Riana & Ralex

Par Odia3n

15.7K 2.3K 57

(Belum direvisi) Ralex itu tunangan Riana sang gadis populer. Tapi setelah bertunangan dengan Riana, pria itu... Plus

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM

TIGA PULUH SATU

516 32 0
Par Odia3n

Ralex membawa Riana ke taman kota, ia sama sekali tidak melepaskan tautan tangannya dengan Riana. Membuat orang-orang menatap pada mereka. Riana yang sudah terlanjur malu hanya bisa menyembunyikan wajahnya di punggung Ralex. Tetapi pria itu malah terkekeh geli melihatnya. Menurutnya Riana jadi sangat menggemaskan jika malu-malu begini.

"Jangan tertawa." Riana geram dan mencubit pinggang Ralex. Pria itu memang berhenti tertawa akan tetapi tidak berhenti untuk tersenyum. Riana merasa marah sekaligus cemburu. Marah karena Ralex tidak berhenti menggodanya dan cemburu karena para gadis terpesona akan senyum pria itu. Bagi yang tidak mengenal Ralex memang berusaha menarik perhatian pria itu. Tapi bagi yang mengenal pria yang disampingnya, mungkin akan mengabaikan mereka. Dan para gadis kegatelan itu sepertinya tidak mengenal Ralex sehingga mereka terus saja menatap pria disampingnya ini.

Mood Riana menjadi jelek, ingin hati menenangkan pikiran dari masalah sejenak. Tapi malah membuat moodnya buruk. Merasakan suasana hati tunangannya tidak baik, Ralex membawa Riana pada salah satu bangku taman. Ia mendudukkan Riana dan ia pun duduk disamping gadis itu.

"Katakan padaku jika kau ingin sesuatu honey," kata Ralex pada tunangannya.

Sebenarnya aku ingin menusuk mata para gadis itu.

Tapi Riana tidak mengutarakan isi hatinya, ia tidak ingin membuat Ralex menatapnya aneh. "Aku ingin gula-gula kapas. Bisakah kau membelinya untukku?"

"Baiklah, tunggu disini." Ralex memastikan Riana duduk dengan tenang lalu pria itu berlalu untuk membeli pesanan tunangannya. Sepeninggalan Ralex, Riana bersandar dengan tenang walau tetap kesal pada para gadis yang masih melihat Ralex mengantri membeli gulali untuknya.

Pria itu menatap Riana sesekali sembari mengantri di belakang orang-orang. Riana memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang yang berlalu lalang di taman kota. Kebanyakan dari mereka anak-anak muda yang sedang bersenang-senang bersama teman-temannya. Anak-anak kecil yang sedang bermain diawasi oleh orang tua mereka.

Cukup lama Riana menunggu Ralex yang membeli pesanannya. Hingga pria itu datang membawa dua gulali. Pria itu memberikannya pada Riana.

"Semuanya untukku?" tanya Riana yang dibalas anggukan dari Ralex. Riana menerimanya dengan senang hati.

Melihat Riana sebahagia itu membuat Ralex tersenyum. Pria itu duduk disamping gadis kesayangannya sembari memperhatikan Riana yang sedang menikmati permen kapasnya. Sedangkan Riana menatap pada pada orang-orang yang berlalu lalang.

"Nanti aku akan ke kantor polisi honey," kata Ralex. Riana menoleh pada pria.

"Untuk apa ke kantor polisi?"

"Untuk membereskan semua masalah ini. Aku tidak ingin kau kenapa-napa." Perkataan Ralex cukup membuat Riana tersanjung, gadis itu bersandar pada bangku taman. Bibirnya bergerak sedikit, matanya menyipit.

"Bukankah kau sudah menjelaskan semuanya padaku?" tanya Riana.

"Ya, tapi gadis itu sudah keterlaluan." Ralex kembali mengingat video dan foto-foto yang sudah diedit menjadi dirinya. Sebagai keluarga Argamawan, Ralex tidak ingin foto-foto dan video itu tersebar luas dan menghancurkan nama baik Argamawan. Gina dan kekasihnya harus mendapat hukuman yang setimpal. Gadis itu harus merasakan perbuatannya.

"Kukira kau akan membiarkan gadis itu setelah menjelaskan semuanya padaku." Riana bingung.

Ralex membalas, "aku tidak sebaik itu honey. Sekalipun aku sudah menganggapnya saudara, bukan berarti dia bisa semena-mena."

"Kau hanya menganggapnya sebagai saudara?" ekspresi Riana tampak tidak percaya.

Kedua alis Ralex terangkat, "apa maksudmu?"

"Kau tidak tahu kalau Gina menyukaimu?

"Tentu saja aku tahu. Kalau dia tidak menyukaiku, dia tidak akan bersusah payah meminta orang lain mengedit foto-foto sialan itu." Hampir saja Ralex emosi mengingat semua itu. Karena video dan foto-foto itu membuatnya berselisih dengan Gina.

"Kau tahu?" Riana terkejut.

"Aku tahu dari dulu. Jadi aku tidak heran mengapa dia mengedit foto-foto itu. Tapi aku tidak akan memaafkan perbuatannya ini."

Merasakan kemarahan Ralex, Riana merasa bersalah. Ia menggenggam tangan Ralex membuat pria itu tersentak. Riana tersenyum menenangkan, "ku pikir kau tidak perlu semarah ini."

Ralex membalas genggaman gadis itu, ia juga ikut tersenyum. "Maafkan aku honey."

"Kau tidak perlu meminta maaf. Tapi sungguh aku terkejut melihat foto dan video itu pertama kali." Riana mengakui. Ia sudah mulai mencintai Ralex dan ketika ia mendapat hadiah itu dari Ailen pertama kali, jujur ia sangat senang. Tapi siapa sangka isi kotak kado itu membuat Riana sakit hati.

"Maka dari itu aku harus menuntut pelaku itu," ujar Ralex. Riana menoleh dan tersenyum. Ia memang tidak menyukai Gina dan Ralex akan memenjarakan gadis itu. Setidaknya Riana lega. Dengan tidak adanya gadis itu, hubungannya dengan Ralex tidak akan terancam. Karena sejujurnya ia tidak menyukai gadis bernama Gina itu.

"Sayang!" panggil Riana cukup membuat Ralex tersenyum. Ia memandangi tunangannya penuh cinta.

"Ya," balas Ralex ketika Riana bersandar pada bahu Ralex.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa." Riana menghentikan ucapannya untuk sesaat sebelum melanjutkan, "aku senang kalau kau tetap mau menjelaskan semuanya saat aku marah padamu."

"Aku tidak ingin kau marah padaku honey." Ralex mengelus kepala tunangannya.

Riana tersenyum, "terimakasih."

Ralex tidak membalas, ia masih mengelus kepala Riana dengan sayang. Pandangannya jauh ke depan, sesekali ia melihat ke arah Riana yang menghabiskan gula-gula kapasnya. Riana tidak melihat tatapan datar Ralex, ia terlalu sibuk menghabiskan permen kapasnya. Ralex tersenyum, tangannya tidak berhenti mengelus kepala tunangannya itu.

"Kau tahu honey, aku suka kedekatan kita ini," ujar Ralex.

"Hm?"

"Maksudku setelah sekian lama, akhirnya aku bisa mendekatimu."

"Aku tidak mengerti," ucap Riana. Ia menatap wajah tampan.

Pria itu menghela nafas, "setelah bertahun-tahun akhirnya aku bisa mendekatimu."

"Lalu mengapa kau tidak mendekatiku sedari dulu?" Riana heran. Jika Ralex menyukainya sudah sejak lama, mengapa pria itu tidak mendekatinya.

"Kau terlalu muda honey, orang-orang akan mengataiku pedofil." Jelas Ralex.

"Kau sudah menyukaiku sejak aku masih kecil?" tanya Riana tidak yakin dan ia cukup terkejut ketika pria itu mengakuinya.

"Ya sejak kau berumur enam atau tujuh tahun, aku tidak yakin tepatnya. Ya aku sudah menyukaimu sejak lama." Ralex mengakuinya.

"Hah?" Riana tidak percaya. Ia dan Ralex terpaut umur sepuluh tahun. Jika Ralex menyukainya di umur yang sangat semuda itu berarti pria itu sudah Remaja.

Ralex tertawa melihat ekspresi tidak percaya dari tunangannya. "Bukan hanya kau yang tidak percaya honey tapi aku sendiri pun tidak percaya kalau aku menyukaimu."

Mata Riana berkedip beberapa kali dan ia tertawa canggung, "kau menyukaiku di umurku semuda itu?"

"Ya," tidak ada bantahan dari Ralex. Pria itu akhirnya mengakuinya setelah sekian lama memendamnya. Setidaknya bebannya berkurang setelah ia mengakui pada tunangannya bahwa ia menyukai gadis itu sejak lama.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya sebelum kita bertunangan?" tanya Riana penasaran.

"Pernah," jawab Ralex.

"Kapan? Dimana?" tanya Riana tidak sabaran.

"Kau sangat penasaran ya honey?"

Riana mengangguk, tidak bisa dipungkiri kalau ia benar-benar penasaran. Seingatnya ia tidak pernah bertemu dengan Ralex sebelumnya. Setahu Riana pertemuan pertama mereka saat pesta pertunangan.

"Dulu honey, kita sering kali bertemu di pesta-pesta besar." Ralex menjawab Rasa penasaran tunangannya.

"Kenapa aku tidak ingat?"

"Sudah lama sekali honey," balas Ralex. "Mungkin kau sudah melupakannya tapi tidak denganku."

Sesungguhnya Riana penasaran akan tetapi ia menahannya. Ia berusaha mengingatnya akan tetapi Riana sama sekali tidak ingat.

"Tidak perlu diingat honey cukup aku saja yang mengingatnya," ujar Ralex tersenyum membuat Riana mendelik pada pria itu.








TBC.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

358K 28K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
2.8M 299K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.4M 130K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
DESIRE Par The Bride

Roman d'amour

310K 16.3K 26
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...