RADENNONA - CIRCLE OF LIES [E...

By Sefiti

558K 85K 6.2K

Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi... More

R1-00: PROLOG?
R1-01: KOMPUTER NONA DIRETAS?
R1-02: GURU PENGGANTI?
R1-03: SEBUAH PEMBALASAN?
R1-04: DIA ITU SIAPA?
R1-05: KELUARGA BAHAGIA?
R1-06: DENDA 2 MILIAR?
R1-07: PERTEMUAN PEJABAT DI SEKOLAH?
R1-08: JADI GURU LES MATEMATIKA?
R1-09: LUKA BEKAS JAHITAN?
R1-10: RADENA PEMBUNUH?
R1-11: PINDAH SEKOLAH LAGI?
R1-12: MEMIJAK LUKA LAMA?
R1-13: APA ALASANNYA?
R1-14: ADA APA?
R1-15: NONA PEROKOK?
R1-16: MEREKA?
R1-17: GOSIP?
R1-18: KENAPA BEGITU?
R1-19: TROS ITU APA?
R1-20: NONA DIMANFAATKAN?
R1-21: VC?
TRAILER
R1-22: JOIN?
R1-23: ADA APA DI LANTAI 4?
R1-24: CEWEK ITU LAGI?
R1-25: NONA MENGHILANG?
R1-26: SIAPA DAN KENAPA?
R1-27: MEMBUAT SKETSA WAJAH?
R1-28: RAHASIA KECIL?
R1-29: DILABRAK?
R1-30: MENINGGAL?
R1-31: DITAMPAR?
R1-32: MENAIKI BUKIT?
R1-33: DIA PELAKUNYA?
R1-34: APA HUBUNGANNYA?
R1-35: KE PEMAKAMAN?
R1-36: KE KEDAI KOPI MARAHAN?
R1-37: SI BOS?
R1-39: LUKISAN 5X2?
R1-40: BUKTI YANG SEMU?
R1-41: SI BUNGLON DAN SINGA TUA?
SCHOOL UNIFORM - SMA BERLIAN
R1-42: SHADOW IN THE DARK?
R1-43: TERDUGA?
R1-44: SIAPA DIA SEBENARNYA?
R1-45: CRIMINAL MINDS?
R1-46: TAWARAN?
R1-47: SEBUAH TOPENG?
R1-48: SATU KELOMPOK?
R1-49: FAKTA LAIN?
R1-50: BIOGRAFI?
R1-51: TERNYATA KAMU?
R1-52: BERMOTIF?
R1-53: DITANGKAP POLISI?
R1-54: KELUARGA ATAU TUGAS NEGARA?
R1-55: CEKCOK KELUARGA?
R1-56: KONEKSI SAKIT?
R1-57: KETAHUAN?
R1-58: MEMANCING?
R1-59: BENANG MERAH?
R1-60: THE INFORMANT?
R1-61: THE GIFT?
R1-62: MISI JAHAT?
R1-63: DIJADIKAN KAMBING HITAM?
R1-64: BARTER?
R1-65: BOHONG YANG JUJUR?
R1-66: KACAU?
R1-67: SELESAI?
R1-68: THE GAME?
R1-69: SEBUAH AKHIR ATAU AWAL YANG BARU?
R1-70 (EPILOG): KOREK API?
SEASON 2?

R1-38: MANIPULASI?

6.4K 1.1K 130
By Sefiti

FYI, KARENA RADENNONA JUGA TERMASUK GENRE SCI-FI, JADI AKU MAU JELASIN DULU BIAR KAMU BISA MEWAJARKAN TEKNOLOGI YANG ADA DI PART INI.

KALO KAMU BELUM TAU, AYO KITA BELAJAR BARENG. JADI SCI-FI/SCIENCE FICTION (FIKSI ILMIAH) ITU ADALAH SUATU BENTUK FIKSI SPEKULATIF YANG MEMBAHAS TENTANG PENGARUH SAINS DAN TEKNOLOGI YANG DIIMAJINASIKAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN INDIVIDUALIS.

CONTOHNYA BAKALAN KAMU TEMUIN DI PART INI DENGAN TUJUAN TERTENTU.

TERIMA KASIH BANYAK ATAS PERHATIANNYA. AKU SELALU MENGHARGAI KAMU.

***

Satria menghentikan langkahnya ketika sudut matanya menangkap sesuatu di garasi utama, yang terhubung dengan ruang tamu. Karena penasaran, ia pun memilih untuk kembali melangkah mundur menuju ke depan pintu garasi. Matanya terbelalak saat itu juga.

"Woah!" Dia tampak girang melihat sebuah mobil Jeep Wrangler berwarna putih yang sekarang berada di hadapannya. Satria menelusuri setiap sisi dan sudut mobil impiannya itu.

"Punya siapa ya?"

"Satria!" Panggilan Sandra dari dalam rumah mengalihkan perhatiannya.

"Satria di sini Ma!" sahutnya dengan suara yang terdengar sangat gembira.

Sandra sedikit memiringkan kepala setelah mendengar suara anaknya yang tak jauh dari posisinya sekarang. Dia menoleh ke arah pintu garasi yang terbuka lebar. "Satria, kamu di sana?" teriaknya sembari menuju ke garasi dengan pandangan yang menyelidik.

"Sat—" Suaranya tertahan. Tepat di ambang pintu, wanita itu mematung. Keningnya berkerut. Dirinya juga terkejut dengan keberadaan mobil Jeep Wrangler itu.

Satria menoleh padanya dengan wajah yang bahagia. "Ma, ini Mama yang beli?"

Sandra belum menjawab.

"Ma?"

"Bukan." Jawaban Sandra mengubah raut wajahnya menjadi kebingungan. Matanya menyoroti sang mama yang sedang berjalan ke arahnya.

"Terus siapa yang beli? Nggak mungkin kakek kan?"

Wanita berambut bob sebahu itu melipat kedua lengannya di depan dada. "Mungkin aja Sat. Kemarin kan kamu ulang tahun. Siapa tahu kakek udah mulai perhatian sama kamu," sangkanya dengan penuh percaya diri.

Satria menarik salah satu sudut bibirnya ke samping dengan kencang. Dia belum bisa memercayai itu.

"Karena kemarin nilai Matematika kamu bagus, jadi Kakek mau ngasih kamu hadiah." Suara Setyo samar-samar terdengar sampai ke garasi. Sandra dan Satria pun sontak menoleh ke sumber suara.

"Itu kakek," seru Sandra dengan semangat. Dia merangkul anaknya dengan erat.

Mereka berdua tampak menanti kehadirannya dengan perasaan sukacita.

Radena yang berjalan di sampingnya tampak sangat penasaran. Hadiah apa yang akan kakeknya ini berikan, sampai memintanya untuk datang malam-malam begini?

Senyuman Satria yang semula mengembang, seketika menghilang dalam sekejap saat mendapati Setyo datang bersama sepupunya.

"Kalian ngapain di sini?" Setyo bertanya dengan keheranan.

"Pa. Ini mobil buat Satria?"

"Maaa." Satria berbisik dengan penuh penekanan. Sandra tak seharusnya menanyakan itu di depan Radena.

"Kemarin kan Satria ulang tahun. Jadi Papa hadiahi mobil ini kan?"

Kedua alis Setyo terangkat. "Satria ulang tahun? Saya tidak tahu," akunya dengan tak peduli.

Perasaan Satria menjadi tidak enak. Dadanya terasa sakit. Oksigen pun seolah berhenti di tenggorokan.

"Terus mobil ini...," Sandra mengarahkan pandang pada Radena dengan tatapan sinis, "ohhh, apa jangan-jangan mobil ini buat Radena? Cucu kesayangan Papa?" sindirnya.

Radena menelan salivanya dalam-dalam. Suasana tegang seperti ini terulang kembali karena dirinya. Alasan inilah yang membuatnya malas mengunjungi rumah kakeknya semenjak bertahun-tahun yang lalu.

"Satria!"

Panggilan Sandra tak digubris olehnya. Satria memilih untuk pergi. Satria melewati Radena tanpa meliriknya sama sekali.

"Papa kapan sih mau perhatiin Satria?" Sandra benar-benar susah hati melihat perlakuan yang didapat anaknya dari sang mertua. "Cucu Papa bukan cuma Radena!"

"DIAM KAMU!" Bentakan Setyo membuatnya bungkam. "Berhenti menanyakan persoalan yang kamu sendiri juga sudah tahu jawabannya!"

Sandra mendengus. "Papa keterlaluan," keluhnya sebelum melangkah pergi. Menyusul Satria yang entah pergi ke mana.

"Biarkan saja mereka. Ayo. Itu hadiahnya sudah ada di depan kamu," ajaknya seraya merangkul bahu Radena dengan penuh kasih sayang. Dia seolah tidak menganggap keributan yang baru saja terjadi.

Radena bergeming. Matanya memandangi mobil putih itu dengan penuh kedilemaan. Benda besar itu adalah salah satu keinginannya. Tapi—

"Maaf Kek, aku nggak bisa nerima hadiah itu." Tolakannya membuat Setyo terkejut.

"Kenapa? Bukannya itu mobil impian kamu?"

Radena mengangguk. "Tapi aku nggak bisa, Kek."

"Apa ini gara-gara Satria?"

Sontak dia pun menggeleng dengan cepat. "Aku belum pantes nerima ini. Lagian kan, nilai yang aku dapetin juga nggak seberapa buat hadiah kayak gini."

Pria itu terdiam. Dirinya sudah bisa menebak, kalau Radena menolak hadiah darinya pasti karena Satria dan ucapan Sandra. Tidak mungkin cucunya ini bisa menolak mobil incarannya dengan mentah-mentah. Wanita jalang!

***

10.10 PM

Sadar akan sesuatu, Nataline segera mengambil buku catatannya untuk menuliskan hal yang bisa dia jadikan petunjuk.

"Kenapa mereka selalu berjalan ke arah barat dan habis itu ruangan jadi sepi?" Pikirannya berkelana dengan bolpoin yang dia gigit sesekali.

"Beberapa saat sebelum suara mereka hilang, bunyi pintu lift itu muncul, dan kedengeran lagi setelah 1 jam."

Di mana mereka selama 1 jam itu?

Dia sangat yakin dengan pendengarannya. Langkah kaki mereka mengarah ke barat, sedangkan pintu keluar ada di sebelah utara. Seingatnya, ruangan Setyo hanya memiliki 1 pintu. Dan kalaupun mereka berjalan mendekati jendela, mereka harusnya berjalan ke arah utara.

RUANGAN RAHASIA.

Dia mencatat 2 kata itu di buku catatannya. Tangannya pun merobek halaman yang telah dia bumbui tulisan tersebut, lalu berjalan ke arah investigation board untuk menempelkannya di sana.

Perempuan itu menghela napasnya. Pandangannya masih terpaku pada papan investigasinya, mengamati satu per satu subjek yang sedang dia selidiki.

"Okay. It's show time, Nataline." Dia menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Let's go."

***

Nataline keluar dari kamarnya sembari merapikan rambut yang sudah terkuncir. Sekarang dia tampak mengenakan kaus hitam lengan pendek, wide-leg jeans hitam, dan sandal wedges sneakers yang senada dengan pakaiannya. Tangan kirinya juga terlihat menenteng jaket bomber berwarna marun.

"Mau ke mana Kak?"

Perempuan itu menoleh ke arah dapur. Di sana ada adiknya yang sedang menuangkan air minum ke gelasnya.

"Kakak keluar dulu ya. Kamu jaga rumah. Kunci pintu. Langsung hubungin Kakak kalau ada apa-apa. Jangan macem-macem. Jangan biarin orang asing masuk. Dan kalau ada yang nyari Kakak, bilang aja kamu nggak kenal."

Adiknya pun mengangguk sembari meneguk air minumnya. Dia sudah terbiasa mendengarkan itu.

"Bye." Nataline melambaikan tangannya, dan meninggalkan pandangan dari sang adik yang kini menyoroti kepergiannya.

Sesampainya di garasi, ia menekan tombol sensor di kunci mobilnya. Suara klakson dan lampu yang menyala dari mobilnya, menandakan kalau kendaraannya itu sudah siap untuk dipakai.

"Malam ini gue harus dapetin sesuatu, biar Pak Adrian mau ngasih gue waktu tambahan."

Tangannya segera membuka pintu mobil, lalu memasukinya dengan bersemangat juga percaya diri. Dia sama sekali tidak memikirkan risiko besar yang mungkin saja akan dihadapinya.

Suara helaan napas terdengar dari balik jendela. Adiknya masih setia memerhatikannya di sana.

"Semoga Kakak nggak kenapa-kenapa." Dirinya sudah tahu persis, jika sang kakak menghujaninya dengan segala pepatah dan peringatan, berarti kakaknya itu akan melakukan sesuatu hal yang sangat serius dan ... berbahaya.

***

Setelah 20 menit membelah jalanan Bandung, Nataline akhirnya berhenti di depan gerbang sekolah. Dia membunyikan klakson beberapa kali agar satpam yang berjaga membukakan gerbang untuknya.

Terdengar suara gerbang terbuka begitu nyaring. Sangat dominan di antara suara lainnya, karena jalan raya sudah mulai sepi.

"Lho, Bu Anna." Pak Jono yang datang dengan mengeratkan jaketnya di tubuh, tampak mengarahkan kepalanya ke kaca mobil yang terbuka.

"Iya Pak." Dia terkekeh.

Pria itu melirik arlojinya. "Ini udah mau jam 11 lho, Bu. Ngapain jam segini ke sekolahan? Mana cuacanya lagi dingin begini."

"Tadi pagi kan saya ke sini mau ambil dokumen," karangnya, "eh, ternyata hape saya ketinggalan di sini. Sekalian mau ambil data-data yang harus disetor besok pagi."

Satpam itu manggut-manggut. Dia percaya saja dengan ucapan guru pengganti itu.

"Kenapa nggak minta saya anterin aja atuh Bu ke rumah. Daripada bolak-balik."

"Terima kasih lho Pak itikad baiknya. Tapi saya lagi buru-buru nih."

"Eh, punteun Bu. Silakan masuk."

Nataline mengangguk. "Hatur nuhun, Pak Jono," katanya sembari memberi senyum. "Oh iya Pak. Di dalem ada yang jaga kan?"

"Iya Bu. Di sekitaran laboratorium komputer sih yang paling ketat."

"Kalau di lantai 4?"

"Gimana?" Pak Jono bingung dengan pertanyaan perempuan di hadapannya. Untuk apa juga dia menanyakan itu?

"Maksud saya, lantai 4 kan lantai terpenting. Siapa tahu kan, ada penyusup yang masuk. Akhir-akhir ini banyak kasus perampokan sekolah."

"Ohhhh gitu. Kata Pak Setyo sih nggak perlu dijaga."

Dia memiringkan kepalanya. "Kenapa?"

"Saya juga nggak tahu Bu."

Nataline terdiam beberapa saat. "Ya udah. Saya mau markirin mobil dulu ya Pak. Mari. Selamat bertugas." Ia pun membawa mobilnya menerobos ke dalam wilayah sekolah yang sangat sepi.

"Bu Anna nggak takut apa, malem-malem ke sekolahan. ¹Mani haré-haré kitu katingalina." ¹Santai aja kelihatannya;

Nataline mengatur napasnya sebelum keluar dari mobil. "Wish me luck." Dia pun menghembuskan napasnya kuat-kuat sebelum membuka pintu mobilnya.

***

"Eh Bu, kok malem-malem di sini?" Pertanyaan itu datang dari penjaga yang kebagian tugas di area dalam.

Dia tersenyum. "Iya nih. Urgent. Mari." Badannya sedikit membungkuk. Kakinya tampak berjalan dengan cepat menuju ke lift utama.

Nataline tidak langsung menekan tombol lift di hadapannya. Matanya melirik arah jarum jam di arlojinya. "Oke. Gue punya waktu 30 menit di sini."

Setelah salah satu tombol berhasil ditekan, pintu lift pun terbuka lebar. Ia segera memasukinya dengan cepat. Dirinya hanya punya waktu 40 detik untuk berkamuflase di dalam sana. Jarinya segera menurunkan zipper jaket 2 in 1-nya, lalu melepaskannya dalam satu entakan, dan memakainya kembali dengan penampilan yang berbeda. Sekarang, tampak leather biker jacket terbalut di tubuhnya. Tak lupa ia menaikkan kerah kaus turtleneck-nya sampai menutupi lehernya yang jenjang.

Langkah kedua, dia membungkuk untuk menekan sebuah tombol pada wegde sandalnya. Saat tombol itu ditekan, sandalnya bertranformasi menjadi sebuah combat boot. Tanpa jeda dia menekan tombol kedua, di mana tombol itu berfungsi untuk mengeluarkan tali sepatu, yang secara otomatis akan terpasang ke setiap lubang yang ada. Lalu, saat dia menekan tombol ketiga, sistem akan secara otomatis mengencangkan tali sepatu sesuai dengan ukuran kaki si pemakai. Hal itu terjadi karena sepatu yang dipakainya telah dirancang khusus dengan teknologi self lacing.

Berikutnya, Nataline tampak merogoh sesuatu dari saku jaketnya. Dia mengeluarkan sepasang leather gloves berwarna hitam, dan segera memasangnya dengan cepat. Sungguh, kedua tangan dan pergerakannya sangat cepat. Bahkan lebih cepat dari satu kedipan mata.

Tangannya terlihat mengeluarkan sesuatu lagi dari dalam saku jaketnya. Ada sebuah masker hitam dan kacamata. Ia pun lekas memasangkannya. 15 detik lagi pintu lift akan terbuka. Langkah terakhir. Dia menarik ikatan rambutnya dan membiarkan rambutnya itu terurai dengan bebas.

Pintu lift pun terbuka tepat waktu. Saat itu juga ia melangkah keluar dengan penampilan yang berbeda. Serba hitam dan tampak edgy.

Saat keluar dari lift, tangannya terangkat dan mengarah ke AC yang terpasang di ruangan. Dia menurunkan suhu semua AC yang ada di lantai 4 ini sampai mencapai 16°C, menggunakan remote control yang sudah dibekali sistem hack.

Hal itu dia lakukan untuk beberapa alasan. Pertama, menghambat kedatangan penjaga bila dirinya ketahuan. Kedua, untuk mengubah warna jeans-nya. Ya. Teknologi hypercolor yang diaplikasikan pada kain celananya itu, akan bereaksi bila terjadi suatu perubahan suhu di sekitarnya yang memengaruhi zat termokromik pada kain celananya. Bila suhunya menjadi lebih dingin, warna lain yang terdapat pada kainnya akan muncul, menyamarkan warna awal dari jeans-nya.

Dan kini, warna hitam pada celananya berubah menjadi biru keabu-abuan. Warna rambutnya yang hitam pekat itu pun sedikit demi sedikit berubah menjadi kecokelatan, karena suhu dingin yang kini menyebar ke seisi ruangan. Sebelumnya, dia telah menyemprotkan rambutnya dengan cairan yang mampu mengubah warna rambutnya pada temperatur udara tertentu.

Sempurnalah sudah penyamarannya. Semoga Tuhan mempermudah urusannya.

Sepanjang lorong, dia terlihat memukul-pukul tembok di arah kirinya. Telinganya mendekat ke tembok untuk memeriksa sesuatu.

"Kalau di balik tembok ini ada ruangan, pasti suara pukulannya bakalan lebih nyaring."

Itu terjadi disebabkan oleh adanya pengaruh dari udara terhadap bunyi. Bila suatu benda bervolume ruangnya padat dan tidak memiliki udara, maka suara yang dihasilkan akan berat, pelan, dan tidak nyaring. Sebaliknya, bila suatu benda bervolume memiliki pasokan udara yang banyak di dalamnya, maka suara yang dihasilkan akan terdengar lebih nyaring.

Pergerakannya terhenti saat mendengar suara pukulan yang sangat nyaring, dibandingkan tembok yang sudah dia lewati 10 meter di belakangnya. Matanya memandangi tembok bercat putih itu.

Jangan-jangan....

Firasatnya semakin kuat. Dia pun segera berlari menuju ke ruangan Setyo.

***

Matanya menatap pintu ruangan di hadapannya. Dia membutuhkan sidik jari Setyo untuk membuka pintu.

Tak lama, tangannya terlihat merogoh sesuatu ke dalam saku celananya.

Di balik masker hitam itu, salah satu sudut bibirnya terangkat. "I got it," katanya sembari memandangi benda bening di tangannya. Itu adalah sidik jari Setyo yang sudah dia ambil diam-diam saat bersalaman dengannya.

Perempuan itu pun menempelkan benda bening tersebut ke ibu jarinya, sebelum menyentuhkannya pada sensor yang terpasang di pintu.

"Semoga berhasil."

1 detik.

2 detik.

3 detik.

Yes!

Kunci pintu terbuka dengan sendirinya. Dia lantas segera memutar knop pintu dan melenggang masuk begitu saja.

Aneh. Di ruangan penting kayak gini nggak ada CCTV sama sekali. Tapi gue tetep harus hati-hati. Bisa aja Pak Setyo udah masang sesuatu di dalam sini, dan mungkin itu lebih berbahaya dari pada puluhan penjaga.

'

Gimana?? Nataline keren kan?????




Instagram: raseraaaa
Tiktok: iamtehra
#radennona

Continue Reading

You'll Also Like

3.3K 1.8K 36
[COMPLETE] Berkisah tentang seorang arwah pemuda yg terpisah dengan tubuhnya yg terbaring koma dirumah sakit. Ia bertekat untuk menemukan sekelompok...
187K 5.4K 49
[Wajib VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. ๐Ÿ“Œ "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertinggal...
17.9K 10.3K 60
(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelang...
87.4K 12.7K 33
โ satu hal yang pasti, diri terlampau berterima kasih atas kejutan berkedok guncangan yang telah semesta hadiahkan untuknya. โž tw : age switch. start...