My Valentines ✔️

De roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... Mais

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses
Special : LDR

6. Harapanku, Kamu

5.2K 647 3
De roseannejung

Chaeyoung menangkup air keran dengan kedua telapak tangan, lalu membasuh wajahnya, lagi, lagi, dan lagi hingga puas.

Kuku bercat biru tuanya terlihat kontras dengan wajah yang pucat. Kalau bukan karena lipstik merah yang ia kenakan hari ini, wajah Chaeyoung benar-benar tidak memiliki warna.

Pias.

"Kamu nggak apa-apa?" seseorang menepuk pundak Chaeyoung pelan. Saat menoleh, ternyata perempuan yang sempat ia lihat di ruang tunggu dokter kandungan. "Wajah kamu pucat banget"

Chaeyoung tersenyum lemah. "Saya sehat. Cuma lemas sedikit karena lagi mual-mual."

"Oh, trimester pertama, ya?" tebaknya.

Berbeda dengan wajah Chaeyoung yang pucat, wanita itu terlihat bersinar meski dengan kondisi perut buncit karena sedang mengandung lima bulan.

"Ya," jawab Chaeyoung sambil membereskan tas-nya yang ada di samping wastafel.

"Waktu kandunganku umur lima minggu, aku juga sering kaya kamu; pusing, mual, cepet capek. Tapi kalau sudah masuk trimester kedua biasanya gejala itu hilang semua. Kamu pasti hamil lagi anak pertama, ya. Jadi masih kaku. Kalau aku—"

"Maaf," potong Chaeyoung cepat. "Saya nggak punya banyak waktu. Permisi."

Tidak peduli dengan wajah kecewa yang terpampang di wajah perempuan itu, Chaeyoung melangkah ke luar toilet rumah sakit.

Pembicaraan mengenai kehamilan membuat Chaeyoung sakit kepala. Ia masih belum bisa meredakan keterkejutan setelah Dokter Mino mengkonfirmasi kehamilannya. Maka dari itu, ia tidak mau menambah beban pikiran dengan mendengar cerita kehamilan orang lain.

"Selamat, ya, Chaeyoung. Serangkaian tes yang kita lakukan tadi hasilnya positif. Kamu hamil dengan usia kandungan yang sudah menginjak enam minggu."

Ucapan Dokter Mino bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Tangan Chaeyoung gemetar, dan matanya menatap kosong ke arah pulpen yang terselip di kantong sneli Dokter Mino.

"Chaeyoung? Kamu baik-baik saja?" tanya Dokter Mino yang menyadari kurangnya respon dari pasien yang ada di hadapannya.

Chaeyoung ingin sekali berteriak kalau ia tidak baik-baik saja dan kehamilan ini diluar rencananya. Tapi, pada akhirnya, yang ia bisa lakukan hanya mengulas senyum palsu dan berucap.

"Ya, saya baik-baik saja, kok Dok."

Lift yang ditumpangi Chaeyoung berhenti di lantai dasar. Dengan langkah lebar-lebar, perempuan yang mengenakan kemeja berwarna peach itu melangkah keluar rumah sakit.

Chaeyoung menghentikan taksi, dan langsung menyebutkan alamat kantornya kepada sang supir. Siang ini ia ada meeting penting. Tidak peduli dengan perutnya yang mual dan keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya, ia tetap harus bekerja.

Sepanjang perjalanan, Chaeyoung memegangi perutnya yang masih rata.

***

" ... oke, dengan begitu rapat saya tutup. Terima kasih atas kerjasamanya dan selamat sore." Mr. Seunghoon, pimpinan di Event Organiser tempat Chaeyoung bekerja menutup rapat sebelum melangkah dengan cepat ke luar ruangan.

Sepeninggalan sang atasan yang terkenal galak itu, seluruh penghuni ruang rapat langsung bernapas lega. Tidak terkecuali Jennie.

"Pusing." Perempuan berpipi chubby itu menaruh kepalanya ke atas meja. "Dua bulan kedepan kita akan meng-handle lima acara. Aku senang, sih, karena EO kita semakin terkenal dan berkembang, tapi kalau begini terus, bisa-bisa aku lebih dulu mati karena kelelahan, sebelum menikah dengan Taeyong."

"Memang Taeyong mau menikahi perempuan hobi mengeluh sepertimu?" timpal Junhoe yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah Jennie dan Chaeyoung.

"Kalau dia tidak mau menikahiku akan kupotong 'adikya' yang sering dia bangga-banggakan itu. Biar saja dia hidup seperti kasim istana di zaman Joseon."

Junhoe tertawa lebar. "Kamu benar-benar sadis. Bagaimana bisa Taeyong betah berpacaran lama denganmu."

"Because I'm charming, beautiful, and amazing. Bukan begitu, Chaeyoung-i?" Jennie melirik ke arah Chaeyoung, namun perempuan itu terlalu sibuk dengan ponselnya sampai-sampai tidak mendengar ocehan Jennie.

"Chaeyoung!"

"Eh, apa?" Chaeyoung akhirnya mengangkat kepala dari layar ponsel.

Jennie melipat tangan di dada sambil menatap Chaeyoung curiga. "Kamu kenapa, sih? Sejak beberapa hari yang lalu kelihatan tidak fokus."

"Benarkah?" Chaeyoung menyeka keringat yang ada di pelipisnya. Entah kenapa, semenjak hamil, ia jadi lebih banyak berkeringat.

"Kamu ada masalah?" tanya Jennie yang tentu saja dijawab dengan gelengan kepala oleh Chaeyoung.

Sejauh ini, yang mengetahui kabar kehamilan Chaeyoung hanya Lisa, tidak ada yang lain. Bahkan keluarga Chaeyoung yang ada di Australia pun belum ia kabari.

Chaeyoung belum siap menghadapi reaksi keluarganya saat tahu ia hamil dari hasil one night stand.

Chaeyoung malu.

"Kamu lagi nggak sakit, kan?" Jennie menempelkan telapak tangannya ke kening Chaeyoung. "Tapi nggak panas."

"Aku nggak sakit, Jen."

"Mungkin Chaeyoung cuma lelah karena harus mendengarkan ocehan Mr. Sunghoon."

"Iya, itu benar." Chaeyoung menyetujui ucapan Junhoe.

"Kalau lagi pusing seperti ini, memang paling asik merokok sambil cari angin. Ayo, Chaeng! Kita ke balkon, aku baru beli rokok kesukaanmu satu pack."

"Eh, tunggu." Chaeyoung menahan tangannya yang sudah ingin ditarik oleh Junhoe.

"Kenapa?"

"Aku sudah berhenti merokok."

"APA?" Jennie dan Junhoe sama-sama terkejut.

"Sejak kapan?" tanya Jennie dengan raut wajah tidak percaya. Teman satu kantornya itu paling tahu bagaimana Chaeyoung dan rokok adalah sebuah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Jadi, rasanya pantas saja kalau ia merasa terkejut.

"Sejak hari ini," jawab Chaeyoung dengan senyum kecil.

Sedangkan Jennie dan Junhoe hanya bisa saling tatap. Mereka berdua bisa merasakan kalau sesuatu yang aneh memang benar-benar sedang terjadi pada Park Chaeyoung.

***

"Jung Jaehyun?" Lisa yang baru saja mendarat di Seoul dua jam yang lalu sudah mengomel di dapur apartemen Chaeyoung. "Maksudmu, Jung Jaehyun si anak emas itu? Laki-laki yang sejak zaman kita kuliah dulu selalu kamu sebut-sebut namanya hampir setiap hari?"

Chaeyoung mengangguk pelan.

Setelah memeriksa kehamilannya ke dokter, Chaeyoung langsung memberitahu Lisa. Sahabatnya itu terkejut bukan main. Kalau bukan karena keberadaannya yang pada saat itu sedang ada di New York, Chaeyoung yakin Lisa akan langsung mendobrak kamarnya untuk menanyakan siapa laki-laki yang sudah menghamilinya.

Dan sekarang, setelah tiga hari terombang-ambing karena Chaeyoung bilang ia hanya akan menceritakan semuanya setelah Lisa sampai di Korea, perempuan itu akhirnya tahu.

"How come? Bagaimana bisa kamu dengan Jaehyun?"

"Sudah kubilang, saat reuni."

Lisa menghembuskan napas frustasi. "Jadi, teman yang kamu bilang di cafe waktu itu Jaehyun?"

"Ya."

"Yang membuat leher kamu merah-merah waktu itu Jaehyun?"

Ugh, Chaeyoung malu untuk mengakui itu tapi ia tetap menjawab, "iya, Lis."

"Kamu bilang, kalian cuma make out dan pegang-pengan sedikit." Nada suara Lisa semakin meninggi.

"Aku berbohong, oke. Aku hanya berpikir kalau aku kasih tahu kamu, masalah ini akan semakin runyam."

"Kenapa bisa kamu berpikir seperti itu? Apa aku tipe orang yang tidak bisa jaga rahasia?" Lisa tidak terima.

"Iya, lidahmu itu gampang kelepasan. Kalau kamu tanpa sadar memberitahu orang lain apalagi alumni kampus kita tentang aku dan Jaehyun semuanya akan semakin buruk, Lis. Aku pikir biar aku dan Jaehyun saja yang tahu."

Lisa yang menyadari kalau omongan Chaeyoung ada benarnya kali ini bungkam. Ia mondar-mandir di dapur Chaeyoung dengan gelisah.

"Lalu, apa rencanamu?" tanyanya.

"Aku akan memberitahu Jaehyun kalau aku hamil."

"Kapan?" desak Lisa.

"Sejak tadi aku sudah mencoba untuk menyusun kalimat, tapi aku selalu merasa ada yang kurang."

"Tunggu-tunggu!" Lisa berjalan menghampiri Chaeyoung. "Menyusun kalimat? Maksudmu, kamu mau memberitahu Jaehyun melalui kakao talk?"

Chaeyoung melirik Lisa dan ponsel yang ada di tangannya berantian. "Bukan, tapi lewat direct message instagram."

Mata Lisa melebar. "Kamu gila, ya? Masalah seperti ini nggak seharusnya dibicarakan lewat telepon apalagi pesan instagram, bisa-bisa kontakmu langsung diblokir."

"Lalu bagaimana?" Chaeyoung menjambak rambutnya. "Aku sudah hilang akal. Aku belum bisa menerima sepenuhnya kalau aku sedang hamil, dan sekarang aku harus membicarakan hal ini kepada Jaehyun yang jelas-jelas mengobrol pun kami hanya satu kali dan itu malam sebelum kebodohan itu terjadi."

"Temui dia, Chaeng! Temui Jaehyun."

"Tapi—"

"Selama ini kamu bilang kalau Jaehyun itu ibarat bintang di matamu, kan. Jaehyun baik, ramah, dan cerdas. Kalau benar begitu, dia pasti mengerti keadaanmu. Tidak peduli kalau kalian sebelumnya hanya sebatas orang asing, dia pasti akan bertanggung jawab atas darah dagingnya yang sekarang ada di dalam rahimmu. Yang ada di perutmu itu anaknya, Chaeng!"

Chaeyoung termenung.

Benar apa kata Lisa, Jaehyun laki-laki baik-baik. Selama mereka berkuliah di kampus dan fakultas yang sama, tidak ada satu rumor jelek pun tentang Jaehyun.

Jaehyun pasti akan bertanggung jawab.

Rasa takut yang semula bercokol di dalam dada Chaeyoung perlahan-lahan memudar. Untuk pertama kalinya ia merasa ada harapan.

Dan harapan itu adalah Jaehyun.

.

To Be Continued

Continue lendo

Você também vai gostar

85.9K 8.3K 14
[ Completed ] Bagaimana perasaanmu jika kekasihmu bukan hanya untukmu? Melainkan kau harus rela membaginya dengan seorang gadis lumpuh? Dan peran...
122K 9.7K 22
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ••• RE-WRITE. ••• "Marriage hurt. Divorced hard". Ketika pilihan tidak ada di hidup mereka. Ketika perjalanan kehidupan suda...
141K 22.8K 57
kamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23
331K 31.3K 29
Hanya penderitaan dan kehancuran yang Yerim dapat setelah bertemu dengan pria itu -Jeon Jungkook. Pria yang mengklaim bahwa Yerim adalah miliknya. "K...