AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 27 - Aku?

2.8K 221 18
By starlightlui

HALO, SEMUANYA!!

Axelle Lucya update!! I'm so sorry baru bisa update sekarang ya 🥺

SEBELUM ATAU SESUDAH BACA JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA YA, SEMUANYA!!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!!

Playlist : Troye Sivan - Youth.

***

"Kalo gitu saya pamit dulu, Auntie, Uncle. Terimakasih buat makan malamnya. Masakan Auntie memang yang paling terbaik sampe sekarang." Ucap Keenan sembari tersenyum pada Rose yang mengelus lengan Keenan.

"Bisa aja, Keenan. Nanti sebelum kamu balik ke Aussie, main kesini dulu ya."

"Iya, Auntie. Pasti. Lagian saya masih lama disini."

"Yaudah kalo gitu, hati-hati, Keenan. Lucya kamu anter Keenan ke depan gih." Pinta Rose yang sudah pasti tidak dapat Lucya suarakan penolakannya.

"Tante, om, saya juga mau izin pamit." Axelle menyela dan menyalimi Rose juga Troy dengan sedikit membungkuk, ramah.

"Loh kok ikutan pulang?" Tanya Lucya refleks dengan raut wajah yang tidak terima, membuat semua mata tertuju padanya. "Eh, maksudnya, ini mau ngobrol bentar hehehe."

Rose tersenyum geli, "Yaudah, anter Keenan kedepan dulu ya, sayang." Lucya mengangguk. Lalu Keenan sekali lagi pamit pada Rose dan Troy.

Lucya menarik lengan Axelle untuk ikut dengannya mengantar Keenan. Tidak perduli dengan tatapan geli ibunya. Begitu mereka telah sampai di depan rumah, Keenan berhenti dan menoleh kebelakang. saat itu juga Lucya langsung merangkul lengan Axelle membuat lelaki itu sedikit terkejut.

"Lucya, gue pamit pulang, i'll see you next time." Ucap Keenan yang hanya diangguki oleh Lucya tanpa menatap lelaki itu sedikitpun.

Keenan tersenyum melirik tangan Lucya yang merangkul lengan Axelle lalu menatap wajah gadis itu. ia melangkah maju— mendekati Lucya yang mengernyit samar.

"Have a good night for you two." Kata Keenan masih dengan senyumnya dan tangannya yang memegang pelan bahu Lucya yang segera menjauh. kemudian tanpa menunggu balasan dari Lucya, Keenan melangkah ke Plataran rumah tepatnya ke arah mobil Range Rover yang terparkir disebelah mobil Ford Mustang GT 500 milik Axelle.

Axelle sedari tadi sadar perlakuan Lucya pada Keenan tidak mengenakan, Lucya seperti mmeganggap lelaki itu hanya sebuah tembok. Berbeda dengan kedekatan yang terjalin antara Lucya dan Jason, kepada Keenan Lucya terlihat risih? Tatapan Keenan yang terus memperhatikan Lucya yang menurut Axelle tidak wajar untuk ukuran seorang sepupu juga patut di curigai. Axelle yakin pasti ada sesuatu di antara mereka.

Axelle hendak membuka suara ketika Lucya telah mendahuluinya. "Katanya tadi lo baru bangun pas gue telp." Tutur Lucya setelah melepaskan rangkulannya pada lengan Axelle. Melangkah duduk di undakan tangga dengan menekuk kedua kakinya.

Axelle ikut mendudukan dirinya disebelah Lucya. "Iya, emang baru bangun."

"Lah terus kok bisa cepet banget nyampe rumah gue?" Lucya mengernyit bingung.

"Gue tadi ketiduran dirumah Zayn, rumahnya deket sini jadi pas lo telp gue langsung kesini." Jawab Axelle membuat Lucya manggut-manggut dengan bibirnya yang mengerucut.

"Rumahnya deket sini?"

Axelle berdehem menjawab pertanyaan Lucya.

"Dimana tepatnya?"

"Kenapa emang?" Tanya Axelle balik dengan sedikit kerutan di dahinya.

"Mau ngajak Zayn malam mingguan." Jawab Lucya bercanda.

Axelle menyentil jidat Lucya pelan namun cukup membuat gadis itu mengelus jidatnya. "Zayn enggak bakal mau sama lo."

"Ah, dia mah sasimi. Udah kayak si Ayme aja."

"Gitu-gitu dia sadboy."

"Hah? Iya? Dia suka ama siapa emang?"

"Gosip."

Lucya memukul pelan lengan Axelle. "Ini tuh bukan gosip, Tapi berbagi cerita."

"Apapun yang membicarakan orang lain dibelakang itu gosip atau ghibah."

Lucya mencebikkan bibirnya sembari melirik sinis Axelle sebagai tanggapan.

Axelle melirik arloji di pergelangan tangannya. "Udah jam delapan lewat, Gue balik dulu."

"Oke." Lucya mengangguk sembari menatap lelaki itu yang mulai berdiri. Axelle menyodorkan tangannya pada Lucya untuk membantunya berdiri yang langsung diterima oleh Lucya.

"Besok gue jemput jam setengah tujuh atau mau jam berapa?" Tanya Axelle dengan kedua alisnya yang sedikit terangkat.

"Jam setengah tujuh aja."

Axelle mengangguk. "Yaudah."

"Yaudah." Balas Lucya dengan kening yang sedikit berkerut karena lelaki itu tidak kunjung pergi dan masih berdiri di depannya.

"Iyaudah."

"Yaudah sana, ngapain masih disini kayak patung?"

"Gapapa." Jawab Axelle dengan senyum tipis yang malah terlihat berkali lipat manisnya.

"Yaudah, aku pulang ya."

"Hm?" Kedua alis Lucya terangkat. Wait... aku katanya?

Axelle terkekeh kecil. Tadi Lucya berhasil membuatnya baper kan? Dia juga bisa.

"Iya, aku pulang dulu. Selamat malam."

Lucya meremas ujung bajunya. Dia ingat tadi dia juga memakai embel-embel 'aku-kamu' hanya untuk di depan orang tuanya saja. Dan sekarang Axelle membalasnya.

"Iya."

"Mulai sekarang, udah boleh make aku kamu kan? Apa belum boleh?"

Lucya mengalihkan tatapannya ke arah lain. Semakin dia bersitatap dengan Axelle, semakin jantungnya makin menjadi. Bahkan sekarang dia rasanya ingin menjerit. "I-yaudah."

"Jadi boleh atau Enggak?" Tanya Axelle memancing gadis itu yang harus bersikap setenang mungkin, meskipun sekarang dia sebenarnya ingin jingkrak-jingkrak sambil menjerit di atas kasur.

"Ya, boleh." Jawab Lucya dengan bola matanya yang kesana kemari, asal tidak menatap Axelle yang tengah tersenyum sembari menatapnya.

"Yaudah yuk." Lucya terkejut saat Axelle tiba-tiba menarik lengannya.

"Hah? Mau kemana?"

"Anterin aku sampe mobil." Jawab Axelle yang membuat Lucya tidak bisa menahan senyumnya kali ini. Lucya melirik tangan Axelle yang menggenggam lengannya lalu belakang kepala lelaki itu dengan senyum yang tak bisa ia tahan lagi. Untung saja ia berjalan dibelakang lelaki itu, jadi Axelle tidak bisa melihat dirinya yang sudah gila hanya karena perihal 'aku-kamu'.

Ketika mereka telah sampai di pintu kemudi mobil lelaki itu. Lucya langsung mengubah raut mukanya menjadi sebiasa mungkin dan mencoba menatap Axelle yang sudah berbalik badan.

"Udah sana balik. Ngapain masih disini?" Tanya Lucya karena lelaki itu tidak kunjung pergi dan hanya berdiri dihadapannya masih dengan senyumnya.

Axelle akhirnya membuka pintu mobilnya, namun ia tidak masuk, melainkan hanya menaruh lengannya di atas pintu mobil tersebut dan masih menatap Lucya.

Lucya mengernyit lalu tangannya memukul lengan Axelle. "Udah sana balik, Xel. Kamu mau sampe pagi disini hah?" Cerocos Lucya.

Axelle terkekeh kecil. "Nah itu yang ditunggu, aku-kamu."

God! Lelaki dihadapannya ini benar-benar membuat Lucya menjadi salah tingkah.

"Yaudah ini pulang. Jangan kangen ya."

"Kangen, bapak lo kangen."

"Papa aku tapi udah sold out, anaknya aja, enggak kalah ganteng." Ucap Axelle menggoda sembari tersenyum dan kedua alis yang naik lalu turun.

"Terserah deh. suka-suka situ aja."

Axelle tertawa kecil, lalu tangannya terangkat mengelus puncak kepala Lucya dan sedikit merendahkan badannya— mensejajarkan tingginya dengan Lucya. Sudah menjadi seperti kebiasaannya melakukan hal tersebut.

"Aku pulang ya, Sya. Besok aku jemput tepat waktu. Selamat malam, Lucya, have a nice dream." Ucap Axelle lembut diakhiri senyum hangatnya.

Lucya mengangguk dan ujung bibirnya tertarik, membentuk sebuah senyuman manis. "Hati-hati ya."

"Siap, Nyonya." Kemudian Axelle memasuki mobilnya, menyalakan mesinnya dan membuka jendela mobilnya sedikit.

"Dah."

Lucya mengangguk dan melambaikan tangannya. "Bye."

Lalu setelah mobil itu mulai mundur keluar dari halaman rumahnya bersamaan dengan kacanya yang tertutup, Lucya mengembangkan senyumnya dan menjerit kegirangan. "Ah, Mami. Lucya di baperin!" Lucya memegang kedua pipinya yang terasa memanas dengan senyumnya yang tidak mau lepas, lalu ia berlari ke dalam rumah.

Satpam rumah Lucya yang baru saja menutup gerbang saja sampai bingung menatap gadis itu namun ia terkekeh geli di detik kemudian. "Dasar anak muda."

***

"Lo udah dimana?"

"Bentar lagi nyampe, Xel. Macet." setelah mendengar jawaban Octa dari seberang sana, Axelle hanya menanggapi dengan kata 'ok' sebelum menutup panggilan tersebut dan memasukan ponselnya pada saku celananya.

Axelle sekarang tengah menunggu Octa didepan sebuah gedung lama yang sudah tidak terpakai, mungkin itulah yang terlihat dari luar, tapi sebenarnya gedung lama tersebut awalnya merupakan markas Rangels, namun karena dulu saat ketua Rangels sebelumnya masih menjabat dan membuat masalah yang serius sampai berakhir dengan gedung tersebut ditutup oleh pihak yang berwajib hingga saat Axelle naik menjadi ketua Rangels dan berpikir untuk menjadikan gedung tersebut sebagai tempat nongkrong atau rumah kedua untuk anggota Rangels dengan fasilitas ring tinju, beberapa alat gym, billiard dan lainnya yang membuat dalam gedung tersebut lebih dari kata layak untuk ditempati melihat luarnya yang berantakan dan tidak terurus.

tujuh menit berlalu, sebuah motor Yamaha Xsr 155 hitam yang ditunggu akhirnya berhenti tepat disebelah motor Axelle.

"Sorry, Xel, buat lo nunggu. Tadi agak macet." Setelah melepas helmnya, Octa turun dari motornya dan menghadap Axelle.

"Santai aja."

"Banyak anak-anak di dalem?"

"Mayan." Jawab Axelle. "Anak inti pada di Warmak, jadi gue ngajak lo ketemuan disini."

Octa mengangguk, "Lo yakin Xel kita jalanin rencana lo berdua aja tanpa Gibson sama yang lainnya tau?"

Axelle bergumam, "Mereka menentang rencana gue buat make a move duluan."

"Salah gue juga enggak bisa lindungin lo sebagai ketua. Gue bahkan tau masalah ini dari Robin sama Jason."

"Sorry, Xel, gue enggak jujur sama lo. Gue cuman enggak mau terus-terusan ngebebanin lo sama masalah yang gue buat. Lo selalu lindungin gue, sama bantu gue saat gue lagi butuh bantuan, sedangkan gue belum bisa bales budi sama lo." Ucap Octa diakhiri helaan napas dan kepalanya yang sedikit menunduk, menatap sepatu Axelle.

Axelle sudah banyak membantunya. Entah itu dari hukuman guru yang sudah pasti akan membuatnya mendapatkan hukuman jika orang tuanya tahu, masalah financial keluarganya, dan beberapa masalah yang pernah ia buat sampai hampir bermasalah dengan polisi.

"Lo enggak perlu balas budi, lindungin lo sama yang lain itu udah menjadi tugas gue, Ta. Gue juga udah anggap lo seperti gue anggap sahabat-sahabat gue yang lain. Lo bukan cuman sebagai anggota gue, tapi juga sahabat dan keluarga buat gue. Kalian semua." Kata Axelle sembari meremas pelan pundak kiri Octa membuat kepala lelaki itu terangkat, menatap Axelle.

"Enggak usah lo pikirin, Ta. Sekarang gue cuman pengin kita fokus sama misi kita. Kalo lo enggak bisa ikut, gue bisa tangani sendiri."

"Eh, enggak, gue ikut sama lo." Ucap Octa dengan cepat.

Axelle mengangguk. "Jadi, kita mulai darimana?"

TO BE CONTINUED.

Octa Aditya

Keenan Megantara

I HOPE YOU LIKE THIS PART🤍

SPAM NEXT FOR THE NEXT PART YA^^

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN!! Also Follow me if u haven't yet 🤗

See you very soon in the next part!

Sincerely,
Lou.

Go Follow :
@Loucamilee_
@axelle.alterio

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
919K 13.4K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 56.3K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...