[~] Weasel and Fox | sakuatsu

By pitike17

1.1K 107 2

collection fic of Sakusa Kiyoomi x Miya Atsumu [ sakuatsu, bxb, mostly nsfw ] pitike17©2021 More

teach me how to kiss

[nc] atsumu's valentine surprise

582 55 2
By pitike17

#nsfwsktsfluffweek2021

Day 1
Domestic | Valentine's Day Special

2021/04/22

[ ini repost dari twitter, ya. tanggal aslinya ya pas valentine kemarin hehe ]

.

.

.

Kiyoomi tidak tahu ke mana Atsumu pergi. Sejak pagi pasangannya itu sudah tidak ditemukan di sisi ranjang. Padahal Atsumu selalu menunggu kecupan pagi di kening sebelum memulai aktivitas sebagai pengurus rumah tangga.

Ketika Kiyoomi terjaga, sarapannya sudah siap. Pakaian kerja berada rak kamar mandi sejak semalam karena ia selalu mempersiapkan baju untuk meringankan kerja Atsumu. Tapi Kiyoomi ingin melihat belahan jiwanya itu.

Harusnya ada suara--yang sedikit menjengkelkan namun membuat rindu--di sela-sela sarapan berdua mereka. Tapi kali ini Kiyoomi terpaksa menghabiskan pagi seorang diri. Sakusa Atsumu sepenuhnya tidak menampakkan diri.

Ia mendengus pelan sebelum melangkahkan kaki keluar pintu. Biasanya Atsumu akan memberikan kecupan sampai-jumpa-nanti-sore. Tapi sekarang batang hidungnya pun tidak nampak. Mungkin dia pergi keluar untuk membeli sesuatu. Kiyoomi menggelengkan kepala, berusaha menepis rasa cemas dan berangkat ke kantor.

Sesampainya di ruang kerja, Kiyoomi menemukan sebatang coklat berhias pita merah. Ia melirik meja karyawan lain dan melihat barang yang sama persis.

"Hadiah valentine dari ketua tim," celetuk Bokuto Kotaro, rekan seruangannya. Ia duduk di kursi dan bersandar sambil meraih coklatnya, "Tapi aku dapat dua karena Akaashi tidak suka coklat."

Kiyoomi menatap coklat di meja kerjanya bingung. Ia tidak ingat bahwa hari ini adalah tanggal 14 Februari. Tapi jika hari ini memang hari kasih sayang, mengapa orang yang ia sayangi justru tidak nampak sejak pagi?

Istirahat siang Kiyoomi diwarnai kekhawatiran. Ia mengirim pesan pada Atsumu tapi tidak dibalas. Kiyoomi mencoba menelepon tapi tak kunjung diangkat. Lelaki itu hampir berpikir untuk pulang sekarang juga. Namun tidak memungkinkan. Masih ada beberapa tugas mendesak yang harus ia selesaikan. Kiyoomi tidak akan diperbolehkan pergi begitu saja oleh ketua tim mereka.

Biasanya Sakusa Kiyoomi akan pulang dari kantor pukul empat sore. Namun hari ini, karena ia bergerak dengan amat cepat untuk menyelesaikan tugas, Meian Shugo mengizinkannya pulang pukul dua. Kiyoomi juga menceritakan alasannya. Sang ketua tim bisa membaca situasi, menemukan kepanikan dan rasa khawatir dari setiap gelagat Kiyoomi.

Akhirnya lelaki itu bisa kembali ke rumah.

Kiyoomi memanggil nama Atsumu berkali-kali setelah sampai di depan pintu.

"Aku pulang, Atsumu," serunya sembari melepas sepatu.

"Atsumu?"

"Atsumu, kau di mana?" tanya Kiyoomi tapi tidak mendapat balasan.

Lelaki itu benar-benar panik sekarang. Ia merogoh ponsel dari tas kerja dan menekan nomor Atsumu. Ada nada dering dari dalam kamar. Dan ponsel pasangannya itu sedang berbunyi dari atas nakas.

Tanpa Atsumu di sana.

"Atsumu!" Kiyoomi memanggil dengan gelisah. Ia membuka pintu kamar mandi dan mencari keberadaan Atsumu. Tapi nihil. Kiyoomi berjalan ke dapur tapi tidak menemukan siapapun.

Ia telah melewati ruang tamu saat menuju kamar dan memang tidak ada siapapun di sana. Jadi mencari ulang pun tidak akan berguna.

"Atsumu," panggil Kiyoomi dengan suara serak. Lelaki itu frustasi. Ia mulai merangkak dan mencari Atsumu di kolong ranjang. Tapi tetap tidak menemukan hasil.

Dengus khawatir lolos dari bibirnya. Pelipis Kiyoomi sekarang penuh dengan keringat dingin. Ia lanjut mencari di mana saja, tempat apapun yang terlintas dalam kepalanya.

"Atsumu! Sakusa Atsumu!" Setiap panggilan menambah satu lagi kekhawatiran dalam diri Kiyoomi.

Lelaki itu mulai menyerah, membuka lemari pakaian dengan lunglai. Ia menarik pintunya untuk mengambil baju ganti dan ternyata seseorang berada di dalam sana dengan pita merah muda menghiasi rambut.

"Omi Omi, selamat hari kasih sayang!"

Kiyoomi tersentak dan jatuh terduduk di lantai. Atsumu berada dalam lemarinya, tidak mengeluarkan suara apapun dan itu mungkin terjadi sejak... PAGI?!

Kiyoomi menjambak rambut ikalnya sendiri dalam diam. Ia benar-benar khawatir dengan hilangnya Atsumu dan ternyata pasangannya itu tengah memeluk lutut dan bersembunyi di lemari. Kiyoomi tidak habis pikir.

"Aku kira kau akan membuka lemari dan mengambil jam tanganmu. Tapi kau tidak kunjung membuka lemari sampai akhirnya aku tertidur karena semalaman terjaga memikirkan kejutan valentine ini," cerocos Atsumu.

"Mana bisa aku terpikir untuk menggunakan jam tangan saat kau sudah menghilang sejak aku bangun tidur?" bela Kiyoomi.

"Ini kejutan, Omi-kun. Mana mungkin aku memberi tahu bila aku akan mengagetkanmu di dalam lemari pagi-pagi?" Atsumu tidak mau kalah. Ia memalingkan wajah, enggan menatap Kiyoomi.

"Kau sudah membuatku terjebak di dalam lemari selama berjam-jam. Kau harus tanggung jawab! Berikan aku satu ciuman valentine," rajuk Atsumu sambil menunjuk-nunjuk bibirnya sendiri.

"Tidak mau. Kau baru bangun tidur," tolak lelaki itu sembari mengerutkan dahi. Kiyoomi hanya akan mencium bibir ketika Atsumu sudah menggosok gigi.

"Omi Omi, aku sudah mandi menyeluruh sebelum bersembunyi di sini," rengek Atsumu sambil memasang ekspresi memelas.

Kiyoomi mendesah pelan. Ia sebenarnya lega. Ia sangat lega Atsumu baik-baik saja. Tapi lelaki itu tidak akan mengatakannya.

"Tapi berjanjilah kau tidak akan membuat kejutan konyol seperti ini lagi," sahut Kiyoomi sembari bergeser mendekat. Atsumu membenahi posisi, merosot turun dan duduk di lantai, di depan pasangannya.

"Ini tidak konyol. Aku merencanakannya dengan sungguh-sungguh sampai--,"

Pembelaan Atsumu terpotong karena tiba-tiba Kiyoomi sudah menarik tengkuknya. Lelaki itu mendaratkan sebuah ciuman di dahi. Lama. Cukup lama hingga Atsumu tetap merasa berdebar meskipun bibir Kiyoomi dan bibirnya tidak bertemu.

"Selamat hari valentine, Sakusa Atsumu," bisik Kiyoomi di akhir ciuman. Wajah Atsumu berubah merah padam saat mendengar kata-kata itu, juga sedikit tambahan setelahnya. "Aku menyayangimu."

Bibirnya tersenyum bahagia. Atsumu mengusap pundak Kiyoomi malu-malu. "Aku juga," sahutnya kemudian tertawa kecil.

"Omi-kun," panggil Atsumu lagi ketika jemarinya merasakan kemeja Kiyoomi basah oleh keringat, "kau kan baru pulang kerja. Apa kau ingin mandi bersama? Aku tidak masalah mandi lagi."

Kiyoomi tersenyum hangat lalu menyahut, "Kalau Sakusa Atsumu mau, maka Sakusa Kiyoomi tidak akan menolak."

.

.

.

Atsumu menanggalkan pakaian dan pita merah muda di rambutnya sembari beranjak ke kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin wastafel kemudian mengambil sikat dan pasta gigi dari dalam kabinet. Kiyoomi menyusul, berdiri di sebelah Atsumu dan ikut menggosok gigi.

Selama satu menit, rumah itu hening. Baru setelah menaruh kembali sikat gigi di dalam kabinet, Kiyoomi menjadi lebih agresif dan memeluk pinggang pasangannya erat-erat dari belakang.

"Omi Omi," protes Atsumu seraya menoleh. Kiyoomi mendaratkan sebuah ciuman di bibir si pirang, melumat permukaannya pelan sebelum menciptakan taut yang lebih dalam. Ia mencecap rasa mint pasta gigi di sela ciuman itu.

Atsumu sudah menanggalkan pakaiannya sebelum masuk ke kamar mandi. Jadi sekarang, sembari bercumbu, Kiyoomi bisa mendapatkan akses untuk menjamah tubuhnya secara bebas. Termasuk puncak dada berwarna merah muda yang sejak tadi menjadi pusat perhatian Kiyoomi.

Telunjuk dan jari tengahnya mengapit puncak kiri dan mengusap turun, kemudian ibu jarinya menekan dari atas, menyeka perlahan-lahan untuk memberikan sensasi geli pada tubuh Atsumu. Lelaki pirang itu melenguh di tengah ciuman, meraih pipi Kiyoomi dan mendorongnya.

Gerak jari pada puncak dada Atsumu semakin gencar. Bahkan Kiyoomi juga ikut menjamah yang kanan. Sekarang Atsumu hanya bisa menatap pemandangan dirinya sendiri di depan cermin, dengan Kiyoomi bersandar pada ceruk lehernya. Rambut ikal sang pasangan sedikit menggelitik kulit Atsumu, tapi usapan pada dadanya jauh lebih mengirim rangsang.

"Omi-kun," panggil Atsumu sembari menyandarkan tangan di pinggir wastafel. Setiap ibu jari Kiyoomi menyeka puncaknya, area merah muda itu semakin merasa sensitif. Sekarang tubuh Atsumu merasa amat panas. Di bawah sana kepemilikannya setengah menegang, turut meminta untuk dimanjakan.

"Omi Omi?" Atsumu menyebut nama sang pasangan lagi. Dari cermin, Kiyoomi bisa melihat wajah merah padam dan pundak yang tegang karena menahan rangsang.

"Ya, Atsumu?" sahut Kiyoomi beralih memperhatikan wajah Atsumu dari ceruk leher.

"Sentuh yang bawah juga," mohon lelaki pirang itu kemudian menutup mulutnya dengan punggung tangan. Kiyoomi tidak perlu berpikir dua kali untuk tahu bahwa Atsumu tengah menahan desahan agar tidak lolos.

Tapi tangan nakal Kiyoomi tidak menyentuh bagian depan. Jari-jarinya justru menangkup pipi bokong Atsumu dan meremas-remas. Tangan sebelah menyingkirkan penutup mulut Atsumu agar mau mengeluarkan desah. Tapi lelaki pirang itu malah menggigit bibirnya sendiri.

Telunjuk Kiyoomi bergerak menyusuri celah antara kedua pipi dan mengusap pintu masuk di bawah sana. Ia tidak menelusup ke dalam, namun menyeka lagi dan lagi seolah sedang menggelitik Atsumu.

"Omi--hn--nanti! Kalau sekarang, aku--hh," ucapan sang pasangan sekarang bercampur desah. Kiyoomi gemar mendengarnya, seolah setiap suara tak beraturan itu telah menjadi lagu favorit. Ia tersenyum dan menyentuh kepemilikan Atsumu pada bagian ujung.

Ibu jari dan telunjuknya memilin pelan, mengirim rangsang demi rangsang untuk membuatnya berdiri sempurna. Setelah mengusap bagian ujung selama beberapa saat, Kiyoomi meraih sepasang buah di dasarnya, memijat pelan hingga Atsumu tersentak.

"Omi--ah--aku bisa keluar sekarang j-juga kalau kau--hn--menyentuhnya seperti itu."

Sebuah kecup mendarat di pundak Atsumu. Kiyoomi tersenyum gemas, beralih mengusap bagian batang. "Keluarlah, aku akan membersihkannya nanti."

"Omi--," belum sempat Atsumu memprotes, ia merasakan urgensi dari belakang tubuh. Celana yang dikenakan Kiyoomi sudah sesak sekarang dan bagian depannya seolah tidak sabar untuk bebas.

"Omi, kau sudah--hh," ucap lelaki pirang itu terpotong desah. Kiyoomi mengusap milik Atsumu dengan cepat, memilin ujungnya dan mengusap lagi. Ia ingin sang pasangan keluar terlebih dahulu dan melumasi celah di belakang sana.

"Omi--hn--Omi," panggil Atsumu sembari bersandar pada pinggir wastafel. Tubuhnya bergerak mundur seolah menginginkan kejantanan Kiyoomi di balik sangkar.

Beberapa usapan dan tangan lelaki berambut ikal itu sudah basah sekarang. Atsumu menggigit bibirnya pelan sembari melirik ke bawah, gugup karena ia baru saja mengotori tangan Kiyoomi.

"Sakusa Atsumu," sebut Kiyoomi sembari menyusuri celah paha Atsumu dengan jemarinya. Rona merah di pipi si pirang semakin tampak jelas pada cermin kamar mandi. Ia mendongak, memandang wajahnya sendiri malu.

"Kita sudah menikah dan margamu sudah berganti," bisik lelaki ikal kemudian menggigit daun telinga Atsumu pelan. "Tidak perlu malu."

Geram rendah lolos dari bibir Atsumu ketika telunjuk Kiyoomi kembali menyentuh pintu celahnya. Satu jari itu mendesak masuk, menjelajahi liang hangat sang pasangan. Kemudian Kiyoomi mendengar desah. Atsumu menoleh, menatap lelaki ikal yang tengah tersenyum di belakang punggungnya.

"Hangat," sebut Kiyoomi sembari melingkarkan tangan di tubuh Atsumu. Ia memeluk sembari menelusupkan jari tengah ke dalam celah. Atsumu memekik pelan. Manik coklatnya berkaca-kaca saat dua jari bergerak di bawah sana, menggapai-gapai dan mencari sebuah titik.

Pekik tertahan ditangkap oleh telinga Kiyoomi. Atsumu menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan. Sepasang manim coklat terpejam erat saat pasangannya menyentuh titik yang sama lagi dan lagi.

Atsumu tersentak saat jemari Kiyoomi mengunjungi puncak dadanya lagi. Lelaki itu mengusap, menekan-nekan seperti sebelumnya, sedikit mencubit tonjolan merah muda Atsumu yang sudah menjadi lebih peka.

"Hh--Omi," sebut Atsumu sembari melirik ke bawah. Ia menatap telunjuk dan ibu jari yang mengapit puncak dadanya dengan rona merah.

Kiyoomi mendaratkan sebuah kecup singkat pada pundak Atsumu sebelum berbisik, "Apa kau masih memiliki tenaga untuk berjalan ke bilik shower?"

"M-masih," sahut Atsumu sembari menoleh. Ia menemukan tatapan teduh pada manik legam pasangannya.

"Aku ingin melakukannya di sana," ujar Kiyoomi sembari mengeluarkan dua jari dari dalam celah. Atsumu menghela napas lega sementara sang pasangan menarik tangannya menuju bilik. Tanpa menutup tirai, Kiyoomi langsung menyandarkan Atsumu pada dinding dan memagut bibirnya lagi. Kedua tangan melingkar pada tengkuk lelaki ikal itu seiring ciuman mereka semakin dalam.

Kiyoomi menelusupkan tangan di antara mereka berdua, meraih karet celana dan membebaskan kejantanannya. Lelaki berambut hitam itu sedikit memberi jarak, membiarkan tangannya bisa leluasa mengusap batang kemaluan bersama milik Atsumu. Lenguh pelan lolos dari bibir lelaki pirang. Ia mundur dan melepas ciuman. Kepalanya menunduk untuk menatap tangan kanan Kiyoomi yang tengah gencar mengusap.

"Omi-kun, aku--hn--sudah keluar tadi," protes Atsumu sembari memegangi pundak partner bercintanya.

Kiyoomi terkekeh pelan sembari menelusupkan sebelah tangan ke belakang tubuh Atsumu. "Tapi aku belum," bisiknya sembari mendesak celah hangat si pirang sekali lagi.

Atsumu mendesah kencang. Ia mendekap Kiyoomi dan memaksa usapan pada batang kemaluan mereka berhenti. Setelah telunjuk melakukan pemanasan ulang, jari tengah dan manis dengan cepat menyusul dan mempersiapkan liang sempit itu untuk sesuatu yang lebih besar.

"Omi--ahn," sebut Atsumu dengan kepala tertunduk. Kiyoomi meraih dagu pasangannya, menarik dan mendaratkan sebuah cumbu sekali lagi. Selepas beberapa detik, mereka mundur bersama. Kiyoomi beralih mengecup leher--tidak sampai meninggalkan bekas karena permukaan itu terlalu terbuka.

"Sekarang?" tanya Kiyoomi setelah mengeluarkan ketiga jarinya dari dalam celah Atsumu. Masih dengan rona merah di pipi, sang pasangan mengangguk patuh. Ia melingkarkan tangan di tengkuk Kiyoomi. Manik coklat Atsumu berkilat cantik, seolah sedang memohon hal yang sama.

"Berbaliklah agar aku bisa melakukannya lebih dalam."

Atsumu menurut dan berbalik. Ujung jemarinya menyentuh dinding bilik dengan was-was sembari merasakan usapan Kiyoomi pada pinggulnya. Kemudian perlahan tapi pasti, celahnya terisi lagi. Kali ini sesuatu yang lebih besar dari tiga jari, berhasil membuat pekik lolos dari mulut Atsumu.

Lelaki pirang itu memejamkan mata dan menggigit bibir saat kejantanan Kiyoomi mendesak lebih dalam. Ia merasa benar-benar penuh. Kiyoomi mendekap tubuh Atsumu, mengusap area perut sembari mulai bergerak. Batang kemaluannya keluar sejenak, lalu masuk dengan cepat untuk menghujam titik kenikmatan.

Atsumu meloloskan desah. Ia menyerah untuk bertahan dan menggigit bibir. Sentuhan telapak tangan pada dinding kamar mandi kini berubah menjadi kepala erat. Napas Atsumu terengah di setiap hentakan dan pandangannya seolah tertutup kabut nafsu.

"Omi--ah--Omi," sebut Atsumu di tengah persetubuhan mereka. Gerakan lelaki ikal itu berubah semakin cepat, menyentuh titiknya lagi dan lagi.

Seluruh tubuh Atsumu terasa panas. Tapi tak hanya dia, Kiyoomi pun menerima hal yang sama. Sesaat, hentakannya memelan untuk jeda melepas atasan. Kiyoomi melemparkan kaus gantinya keluar bilik dan kembali menghujam. Kini, saat dekap pada tubuh Atsumu semakin erat, Kiyoomi bisa merasakan permukaan kulit tanpa halangan.

Tempo hujaman Sakusa Kiyoomi berubah cepat lagi selama beberapa menit. Ia ingin mendengar lebih banyak desah dengan mencapai spot favorit Atsumu. Dan pasangannya itu tidak berhasil mengatakan apapun dengan benar. Ia mengerang pelan pada penghujung penautan saat mereka keluar bersama.

"Akan kubersihkan saat mandi," bisik Kiyoomi sembari mengeluarkan miliknya dari dalam liang hangat. Lutut Atsumu seolah akan jatuh bila tidak ditahan Kiyoomi.

Tempat mereka berpijak sudah basah oleh cairan putih sekarang dan keduanya perlu mandi menyeluruh untuk membersihkan semuanya.
.

.

.

Gagal total.

Atsumu sadar ketidakpekaan sekaligus kepanikan Kiyoomi membuat rencana kejutan valentinenya gagal. Tapi selepas mandi, pasangannya itu malah menyuruh Atsumu memakai pita merah muda lagi di rambutnya.

Si pirang mematut di depan cermin. Alasan mengapa ia memakai aksesoris yang begitu cerah adalah karena dirinya ingin menjadi 'hadiah' valentine bagi Kiyoomi--entah belahan jiwanya itu paham atau tidak.

"Sudah, Omi-kun," seru Atsumu dari depan nakas.

"Kalau begitu berbaliklah," sahut Kiyoomi.

Begitu Atsumu berbalik, ia langsung disambut suara jepretan kamera polaroid. Lelaki pirang itu benar-benar tidak siap. Kedua matanya terbelalak. Mulutnya juga terbuka karena terkejut.

"Omi Omi!" protes Atsumu sambil merebut kamera polaroid. Ia menatap horor benda yang bisa langsung mencetak foto itu dan menoleh ke arah Kiyoomi. Pasangannya mengambil lembar yang baru saja keluar sebelum Atsumu menghancurkannya.

Lelaki pirang itu hendak merebut foto tidak-siap-nya dari tangan Kiyoomi. Namun urung karena melihat ekspresi senang pasangannya. Diam-diam Atsumu menekan tombol shutter dan mengabadikan momen itu, senyum Sakusa Kiyoomi.

"Kau tampak lucu," sebut Kiyoomi sambil masih memegangi foto Atsumu berpita merah muda.

Atsumu ganti tersenyum sembari menunggu foto diam-diamnya. Senyum menawan Sakusa Atsumu tercetak jelas di lembar putih polaroid.

"Dan kau terlihat manis."

.

.

.

The End

Continue Reading

You'll Also Like

381K 39.4K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
200K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
589K 59.2K 46
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
61.8K 5.6K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...