REYNAR || Huang Renjun [END ✔...

By Foxiesnow

68.6K 9.6K 217

Reynar Raksa Nugraha hanya punya satu keinginan yaitu dia tak ingin merasakan kehilangan, namun kehilangan ad... More

Prolog
1. Reynar Raksa Nugraha
2. Ezra Elfredo
3. Pelukan Bunda
4. Kak El dan Bocah Rese
5. Kenangan Yang Membawa Luka
6. Perihal Takdir dan Pertemuan.
7. Setitik Bahagia
8. Menggenggam Luka
9. Segala Pertanyaan
10. Perlahan Tahu
11. Pertemuan Yang Tidak Disengaja.
12. Luka Tentang Kehilangan
13. Kembali Menyalahkan Diri Sendiri
15. Napas Yang Terhenti
16. Tuhan Punya Rencana
17. Janji El dan Nara
18. Tuhan Memberi Kesempatan
19. Mencoba Mendekat
20. Sayang Itu Untuk Juna
21. Pengemis Kasih Sayang.
22. Sosok Yang Tak Bisa Terganti
23. Berita Duka
24. Pemakaman
25. Kembali Dipatahkan
26. Sebuah Alasan Dibalik Kebencian
27. Tawa Penuh Luka
28. Balapan Berujung Celaka
29. Menjemput Kematian
30. Akhir Tak Bahagia [Epilog]
Akhir Kata

14. Tolong Jaga Reynar

2K 309 0
By Foxiesnow

Eldo membaringkan tubuh Reynar di kasur, kemudian membersihkan darah yang mengotori kaki Reynar sebelum mengobatinya. Ada pecahan beling yang tertangkap di kaki Reynar membuta Eldo meringis ngeri melihatnya. Bagaimana bisa Reynar gak merasakan sakit saat berlari tadi?

Suara pintu yang terbuka membuat Eldo menoleh, ada ayahnya yang kini telah membawa perlengkapan p3k yang jauh lebih lengkap dari pada yang dia bawa.

"Biar ayah saja yang mengobati lukanya, El."

Ucapan itu membuat Eldo menggangguk kemudian berdiri membiarkan Chandra yang duduk di sisi ranjang untuk mengobati luka yang dirinya pikir tak terlalu parah namun kenyataanya berbanding terbalik dengan apa yang dia lihat.

"Lukanya harus dijahit, ini cukup dalam."

Ada perasaan bersalah yang Chandra rasakan ketika melihat kaki Reynar yang terluka karena dia masih belum mampu untuk menjaga Reynar. Menjaga anaknya dari segala pemikiran buruk yang selalu Reynar pikirkan yang akan berujung menyakiti maupun menyalahkan dirinya sendiri. Terkadang Reynar memang lepas kontrol dan melempar apapun sebagai pelampiasan ketika mulai menyalahkan dirinya sendiri atau ketika kenangan dari masa lalu kembali hadir.

Eldo hanya memperhatikan bagaimana Chandra memberikan bius pada Reynar, lantas membersihkan, menjahit dan membalut kedua kaki Reynar dengan perban, hingga ketika dirinya mengalihkan pandangannya, kedua matanya tertuju apa tiga botol kecil yang terletak di atas meja belajar Reynar. Ia berjalan untuk mengambil tiga botol kecil itu yang seperti digunakan untuk menyimpan obat, terus membaca tulisan yang sebenarnya tak Eldo ketahui maksudnya.

"Ini botol obat apa?" tanyanya akhirnya pada Chandra, membuat pria itu menoleh dan tersenyum tipis namun terkesan terpaksa.

"Hanya beberapa obat yang diberikan Psikiaternya untuk Reynar."

Ada kata hanya yang diucapkan, namun Eldo melihatnya begitu jelas ada luka di mata ayahnya.

Memangnya ada seorang ayah yang ingin anaknya mengalami trauma pada masa lalu hingga mengkonsumsi berbagai obat juga membutuhkan seorang psikiater? Jawabannya tentu saja tidak ada.

"Yah,"

"Iya El?"

"Reynar," Eldo meremas botol obat yang berada di tangannya lantas menatap ayah tirinya penuh keraguan, "sejak kapan dia seperti ini? Maksud Eldo ... obat-obatan ini lalu,"Eldo tak yakin apakah dia harus melanjutkan ucapannya atau tidak karena dia tak ingin menyakiti hati ayahnya.

"Hampir dua tahun, ketika bertemu Nara Reynar hampir sembuh. Traumanya hampir dia lupakan, namun kematian Nara karena kecelakaan kembali membuka ingatannya dan trauma dia bertambah parah. Belum lagi ketika kenangannya bersama ibunya yang selalu menyakitinya kembali muncul ketika melihat seorang wanita yang memukuli anak kecil, Reynar jadi sering mimpi buruk dan sulit sekali untuk tertidur. Karena itu Dokter memberikannya obat."

Chandra mengelus kepala Reynar ketika anaknya mulai gelisah dalam tidurnya.

"Pa," lirihan itu membuat Eldo berjalan mendekati Reynar, memperhatikan wajahnya yang terlihat begitu resah dengan keringat dingin yang mulai mengalir.

"Iya Rey, Papa di sini kok."

Kini wajah yang resah itu kembali tenang, menikmati elusan lembut di kepalanya, Chandra mengalihkan pandangannya kembali menatap Eldo sementara tangannya masih mengelus rambut Reynar yang sedikit basah karena keringat.

"El, tadi Reynar cerita kalau dia ketemu Mamanya di sekolah."

Eldo mulai berpikir, apakah kejadian itu saat Reynar menunggu dirinya?

"Membahas tentang mantan istri ayah selalu memunculkan luka baru untuk Reynar, karena wanita itu ... entah bagaimana bisa sejak Reynar masih bayi dia tak pernah memberikan kasih sayangnya untuk Rey. Wanita itu membencinya. Dan ayah baru menyadari setelah Reynar berusia sembilan tahun dan saat itu lah ayah memutuskan untuk bercerai. Bagi ayah, Reynar jauh lebih penting dari apapun."

Eldo masih mendengarkan, menggabungkan semua cerita ayahnya tirinya dengan cerita yang Nara ungkapkan tentang Reynar meski tak keseluruhan.

"Namun kesalahan terbesar ayah adalah; ayah pernah mengabaikan kehadirannya. Membuat Reynar selalu sendirian dan sibuk dengan pekerjaan ayah. Waktu itu, ayah masih belum bisa melupakan mantan istri ayah, hingga kemudian ayah di sadarkan bahwa Reynar membutuhkan ayah. Anak itu memang terlihat baik-baik saja, namun ketika setiap malam ayah selalu menemukannya menangis sendirian di kamar ayah tahu ada yang salah. Rey bilang dia selalu mimpi buruk setiap malam, dia selalu mengingat kematian kakaknya. Eldo, boleh ayah meminta satu hal?"

Eldo mengangguk sejenak, ada ragu namun ia tepis segera, bertanya-tanya tentang apa yang ayah tirinya pinta.

"Tolong jaga Reynar."

Dan permintaan yang sama kembali Eldo dapatkan, permintaan dengan kedua bola mata yang memancarkan permohonan dan harapan seperti Nara yang meminta padanya untuk terakhir kali, lantas bagaimana bisa Eldo menolak

🌱🌱🌱

Ketika bola matanya terbuka secara perlahan, Reynar mendapati dirinya berada di dalam kamarnya dengan seseorang yang memeluk perutnya juga usapan di kepala Reynar rasakan padahal seingatnya terakhir dia berada dalam gendongan Eldo.

Ketika dirinya menoleh, senyuman yang begitu lembut menyambut paginya. Juga tatapan mata yang memancarkan kasih sayang, begitu hangat dan teduh.

"Tidur Reynar nyenyak sekali, Bunda jadi tidak tega untuk membangunkan, untungnya hari ini hari Minggu jadi Rey tidak sekolah."

"Ini jam berapa?"

"Jam sembilan pagi, Reynar mau mandi atau sarapan dulu?"

"Rey masih mau tidur," kemudian mata itu kembali menutup, wajahnya kini ditenggelamkan pada dada bundanya pun tangannya yang kini melingkar memeluk Almira membuat wanita itu terkekeh gemas melihat tingkah anaknya.

"Ya sudah nanti bunda Bangunkan,"

"Hmm," hanya gumaman yang Almira dengar hingga suara hembusan napas yang teratur terdengar oleh telinganya ketika Reynar mulai kembali nyenyak dalam tidurnya Almira mencoba melepaskan pelukan Reynar di tubuhnya secara perlahan namun gerakan pelan itu sepertinya disadari oleh Reynar hingga pelukan dari anak itu kembali mengerat.

"Bunda jangan pergi."

Almira tersenyum kecil, tangannya mengusap surai Reynar dengan lembut.

"Iya Bunda tidak akan pergi kok."

Sebenarnya ada beberapa hal yang harus dia selesaikan pagi ini, terutama karena ada seminar tentang kanker yang harus dia hadiri pukul sebelas siang nanti.

Namun permintaan Reynar tak akan mungkin Almira tolak, dirinya terlalu menyayangi Reynar hingga permintaan kecil seperti ini akan dirinya kabulkan. Lagipula masih ada waktu untuk dirinya bersiap.

Pintu yang terbuka membuat Almira menoleh menjumpai anak lelakinya tengah berdiri di ambang pintu.

"Sini, Sayang."

Eldo berjalan menghampiri, menatap Reynar sejenak kemudian kembali pada Bundanya. "Hari ini Eldo ada rapat OSIS sebentar untuk membahas tentang acara ulang tahun sekolah dan juga turnamen basket, Bund."

"Benarkah? Apa akan lama?"

"Sepertinya, memang kenapa, Bund?"

"Bunda ada seminar nanti jam sebelas, tadi ya Bunda mau minta tolong kamu jagain rumah sama Reynar karena sehabis dari seminar Bunda dan Ayah akan ke Garut sebentar untuk mengunjungi nenek yang sedang sakit. Kemungkinan kami berdua akan menginap."

Eldo terdiam, ada dilema yang dia rasakan. Bimbang untuk diam di rumah dan menjaga Reynar atau ke sekolah untuk membahas acara sekolah dan juga turnamen basket yang akan berlangsung sebulan lagi.

Ini mungkin memang benar hari Minggu, namun terkadang sekolahnya masih ramai ada banyak siswa yang datang dari beberapa ekskul sekolahnya atau yang hanya ingin menonton latihan basket SMA Angkasa Jaya yang selalu ada setiap hari Minggu, dan seharusnya Reynar juga berada di sekolah untuk latihan basket namun sayang sekali kaki anak itu terluka.

Melihat ada keraguan dan kebimbangan di wajah anaknya membuat Almira tersenyum, "Tidak apa-apa El, pergi saja."

"Tapi--"

"Bunda nanti akan menyuruh Bi Erni untuk menemani Reynar di rumah "

Dan atas persetujuan ibunya Eldo berpamitan untuk pergi ke sekolahnya.

Namun entah mengapa, ada resah yang dia rasakan ketika menutup pintu mobilnya.

🌱🌱🌱

Bandung, 15 Juli 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

125K 9.3K 40
_______________________________ Seorang anak memang tak pernah meminta untuk dilahirkan. Namun dia ada karena sebuah permintaan, perjuangan, dan jug...
1.6M 112K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
80.6K 4.5K 27
"Bunda, Ayah kenapa kalian tidak memperlakukan aku seperti kalian memperlakukan Abang dan Alvares?" Antares Bagaskara (27-07-2022) #2 In Eric (27-07...
114K 9K 38
Bukan cerita romansa yang berisi kisah perjuangan cinta, Bukan pula cerita BXB atau sejenisnya. Ini hanya cerita bertema Brothership, Kekeluarga an...