Arcadia | KNJ

By frvrxxodairable

184K 29.9K 36.7K

Dan saat jiwanya mulai lelah, Namjoon mendengar bisikan itu. "Kembali ke sini, kau akan temukan yang apa kau... More

Off the Map
Healing Souls
Stay Here
Embrace Me
Arcadia: Video
Gray Sight
Homelike Kindness
Falling in Love
Melody From the Past
Bliss of the Soul
Another You
The Heart Knows
Mystery of the Human Mind
Child at Heart
Departure Time
Like a Mirror
Late Night Confession
Make It Right
Arcadia: Trailer 1
Eternal First Love
Those Who Left and Stay
Before It's Too Late
Waiting For You
The Safest Place
You Still Hold Me
Zero O'Clock
Another Hidden Truth
The Warm Hug
From The Start
Whenever, Wherever
The Realest of Them All
Small Warm Town
The Unexpected Life
Last Day of Winter
Epilog: The Turning Point
Informasi Penerbitan!
OPEN PRE-ORDER
Vote Cover + Giveaway!!
Trailer 2 + OPEN PO

Living A Lie

2.3K 522 1.1K
By frvrxxodairable

Jung Haein
Klinik, 6th November 2018

Klien terakhir yang kutangani hari ini adalah member dari boygroup terkenal. Hari ini adalah pertemuan kedua dengannya, jadi masih dalam tahap asesmen. Dalam buku catatanku sudah tertera bahwa teridentifikasi beberapa gejala depresi.

Meski begitu, masih terlalu awal untuk menilai. Aku perlu beberapa kali pertemuan lagi untuk aku bisa memberikan diagnosa yang dapat dipertanggungjawabkan.

Aku tersenyum pada Kim Taehyung, membukakan pintu ruangan dan mengantarnya hingga pintu masuk.

"Terima kasih sudah meluangkan waktu hari ini, jangan lupa untuk pertemuan minggu depan," ucapku ramah.

Lelaki itu mengangguk, "tentu. Terima kasih dok, kalau begitu saya pamit."

Manajernya yang telah menunggu berjam-jam di lobi itu turut mengucapkan terima kasih, kemudian mereka berdua berjalan keluar menuju parkiran.

Aku menghela napas, hari yang panjang. Kulangkahkan kakiku menuju lobi yang tadi kulalui. Seorang gadis duduk di sana, menatapku sembari tersenyum.

Park Nayoung. Teman kuliahku saat menjalani sarjana kedokteran dulu. Gadis yang menghilang bertahun-tahun lalu kembali hadir di hidupku sejak beberapa bulan terakhir.

Ia tak pernah ikut reuni, tapi semua orang membicarakannya karena status sosialnya. Ayah Nayoung adalah petinggi di kampus, juga merupakan kepala rumah sakit di Severance Hospital, rumah sakit milik universitas yang sama-Yonsei University. Sekarang gadis itu sudah menjadi dokter syaraf, mengikuti jejak ayahnya.

Sejak tiga bulan lalu, Nayoung terus menemuiku setiap kali ia punya waktu. Ia juga sering menelepon untuk mengabari kabar.

Aku tidak mau menutup mata dan menjadi denial, sesungguhnya aku sadar bahwa Nayoung menyukaiku. Bahkan sejak kami kuliah, aku tahu bahwa ia adalah orang yang setiap hari meletakkan minuman kesukaanku di meja tempat belajar yang aku sewa. Tapi anehnya, ia tak pernah menyatakan perasaannya hingga kami lulus.

"Kau sudah selesai hari ini?" tanya Nayoung yang kini berdiri. Rambut cokelatnya dipotongpendek sebahu, poninya sedikit berantakan. Juga seperti biasa, ia mengenakan terusandan jas di luarnya.

Aku mengangguk, "ya, sudah."

"Ayo, aku bantu menyiapkan barang. Aku sudah lapar," ucapnya.

Kami berjanji untuk makan malam bersama hari ini.

***

Kim Namjoon
Strawberry Farm, 6th November 2018

"Kapan aku bisa mencoba strawberry ini?"

Kami sudah kembali dari pasar. Aku menyentuh salah satu buah strawberry kecil yang masih berwarna hijau. Dain sedang memotong daun layu sekitar tiga lorong dari tempatku berada.

Mataku menangkap sosoknya yang sedang mencoba melompat sedikit untuk dapat melampaui dedaunan yang menghalangi pandangannya. Aku tersenyum. Mungkin jika dia sejengkal lebih tinggi, dia tidak perlu bersusah payah seperti itu.

"Apa kau bilang?" tanya Dain dengan mata terbuka lebar-lebar.

"Kapan aku bisa mencoba strawberrynya," jawabku.

"Oh, di pertengahan atau akhir bulan depan sudah bisa." Setelah mengatakan itu, ia segera menurunkan kakinya dan fokus melakukan pekerjaannya.

"Oke, aku akan kembali lagi saat itu."

Dain terkekeh, "jika begini terus lebih baik kau pindah ke sini saja. Sebulan belakangan ini kau sangat sering mampir."

"Aku hanya memanfaatkan waktu sebisa mungkin. Akhir tahun hingga tahun depan aku akan sangat sibuk," jawabku. Sekarang pekerjaanku adalah membuat lagu, mempersiapkan penampilan akhir tahun di stasiun televisi, dan setelah itu akan ada banyak konser yang menanti.

Kemudian aku penasaran mengapa Dain tak mengenalku sama sekali, mungkin saja dia tak pernah menonton televisi. "Omong-omong, kau tak pernah menonton acara akhir tahun?"

Gadis itu menghela napas, "tidak. Aku tidak suka menonton televisi. Di rumahku sekarang juga tidak ada tv, boros listrik."

Aku mengangguk paham, meski ia tak bisa melihatnya. Ternyata begitu.

Tak sampai semenit kemudian, Dain segera berjinjit lagi. "Kau sering masuk tv?"

Pertanyaan menarik.

Sejujurnya, aku masih belum ingin gadis itu tahu siapa aku sebenarnya. Aku suka berkomunikasi dengan seseorang yang memandangku sebagai seorang Kim Namjoon, terlepas dari personaku sebagai idol.

Atau mungkin aku hanya perlu waktu, karena aku juga belum mengenal siapa Dain yang sebenarnya.

"Aku tidak pernah bilang begitu," jawabku.

Suara ponsel yang berdering terdengar. Tapi bukan ponselku, namun milik Dain.

Gadis itu segera mengambil ponsel dari sakunya, lalu setelah melihat layar ia tersenyum lebar. Dengan terburu-buru ia berlari ke luar greenhouse dan mengangkat telepon tersebut.

Aku menatap sosok Dain yang terlihat dari tembok greenhouse yang transparan. Senyuman itu masih belum meninggalkan wajahnya.

Rasa penasaran muncul dalam diriku, siapa yang menelepon hingga ia bisa sesenang itu?

Berniat untuk menunggunya, aku lantas duduk pada satu-satunya kursi yang terletak di samping pintu. Samar-samar, aku dapat mendengarkan suara Dain dari dalam.

"Oh begitu ya."

"Tapi apakah akhir pekan ini oppa bisa?"

Mendengarkan kata panggilan itu, aku mengernyit dan menoleh ke luar. Oppa? Tapi Dain tidak punya kakak laki-laki.

"Sungguh? Oke kalau begitu aku akan memasak pagi-pagi." Garis pada ujung matanya semakin jelas terbentuk karena senyuman Dain semakin lebar.

Kebahagiaan terpancar dengan nyata di wajahnya. Indah. Memandangi senyum itu kemudian memicu ingatan tentang pertama kalinya Song Dain tersenyum tulus dan menatap mataku kini muncul bak cuplikan video. Sangat jelas, sangat nyata.

***

Kim Namjoon
Seoul, 13th June 2010

Ini adalah hari kedua festival sekolah, pertandingan dodgeball antar kelas berlangsung sengit. Sekitar pukul sebelas pagi, babak final antara tim kelasku dan tim lawan sedang berlangsung.

Aku juga bingung pada obsesi siswa sekolah ini terkait dodgeball, euforia dan rasa kompetitif yang kami kerahkan bagi dodgeball hampir sama dengan pertandingan basket dan baseball. Ketiga pertandingan tersebut adalah hal yang paling ditunggu-tunggu dalam festival yang dilakukan setiap tahun ini. Hiburan yang tepat sebelum menjalani liburan musim panas bulan depan.

Udara pagi ini cukup lembab. Gantungan kertas origami warna-warni berbentuk segitiga mengelilingi bagian atas lapangan outdoor, terlihat serasi dengan langit biru cerah dan cahaya mentari yang hangat.

Tapi mungkin panitia acara tidak memikirkan kemungkinan bahwa hiasan itu akan berantakan di hari ke-dua karena permainan dodgeball yang membuat bola berkali-kali mengenai talinya.

Kami akan memulai babak selanjutnya, masing-masing tim berisi sepuluh orang namun sekarang timku tersisa lima orang, termasuk aku, Oh Minseok, dan Song Dain. Sementara tim lawan dari kelas sebelah tersisa tiga orang, salah satunya adalah Song Hyojoo.

Tim yang terlebih dahulu kehabisan anggota adalah tim yang kalah.

Bola telah dilemparkan. Tim kami bermain dengan sengit, membuat tim lawan kewalahan. Entah pada menit keberapa, Minseok melemparkan bola dan seorang lelaki dari tim lawan melompat ke samping untuk menangkap bola tersebut, tak sengaja menyenggol bahu Hyojoo hingga ia terjatuh ke tanah.

Hyojoo mengerang kesakitan, posisi jatuhnya tidak terlihat bagus. Kedua alisku terangkat.

Pada detik yang sama lelaki tersebut melemparkan kembali bola ke arah kami dan mengenai kepala Dain. Tidak siap sama sekali, Dain yang berada di depanku nyaris terjatuh.

Badan kecil gadis itu sudah pasti akan terjatuh, jika aku tidak segera memegang kedua pundaknya dari belakang.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku khawatir.

Song Dain yang sedang memegang kepalanya yang terkena bola lantas membuka matanya.

Aku segera melepaskan tanganku. Menyadari apa yang terjadi, ia mengangguk dan tersenyum padaku, "ya, terima kasih banyak."

Wasit permainan itu kini mengumumkan bahwa Song Dain tereliminasi dan permainan dihentikan untuk beberapa menit.

Aku masih memandangi Dain dengan khawatir, sementara ia mengisyaratkan pada anggota timku yang lain bahwa kepalanya hanya terasa sedikit pusing.

Kekhawatiranku kemudian buyar ketika Minseok menepuk pundakku. "Namjoon-ah, pacarmu sedang dibawa ke UKS oleh teman kelasnya. Sepertinya ia berdarah."

Mendengar ucapan tersebut, aku sepenuhnya tersadar bahwa hari ini Hyojoo akan marah besar padaku.

Dan aku tak akan menyalahkannya.

Memang seharusnya sejak awal hubungan ini tidak pernah ada. Seandainya aku dapat memutar kembali waktu, aku akan memberanikan diri untuk menolak pernyataan cinta Hyojoo dan berusaha jujur bahwa selama ini ia salah paham.

Bahwa sebenarnya seluruh atensiku tertuju pada orang lain, bahwa aku menyukai Song Dain dan bukan dirinya yang selalu berada di samping gadis itu.

Seharusnya aku sadar sejak awal bahwa aku tak bisa menyenangkan semua orang dan mencegah seseorang untuk terluka. Mencoba untuk bertanggung jawab akan hal yang sepenuhnya bukan salahku adalah hal yang tidak perlu dilakukan.

Kejadian ini membuatku belajar bahwa aku harus tetap jujur meski kejujuran itu pahit dan menyakitkan.

Because telling the truth and making someone cry is better than telling a lie to make someone laugh.

***

YHA KASIAN HYOJOO

Mohon maklumi namjun guys dia masih sma kelas satu :( wkskwkwkk

BUT CAN WE TAKE A MOMENT TO APPRECIATE JUNG HAEIN'S BEAUTY?!?

+ kebucinan dain

INDAHNYAA CIPTAANMU YATUHAN SAYANGNYA DIA BUKAN MILIKKU

HUEE

Btw abis cek komen ternyata banyak yang ngira Hyojoo itu Dain ya wkwkwk

Question of the day: Kalian ship Dain sama Namjun atau Haein?

KEMAREN BANYAK YG OLENG SECOND LEAD WKWKWK wajar si

Xx,
Jysa.

Continue Reading

You'll Also Like

27.1K 4.1K 33
Yeonjun X Suzy #Start 4 november 2019 #Selesai 11 Januari 2020 20:13 AM
1.3M 115K 61
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
153K 15.7K 63
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
RABUSUTORI | 1942 By rie

Historical Fiction

2.6K 1K 15
❝bagaikan burung merpati, walau kau suruh aku untuk pergi, aku akan tetap kembali❞ ===== Disaat pertama kali kakinya menginjak tanah Nusantara, Sakam...