Rumah Untuk Lingga (Completed)

By tazsasza

340K 35.7K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... More

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
5 || Saga, Kebanyakan!
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
9 || France Angelfish
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
13 || Bahu Lingga
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
17 || Mantan
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
35 || blood and wounds
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele

36 || Fell In Pain

6.3K 635 16
By tazsasza

Tara langsung berlari ke luar , dia tidak pernah menyangka jika Lingga berada tepat dibelakang mobilnya, yang diparkir di belakang gedung pertemuan dengan Genta .

Dan begitu Tara sampai, dia langsung memindahkan mobilnya untuk maju ke depan.

Lalu dengan cepat Tara menyingkirkan tumpukan balok kayu, setelah disingkirkan barulah Tara dapat melihat sebuah pintu yang tergembok. Tanpa pikir panjang lagi,Tara mengeluarkan pistolnya, menembak gembok tersebut.

Pintu pun dibuka dengan keras, Tara yang baru melangkah masuk langsung membola, Lingga ada disana dengan nafas pendeknya.

Tanpa pikir panjang lagi Tara langsung bergegas mendekat dan langsung menatap marah begitu melihat genangan air yang bewarna merah, seharusnya tadi dia memukul Genta,dengan menahan emosi Tara mengangkat tubuh lemah Lingga, membawanya ke dalam mobil.

Setelah memastikan Lingga bersandar di kursi mobil dengan benar,Tara langsung melepaskan jaket kulit dan kaosnya, meninggalkan badannya yang telanjang.

Kemudian Tara mengambil gunting di dasboard mobil, menggunting baju Lingga dan melepaskan dari tubuhnya.

Tara langsung menggertakkan giginya, begitu dia melihat kondisi tubuh Lingga yang penuh dengan lebam biru dan ungu dibalik bajunya.

Belum lagi luka-luka lainnya, tidak ingin lebih terbakar emosi Tara pun dengan cepat memakaikan bajunya di badan Lingga . Dan langsung melempar ke bawah baju Lingga yang basah.

Selesai dengan itu Tara pun langsung duduk, membawa Lingga ke rengkuhannya. Lalu Tara mengambil tisu untuk mengelap darah yang keluar dari beberapa luka luar di tubuh Lingga. Tara bahkan tidak peduli jika celananya dan jok mobilnya ikut basah karena celana Lingga yang belum dia ganti.

Yang ada di pikirannya sekarang bagaimana caranya membuat Lingga merasa nyaman, meski Tara tau jika itu tidak akan menghilangkan rasa sakit di tubuh Lingga.

Tara juga sangat marah saat ini,Genta ternyata benar-benar menghajar Lingga tanpa ampun, bahkan syarat yang diberikan Genta tidak sepadan dengan luka yang diberikannya kepada Lingga.

Jika Tara tau akan separah ini seharusnya tadi dia menembak Genta, bukan Pele .

Mengingat Pele, Tara yang tadinya fokus mengelap luka Lingga langsung menghentikan pergerakannya. Dan malah membawa Lingga ke dalam pelukannya.

Tara benar-benar dihadapkan dengan dilema yang besar. Karena Genta akan memberi informasi letak sebenarnya dimana Lingga berada dengan ganti dia harus menembak Pele tepat didepannya.

Tara yang tidak tau harus bagaimana lagi, karena tidak mungkin dia memberi tahukan ke yang lain. Karena Genta tidak akan melepasnya begitu saja.

Tapi melihat wajah tidak sadar Lingga berada di pelukannya.

Tara langsung menangis , tidak seharusnya ia menyesal Lingga berhasil dia selamatkan.

Dan ini sudah lebih dari cukup, membawa Lingga pulang adalah tujuannya.

Tapi meski terus meyakinkan seperti itu, Tubuh Tara masih terus bergetar.

Dia bahkan tidak tau, Pele masih hidup atau tidak. Karena setelah mendengar kata bunuh dari Genta, hati Tara langsung berdegup sangat kencang .

Dan dengan rasa menyesal yang terus mengnguar, Tara membawa tangan Lingga yang penuh luka ke wajahnya lalu menciuminya.

Berharap dengan begitu rasa menyesal mempertaruhkan Pele demi Lingga, bisa ia hilangi.

Lalu Tara berujar dengan sangat pelan berharap rasanya tersampaikan "Maafin gue, janji ini yang terakhir."

Setelah itu, Tara langsung menidurkan Lingga dengan hati-hati di jok bangku yang tersisa, mengelap kasar air matanya dan berpindah ke depan. Menyetir mobilnya, menjauh dari gedung sakit ini.

*****

Zevan yang berada satu mobil dengan Topan Menatap tak mengerti, begitu tiba-tiba setelah sampai di tempat Topan mengambil dasi sekolah dari arah belakang mobilnya. Dan menggulung dasi itu di kepalan tangannya.

"Kemampuan berantem Lo belum tumpul kan?"

Zevan yang masih tidak paham, mengangkat satu alisnya.

"Maksud Lo?"

Sambil tersenyum miring, Topan berkata lagi kali ini telunjuknya ikut menunjuk ke arah depan dan Zevan langsung mengikuti arah telunjuknya, langsung membola.

"Kita bakal tawuran lagi, kali ini pertawurannya bukan antara sekolah lagi. Tapi tawuran antara orang jahat dan baik. Dan Lo tau pasti siapa yang dimaksud baik, maka karena dari itu. Apapun keadaannya-"

Topan mengambil jeda, lalu menatap penuh seringai ke arah Zevan yang kini sudah kembali melihatnya. Lalu dia pun kembali berucap.

"Kita harus menang"

*****

Sama dengan keadaan di mobil Topan, di mobil Erlang. Iky yang juga punya firasat yang sama langsung melepaskan ikat pinggangnya.

Membuat Erlang yang ada di balik kemudi langsung melotot horor.

"Ngapain Lo, kebelet kencing?"

Iky yang ada di belakang tidak menggubris pertanyaan temannya, sebaliknya Iky menengok ke arah samping.

Ada Bara disana, sedang meremas kedua bagian kain celananya. Terlihat sekali jika anak itu sedang cemas.

Iky yang melihatnya langsung memukul pundak Bara.

"Kuat Bar, Lingga butuh Lo dan kita disini lagi nge-usahain"

Dikatakan seperti itu, Bara langsung membuang nafas kasarnya. Membuat Erlang yang ada didepan langsung memerhatikan lewat pantulan kaca mobil.

"Lo tau kan, kemungkinan buat kita dijebak itu. Sangat besar?"

Kali ini Bara yang sudah sedikit tenang, mengangguk.

"Gue tau. Dan juga kemungkinan Genta, ngasih tau tempat Lingga yang dia kasih ke kita itu juga bohong"

Iky yang mendengar prasangka itu dari Bara langsung mengangguk setuju.

Erlang yang sebenarnya masih tidak paham dengan situasi ini, begitu hendak bertanya langsung kembali menutup mulutnya rapat-rapat.

"Erlang. Berhenti disini"

Iky sedang dalam mode seriusnya dan apapun itu Erlang yakin, Iky tidak bisa diganggu saat ini.

Setelah menghentikan mobilnya, mereka pun keluar dari mobil dan ternyata sudah ada Topan dan Zevan yang menunggu.

Iky yang berada di posisi paling depan, memimpin mereka langsung mengusap-usap kepalanya yang kini pelontos. Kebiasaan lamanya, disaat-saat hendak memulai sebuah perkelahian.

"Denger, gue sangat berharap Lo semua menang. Gak tumbang karena kalo si Genta tau salah satu dari kita ada yang tumbang tuh anak makin seneng, karena merasa berada paling diatas. Maka dari itu kita harus menang, biar dia kelabakan karena kita bakal bantai habis anak buahnya. Dan gue juga sangat berharap"

Semuanya yang ada di belakang langsung ikut berjalan begitu Iky telah memulai langkahnya .

Dan benar saja, begitu menginjakkan kaki di halaman seseorang dari arah samping tanpa peringatan apapun langsung menyerang mereka.

Tapi langsung dengan cepat ditangkis Iky, dan Iky juga langsung menendang kencang perut orang itu.

Membuat orang itu terjatuh dan tidak bisa berdiri lagi, karena rasa sakit yang luar bisa di perutnya begitu menerima tendangan Iky.

Melihat itu Topan bersiul.

Tapi Iky langsung mengangkat kepalan tangannya ke atas. Mengintrupsi.

Dan berujar dengan lantang.

"Gue berharap Lo pada gak ada yang sampai bikin orang regang nyawa. Lo semua bebas ngamuk tapi jangan sampe kelewatan.Karena kita bukan penjahat, tapi seseorang yang berusaha melindungi diri sendiri buat nyelamatin orang"

Tapi kemudian Iky menengok ke arah belakang, lalu tersenyum penuh arti.

Erlang yang melihatnya langsung meremang di tempat.

"Maksimalnya masuk rumah sakit"

Dan setelah mengatakan itu. Sekitar tujuh orang keluar dari dalam gedung ,dan begitu melihat temannya ada dibawah memegang perut dan merintih mereka langsung berhamburan mendekati Iky dan yang lainnya.

Bara menjadi yang paling pertama langsung beraksi, dan dengan membabi buta menyerang tiga orang yang paling dekat dengannya.

Salah satu dari mereka berhasil, memukul wajah Bara. Membuat kacamata Bara jatuh ke bawah.

Zevan yang ada di belakangnya, malah tertawa melihatnya. Begitupun dengan lainnya, mereka salah memukul orang.

Dan benar saja setelah dipukul. Bara pun langsung menyeringai, mengusap kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Pukulan itu sakit tapi tidak seberapa, karena saat ini sakit yang paling besar dirasakan Bara ada di hatinya. Maka luka seperti ini tidak berpengaruh apapun baginya.

Bara pun terkikik, pertama-tama dia mengambil kacamatanya lalu melempar ke arah Erlang yang sedang nganggur dan tampak juga anak itu membawa tas.

Erlang yang dilemparkan kacamata oleh Bara hanya bisa mendengus karena kaget tapi tetap memasukkan kacamata itu ke dalam tasnya dengan hati-hati.

Setelah itu, Bara pun kembali ke arah depan. Kini matanya yang sipit lebih terlihat jelas akan tetapi juga bersamaan dengan itu luka gores di samping matanya ikut terlihat.

Orang-orang yang ada di depan Bara langsung beringsut sedikit menjauh, karena melihat Bara yang seperti orang gila malah tertawa kencang dan juga aura yang dikeluarkan Bara berubah secara tiba-tiba.

Akan tetapi tidak berlangsung lama karena mereka memaksakan diri dan langsung kembali menyerang.

Tapi semuanya hanya sia-sia, karena begitu kacamata Bara dilepas Bara benar-benar seperti orang lain. Dia menangkis semua serangan dan membalas dengan sempurna.

Bahkan sampai membuat ketiganya terjembab jatuh ke bawah.

Bara yang melihatnya langsung menatap pedih ketiganya.

"Lo semua udah nyakitin adik gue, dan maka dari itu Lo semua harus bayar"

Ucapnya.







Continue Reading

You'll Also Like

25.2K 2.8K 48
Sequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya...
1.8M 195K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
TANAKA [END] By riya

Teen Fiction

438K 35.6K 31
"Biarkan hanya aku yang merasakan luka dan lelahku, kalian cukup nikmati saja tawaku"-- Karunasankara Narendra Tanaka. Karena bagi dia berpura-pura b...
277K 19.5K 55
Menjadi anak yang tak diinginkan oleh orang tua bukan keinginan Al. Ia tak pernah meminta kepada Tuhan untuk di lahirkan di dunia ini. ia juga tak ma...