis manja.

Tapi kali ini Taehyung merasa sangat disakiti dan penyebabnya adalah ayahnya sendiri.

"Ayah! Kenapa ayah bicara seperti itu? Aku yakin aku bisa bahagia dengan Jeongguk! Dia adalah pria terbaik yang pernah aku temui! Ayah aku mohon_"

"Tidak Taehyung. Ayah tak memberi kalian restu! Kau tidak akan bahagia dengannya nak! Percaya pada ayah. Akan ayah Carikan pemuda yang tampan dan kaya untukmu. Jangan menangis."

Air mata Taehyung tidak berhenti mengalir. Terkadang rasa bencinya terhadap pemikiran ayahnya yang beranggapan bahagia bisa di tentukan dengan harta itu mengalahkan rasa cintanya kepada sang ayah.

"AKU TIDAK MAU! AKU HANYA INGIN JEONGGUK SEBAGAI SUAMIKU! AKU TIDAK INGIN ORANG LAIN AYAH!" Gadis itu terisak keras.

"Taehyung turunkan nada bicara mu! Sejak kapan kau berani membentak ayah?! Apa pemuda itu mengajarkan hal ini kepadamu?!"

"JEONGGUK PEMUDA BAIK. AKU SEPERTI INI KARENA AYAH!"

"TURUNKAN SUARAMU KIM TAEHYUNG!!"

Taehyung kaget. Ayahnya tidak pernah membentak Taehyung sebelum ini. Rasa sakit hatinya kian bertambah.

"Tuan, Saya_"

"Aku tidak bicara padamu. Pergi dari sini. Aku tidak merestui kalian! Jadi segeralah angkat kaki dari rumahku!"

"Baiklah, kali ini saya akan pergi. Namun saya akan kembali kesini untuk membuktikan bahwa saya pantas untuk putri anda. Permisi." Jeongguk bangkit.

Tersenyum kearah ibu dan saudara Taehyung yang menatap menyesal padanya. Dia melangkah keluar dari rumah itu setelah mengusap air mata gadisnya.

"Jeongguk, jangan pergi kumohon." Taehyung kembali menangis. Memegang lengan Jeongguk. Mencegah pemuda itu untuk pergi.

"Taehyung dengar. Ayahmu benar, saat ini usahaku belum kuat dan masih kecil. Aku tidak meninggalkanmu selamanya sayang. Hanya sementara, biarkan aku membuktikan kepada ayahmu bahwa aku pantas dan bisa membahagiakan putri kesayangannya. Saat aku sudah berhasil Aku akan kembali. Aku akan meminta kembali dirimu pada ayahmu. Saat itu aku yakin, beliau akan merestui kita. Kau mengerti?"

Taehyung mengangguk. Air matanya masih enggan untuk berhenti meski sudah diseka berkali-kali oleh pemuda tampan di hadapannya.

"Tunggu aku, terus jaga hatimu untukku. Aku akan kembali kesini untuk membawamu bersamaku." Jeongguk kecup mata basah Taehyung. Lalu beralih ke kening gadis cantik itu. Berusaha beri keyakinan akan ucapannya.

"Berjanjilah…"

"Ya, aku berjanji. Pegang kata-kataku. Aku akan jaga hatiku untukmu, jadi tolong tetap jaga hatimu ya?"

Taehyung anggukkan kepalanya. Kecup bibir Jeongguk sedikit lama. Biarkan dirinya nikmati ini untuk sebentar. Setelah ini mungkin dirinya akan jarang atau bahkan tidak akan bisa temui Jeongguk untuk sementara waktu.

Jeongguk usap pipi basah Taehyung. Kembali bubuhkan kecupan di mata dan dahi gadis itu.

"Aku pergi dulu."

Setelahnya dirinya melihat punggung Jeongguk yang semakin menjauh. Dirinya kembali masuk ke dalam ketika punggung Jeongguk sudah tak terlihat matanya lagi.

Tetap melangkah masuk bahkan ketika ibu dan kakaknya memanggil. Dirinya terlalu kecewa dengan tindakan ayahnya yang mengukur kebahagiaan berdasarkan harta.

"Kau sukses menyakiti anak yang kau jaga selama ini. Selamat!" Ucapan ibunya terdengar samar di telinganya.

"Ayah kali ini kurasa ayah sudah keterlaluan. Jeongguk itu pemuda baik dan pekerja keras. Aku tau karena aku merupakan teman Jeongguk." Kali ini Namjoon kakak lelaki Taehyung yang berucap.

"Aku tidak habis fikir dengan ayah." Kakak sulungnya, Yoongi.

Mereka meninggalkan sang ayah yang mengusap wajahnya kasar.

🍂🍂🍂

"Taehyung? Kau di dalam?"

Taehyung tersentak dari lamunannya ketika suara kakak perempuannya terdengar di ruang apartemen nya.

Ya, semenjak kejadian itu Taehyung memilih untuk menempati apartemen. Rasanya Taehyung masih kesal kepada sang ayah walau sudah 5 tahun sejak kejadian itu.

"Aku di kamar, kak!" Ucapnya sedikit berteriak.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka.

"Kau sedang apa?" Tanya Yoongi sembari menghampiri adiknya ditangannya ada balita berusia 2 tahun.

Yoongi sudah menikah 4 tahun lalu. Bahkan kakaknya Namjoon sudah bertunangan. Memang ayahnya sudah tidak sekeras dahulu. Mungkin sedikit sadar bahwa pemikirannya membuat putrinya tersakiti (?)

"Seperti biasa. Menggarap komik yang sudah hampir deadline." Jawabannya lagi.

"Kakak ada apa kesini? Tumben sekali. Apa bang Jimin ikut?" Tanyanya kemudian. Tangannya meraih keponakan lucunya yang sedari tadi mengulurkan tangan ke arahnya.

"Dia hanya mengantar. Hari ini dia harus menemui klien untuk membahas kerja sama."

Taehyung mengangguk. Tangannya memainkan jemari kecil digenggamnya. Menatap kosong pada jemari gemuk itu.

"Kau kenapa?"

Taehyung menatap kakaknya. Tersenyum dengan amat terpaksa lalu menggeleng.

"Tak apa."

Yoongi menghela nafas. Adiknya sudah 5 tahun ini berubah menjadi pendiam. Lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar ketimbang pergi keluar. Rasanya Yoongi sudah kehilangan adik kecilnya yang menggemaskan.

"Jeongguk?" Tanya Yoongi.

Taehyung kembali tatap kakaknya. Sebelum akhirnya berikan anggukkan kepala. "Dia semakin sibuk. Kami jarang menghabiskan waktu untuk mengobrol. Aku rindu padanya, kak." Taehyung sembunyikan wajah basahnya di kepala sang keponakan. Ciumi rambut bocah itu yang tetap mainkan tangan sang bibi.

Yoongi usap punggung gadis itu. "Bersabarlah. Dia sedang berusaha untuk tepati janjinya. Kau harus percaya padanya Tae. Aku yakin dia juga sama rindunya Dengan mu."

Taehyung mengangguk. "Kakak ada perlu kesini atau sekedar main?" Tanyanya kemudian.

"Ayah menyurumu pulang." Desah Yoongi.

"Untuk?"

"Aku tak tau, tapi ayah memintamu untuk pulang. Lagi pula sudah berapa bulan kau tidak mengunjungi ayah dan ibu? Mereka sangat merindukanmu. Ayah juga sudah sangat menyesal. Cobalah berdamai dengan ayah Taehyung."

Taehyung terdiam. "Baiklah aku akan pulang malam ini."

"Baguslah."

🍂🍂🍂

Taehyung menatap rumah besar dihadapannya. Mengumpulkan tekad untuk mesuk kedalamnya. Ke dalam rumah di mana tempatnya di besarkan.

Mengetuk pintu berbahan dasar kayu jati itu. Dirinya memang merasa asing dengan rumah ini. Tak lama pintu itu terbuka, menampilkan wajah wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik di usianya, ibunya.

Wanita itu memeluk Taehyung erat saat tau bahwa putrinya lah yang berada di hadapannya.

"Kamu pulang sayang? Ayo masuk. Ibu sudah memasak banyak makanan kesukaanmu." Wanita itu membimbing Taehyung masuk. Ingin membuat putrinya itu kembali merasa nyaman berada dirumahnya.

Taehyung tersenyum menatap wajah berseri ibunya. Sedikit banyak dirinya merasa bersalah pada wanita yang banyak mengajarinya tentang kehidupan kepadanya itu.

Mereka tiba di meja makan. Disana sang ayah sudah menunggu di kursinya. Taehyung tau ayahnya menatapi dirinya. Taehyung sudah memaafkan sang ayah.

Taehyung berusaha berdamai dengan ayahnya. Bagaimanapun lelaki itulah yang selalu menjadi tameng pertamanya kala dia merasa terancam oleh dunia luar. Tapi, terkadang rasa sakit ketika mengingat sikap ayahnya tetap ada. Taehyung juga merasa bersalah pada ayahnya. Ayahnya nampak sangat kurus sekarang ini.

Apa aku sangat egois?

Mata Taehyung berkaca. Langkah kakinya tuju dimana ayahnya duduk. Lelaki itu berusaha alihkan perhatiannya ke piring dihadapannya.

"Ayah"

Pria paruh baya itu mendongak menatap putrinya yang berdiri di sampingnya. Ada gurat kerinduan yang meronta untuk di salurkan. Taehyung dapat melihatnya.

Dengan mata yang basah Taehyung peluk lelaki yang menjadi pahlawannya itu. Perlahan dekapannya dibalas erat oleh sang ayah. Rasakan pundaknya yang basah, Taehyung tau ayahnya turut teteskan air mata.

"Maafkan ayah, ayah_"

"Aku sudah memaafkan ayah. Maafkan Taehyung ayah. Maafkan Taehyung yang sangat egois dan keras kepala ini."

Ayahnya mengangguk, pelukan itu terasa sangat erat. Ibunya pun sudah berlinang air mata. Wanita itu elusi punggung bergetarnya.

🍂🍂🍂

Mereka kini sudah berada di ruang keluarga. Duduk bersama. Kakak ipar dan calon kakak iparnya pun ada. Tampaknya akan ada pembicaraan serius.

"Ada apa ini?" Taehyung bertanya. Sekaligus memecah keheningan yang sedari tadi mengawang di ruangan itu.

Ayahnya menghela nafasnya. Menatap pada Taehyung. "Ayah… ayah ingin bicarakan sesuatu pada kamu. Ayah harap kamu bisa mengerti."

Taehyung tatap bingung wajah tersenyum keluarganya. "Sebenarnya ada apa?"

"Ayah...ayah sudah menjodohkanmu dengan seseorang…dan lusa depan kalian harus menikah." Ayahnya Hela nafas. Tatap mata Taehyung yang agaknya sudah berkaca.

Taehyung terkejut? Tentu saja. Perlahan tapi pasti air matanya mengalir. Baru beberapa jam yang lalu dia berdamai Dengan ayahnya. Tapi apa ini? Ayahnya sudah mengambil keputusan tanpa meminta pendapatnya lagi.

"Ayah, bahkan aku masih sangat mencintai Jeongguk. Aku masih menjalin hubungan dengannya. Tapi ayah akan menikahkan aku dengan orang lain? Dan tanpa memberi tahuku?" Taehyung menggeleng. Merasa ini adalah patah hati terbesarnya.

Taehyung memilih bangkit. Tuju kamarnya. Merasa sangat kecewa dengan sang ayah.

"Tae, dengarkan ayah nak_"

"Sudahlah, dia akan tau nanti." Ibunya mencegah sang ayah yang hendak mengejar Taehyung.

Taehyung tiba di kamarnya. Ruangan ini masih sama seperti beberapa waktu lalu ketika ia tinggalkan.

"Jeongguk…."

Gadis itu meraih ponselnya. Berusaha hubungi kekasihnya.

Panggilan tersambung.


Sambungan itu terputus saat Taehyung sudah terlelap.

🍂🍂🍂

Taehyung menatap cermin di depannya dengan kosong. Wajahnya sudah terpoles make up. Dirinya tampak cantik dengan balutan gaun pengantin. Gaun impiannya. Tapi bukannya senang, hatinya malah terasa sakit. Mengingat gaun impiannya ini dikenakan bukan dengan orang yang diimpikannya.

Dirinya masih mengharapkan Jeongguk yang akan datang membawanya pergi. Namun hingga saat ini pemuda itu tak tampak juga. Taehyung mulai putus asa. Mulai mempertanyakan janji-janji yang Jeongguk berikan.

"Tae..?"

Taehyung menoleh saat pundaknya disentuh. Yoongi dan Namjoon menatapnya. Pandangan mata kakaknya berbeda-beda.

"Kakk…" Taehyung menubruk Yoongi. Menumpahkan segala sakitnya di pelukan sang kakak perempuan.

Namjoon mengusap rambut bermahkota adiknya sayang. " Jangan menangis, nanti riasanmu luntur adik kecil."

"Aku tidak perduli!"

Yoongi Hela nafas. "Kakak yakin kau akan bahagia Taehyung. Bukankah kamu percaya pada kakak?"

"A-aku hanya ingin J-jeongguk, bukan orang lain kak..hiks…"

"Kau percaya kakak bukan? Apa kakak pernah berbohong kepadamu?"
Taehyung menggeleng.

"Maka dengarkan kakak, jika kakak berkata kau akan bahagia, maka kau akan bahagia Taehyung."

Taehyung mengangguk. Walau matanya masih berkaca.

"Sekarang, ambil tangan Namjoon. Di depan pintu ayah sudah menunggu."

Ingin rasanya Taehyung menangis meraung-raung. Jeongguk tidak datang untuk membawanya. Apa pemuda itu sudah melupakannya?

Jeongguk...

Di depan pintu ayahnya sudah berdiri. Menatap sendu wajah murung putrinya. "Ayah minta maaf…"

Mereka berjalan menuju altar diiringi Namjoon dan ayahnya. Dirinya terus menunduk. Tak ada sedikitpun keiinginannya untuk melihat calon suaminya.

Jeongguk...

Hingga tiba saatnya sang ayah menyerahkan tangannya pada seorang pria. Rasanya Taehyung ingin berteriak.

Jeongguk…

"Kumohon, jaga putriku."

"Aku akan menjaganya dengan jiwaku!"

Taehyung terkejut. Suara ini...? Wajahnya mendongak untuk melihat wajah tersenyum pria itu.

"Jeongguk…"

Pria itu tersenyum. Tangannya terangkat untuk usap pipi basah gadisnya.

"Tersenyumlah, aku menepati janjiku, aku datang Taehyung. Aku datang untuk membawamu pergi bersama denganku. Jangan menangis lagi. Ada aku disini." Jeongguk tersenyum menatapi wajah basah Taehyung.

"Tolong jangan menangis, kau sangat cantik saat ini. Jangan hapus dulu riasanmu dengan air mata."

Taehyung mengangguk. Berusaha tahan air mata yang sedari tadi mengaliri pipinya.

"Apa mempelai sudah siap?"

Jeongguk tersenyum. "Kami siap!"

Janji suci mulai dibacakan. Mereka mengucapkan janji itu di depan tuhan dan para saksi. Taehyung bahagia, ini adalah kebahagiaan terbesarnya. Hingga rasanya sekuat apapun ia menahan air matanya. Tapi tetap saja tidak bisa. Bulir itu tetap saja keluar membasahi pipinya. Meski begitu senyum cantik tetap terkembang di bibirnya.

🍂🍂🍂

Setelah mereka selesai temui tamu, mereka kembali ke keluarga mereka. Taehyung ingin tanyakan perihal kejutan yang buat dirinya terkejut setengah mati ini.

Ayahnya menangis, lagi. Dan itu karena Taehyung yang peluk erat sang ayah. Sedangkan ibu dan saudaranya ikut menangis saksikan ayah dan anak itu sudah benar-benar akur sekarang. Jeongguk sendiri tersenyum.

"Bagaimana bisa?" Tanya Taehyung.

"Ayah temui aku di kantor beberapa Minggu lalu."

Taehyung menatap Jeongguk dengan wajah penuh gurat pemasaran.

" Beberapa Minggu lalu, saat kita sedang mengobrol lewat telefon, aku di panggil oleh seseorang kau ingat? "

Taehyng beri anggukan atas pertanyaan Jeongguk.

"Saat itu ayahlah  tamu ku."  Ujar Jeongguk. Pemuda itu tak pernah lepas dari senyumnya.

Taehyung tatap sang ayah. Pandangannya sarat akan pertanyaan. Ayahnya beri anggukkan.

Beberapa Minggu lalu.

"Gguk orang yang mau ketemu udah Dateng tuh!" Yugyeom, sahabat yang merangkap sebagai sekretarisnya itu muncul dari balik pintu ruangannya.

Beritahu bahwa tamu yang hendak menemuinya sudah tiba.

"Ya!" Jawabnya.

"Ggukie..."

"Sayang maaf ya? Ada tamu yang mau ketemu. Sekarang tolong jaga kesehatan dan hati kamu ya?  Bye i love you."

"...love you too."

Sambungan itu Jeongguk akhiri. Tak lama setelah itu pintu ruangannya kembali diketuk. Menghela nafas panjang. Lalu Jeongguk menyuruh orang yang mengetuk pintu ruangannya masuk.

Pintu itu terbuka perlahan. Setelahnya muncul orang yang menjadi kliennya Bersama orang yang sama sekali tidak disangka akan datang ke kantor pusatnya.

"Jeongguk, apa aku mengganggu waktumu?" Park Jimin, klien sekaligus temannya. Pria itu berjalan ke arah sofa tempat biasa mereka bercengkrama.

"Tidak sama sekali. Kebetulan aku sedang istirahat sejenak. Silahkan duduk dulu." Jeongguk mempersilahkan tamunya untuk duduk.

"Apa kabar tuan?" Jeongguk tersenyum ramah pada orang yang mengikuti Jimin tadi.

"Aku baik. Bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu.

"Saya rasa, tidak terlalu baik." Jeongguk terkekeh sejenak. "Aku terlalu merindukan putri anda." Jeongguk berkata dengan bibir yang tersenyum sendu.

Tuan Kim mengangguk. Jelas pemuda ini tidak banyak berubah. Tetap lugas dan jujur seperti awal mereka bertemu.

"Maafkan aku." Ujar tuan Kim.

"Tak apa, saya mengerti tentang kegelisahan anda perihal masa depan Taehyung. Jadi saya berusaha memantaskan diri untuk putri anda tuan. Terimakasih berkat anda, saya bisa seperti sekarang ini." Jeongguk kembali terkekeh kecil.

Tuan Kim menatap Jeongguk lamat-lamat. Disebelahnya Jimin hanya memperhatikan ayah mertua dan adik tingkatnya semasa sekolah itu berbincang. Dia sedikit banyak tau mengenai persoalan kedua orang ini. Jadi biarlah dirinya hanya mengamati situasi saat ini.

"Jadi, ada tujuan apa bang Jimin dan tuan Kim kemari? Sepertinya bukan hanya kunjungan biasa bukan?"

"Aku hanya mengantar ayah untuk bertemu denganmu, Gguk. Selebihnya itu menjadi urusan ayah. Ada yang ingin ayah sampaikan kepadamu." Jimin menjawab setelah melihat keterdiaman ayah mertuanya.

Jeongguk kembali alihkan atensinya kepada pria paruh baya yang tampak gugup di tempat duduknya.

"Aku akan berbicara langsung." Mulai tuan Kim. Pandangannya berada di genggaman tangannya. Jeongguk tetap perhatikan ayah dari kekasihnya itu.

"Apa… apa kau masih mencintai putriku?"

Jeongguk untuk sesaat terkejut. Namun setelahnya pemuda itu kembali beri senyum ke arah tuan Kim.

"Maaf sebelumnya jika jawaban saya mengecewakan anda. Tapi, ya! Saya tetap mencintai putri anda. Bahkan apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk bisa memantaskan diri dan agar bisa membahagiakan Taehyung."

Tuan Kim menghela nafasnya. "Terimakasih dan maaf. Terimakasih untuk tetap mencintai putriku, dan maaf atas sikapku di masa lampau. Maukah kau memaafkan aku?" Tuan Kim tatap mata bulat Jeongguk yang pancarkan berbagai emosi di dalamnya.

"Tentu saya memaafkan anda." Jawab Jeongguk cepat.

"Terimakasih lagi. Hatimu sungguh baik. Pantas saja Taehyung memilihmu."

Jeongguk tersenyum. Sedikit berbangga hati saat ayah dari kekasihnya itu memuji dirinya.

"Jika, jika kau masih mencintai putriku… bisakah, bisakah kau segera menikahinya? Aku sudah tidak sanggup melihat putriku yang ceria menjadi gadis pendiam karena diriku. Aku ayah yang buruk karena memisahkan dia dari cintanya. Ku mohon. Hanya dengan ini aku berharap bisa mengembalikan senyumnya. Ku mohon Jeongguk." Tuan Kim hampir saja bersujud di depan Jeongguk jika pemuda itu tidak mencegahnya.

"Anda tidak perlu sampai seperti ini, tuan. Selama ini saya masih bertanya apa saya sudah pantas untuk putri anda, Tapi sekarang saya yakin bahwa saya sudah pantas untuknya. Jika anda sudah merestui, bisakah anda tutupi hal ini dari Taehyung untuk sementara? Saya ingin siapkan pernikahan yang diinginkannya. Hanya sebentar. Bisakah?" Tanya Jeongguk kemudian.

Tuan Kim mengangguk. Apapun. Apapun asal putrinya bahagia.

"Terimakasih, tolong katakan padanya bahwa dia dijodohkan. Jangan beritahu bahwa itu aku. Saya ingin memberikannya kejutan kecil." Ujarnya lagi dengan senyuman diwajahnya.

"Apa kau yakin, Gguk? Kau sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?" Jimin bertanya. Dia tau bahwa adik iparnya itu sedikit nekat.

"Aku yakin, Taehyung tidak akan melakukan tindakan yang merugikan kalian atau dirinya." Jawab Jeongguk yakin.

"Baiklah kalau itu maumu. Sekali lagi terimakasih sudah mencintai putriku dengan setulus hatimu. Dan terimakasih juga sudah memaafkan perlakuan ku padamu." Tuan Kim membungkuk di hadapan Jeongguk.

"Saya juga berterimakasih atas kesempatan yang anda berikan untuk saya."

Setelahnya kedua orang itu berpamitan untuk pulang. Saat itulah senyum lebar Jeongguk terukir.

"Taehyung aku akan segera menjemputmu."

🍂🍂🍂

Begitulah. Maaf membuatmu menunggu lama. Sekarang aku disini. Aku tepati janjiku untuk menjemput wanita hebat ini." Jeongguk kecup pucuk kepala Taehyung.

"Terimakasih. Terimakasih atas perjuanganmu. Terimakasih sudah menepati janjimu. Terimakasih Jeongguk." Taehyung peluk erat lekaki yang kini sudah menjadi suaminya itu.

"Terimakasih kembali. Kau milikku sekarang."

-End-

Sejujurnya ini iseng karena aku bayangin lagunya 'kangen band - yakinlah aku menjemputmu' tentunya udah aku rubah sesuai imajinasiku yang nyeleneh. Jadi kalo semisal ceritanya gak nyambung sama lagu ya, tolong dimaafin😅
Dan soal 'genseika' itu belum selesai ya? Aku masih dalam proses ngetik pas Nemu ide cerita ini kkk. Maaf juga buat typonya,

Okey…
Makasih yang udah mampir dan baca ceritaku. Tolong jaga kesehatan ya? Dan juga bagi yang menjalankan. Semoga puasa kita semua di lancarkan dan diberkahi Allah SWT 🤗

Continue Reading

You'll Also Like

82.7K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
81.3K 8.2K 35
FIKSI
403K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
713K 57.4K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...