10.Gadis pistanthrophobia
Anak-anak grup whatsapp warbes melakukan perjudian, siapa yang gagal berbahasa Indonesia yang baik dan benar atau melontarkan umpatan kasar dia harus rela membayar hutang anak lain ke Bi Uci. Segala cara coba dihalalkan agar salah satu dari mereka kalah. Misal, memancing membuat kesal hingga jari tangan gatal untuk memaki.
#WARBES GANG#
Castor Muqshith:
Teman-teman permisi, sekedar info saja saya sudah makan origami khas Korea
Sakra Bonanza (Achung):
Lontong illuminati tor
Castor Muqshith:
Sekedar info origami lebih enak dimakan pakai tangan
Zydan Adelard:
Bukti cantik tidak harus punya badan
Sakra Bonanza (Achung):
Tidak harus cantik, di mata Tuhan kita semua sama
Castor Muqshith:
Tuhan kita yang beda cung
Zydan Adelard:
Pedih ah
Gema Anggara:
Onigiri bukan origami🙏
Sakra Bonanza (Achung):
Hampir
Castor Muqshit:
Hanya beda sedikit gema
Alham Mahaka:
Berikan cara menyembuhkan pandangan kabur teman
Sakra Bonanza (Achung):
Kejar
Bani Alhaki:
Kabur harus dikejar. Ok terima kasih cung info sangat konkret
Aelius Dip Rasyid:
WOI ANJ
Dua kata dari Aelius menimbulkan beribu notif syukuran dari seluruh anak warbes. Tahun sekarang Aelius kalah, tradisi konyol ini sudah berjalan hampir satu bulan (hanya chat) tidak untuk bertemu langsung.
Castor Muqshith:
Tahan dulu tahan. Kita harus waspada
Aelius Dip Rasyid:
Gw bukan satpol ngapain waspada
Alham Mahaka:
Setidaknya...
Gema Anggara:
Diriku pernah...
Alham Mahaka:
Berjuangggg, meski...
Castor Muqshith:
Waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Aelius Dip Rasyid:
Tor ga nyambung sia anj, bubar-bubar
Zydan Adelard:
Menyeramkan, apa Ael habis menemukan angsa telor emas
Aelius Dip Rasyid:
Pesugihan
Aelius Dip Rasyid:
Lo semua gue jadiin tumbal
Castor Muqshith:
Ael jangan daging kita kan peyot💖
Aelius Dip Rasyid:
Y gw tau sih, paling dilepehin balik
Bani Alhaki:
Juga daging kita alot💖
Zydan Adelard:
Mungkin sangat pahit💖
Sakra Bonanza (Achung):
Mungkin setan kasih bintang satu💖
Aelius Dip Rasyid:
EH TOLOL YA LO SEMUAHH
Aelius Dip Rasyid:
ATUR TEMPAT, RIBUT AJA
Aelius Dip Rasyid:
Jdi tumbal bukan prestasi, sat. Bangsat
Maharaja Amongraga:
Wkwkwkw, stress
Maharaja Amongraga:
Itu apaan sih lope smiriwing bikin mata gw sakit
Aelius Dip Rasyid:
@Raga sumpah tmn-tmn lu
Maharaja Amongraga:
Temen Fir'aun
Castor Muqshith:
Raga kamu mengetik seperti tidak ada dosa
Maharaja Amongraga:
Ada, g mau pamer aja sih
Aelius Dip Rasyid:
Raga selalu benar, matahari bunda❤️💪👍
Aelius Dip Rasyid:
Begoq lo semua (kecuali raga)
Maharaja Amongraga:
HHH ngatain bgo pke qolqolah, keep it halal brother
Kompak semua anak protes tidak terima akan makian Aelius, disitu terlihat jelas dia hanya memihak Raga.
Bani Alhaki:
Kmu kok pilih kasih, apa kamu sudah cokel jantung Raga ya El
Alham Mahaka:
Ael angkat tangan saja jika kamu diancam, kita pasti---serahkan semua pada Tuhan. Keep it halal brother
Maharaja Amongraga:
Jantung Ael cuma dapet kebeli teh jus mending rampok gerai Koko Anton
Aelius Dip Rasyid:
Anj teh jus ,jantung gw kaya gk ada harga dirinya bgt
Sakra Bonanza (Achung):
Pantes duit di toko ayah ku suka hilang
Zydan Adelard:
Kamu tilep kan
Maharaja Amongraga:
Cung gw cepuin bapak lo y
Aelius Dip Rasyid:
Udh sih ayo eblas lgi kaku bgt kaya kanebo. Udh aman gak bakal bayar utang
Gema Anggara:
Anda sudah membayar apa belom apa ini hanya strategi semata
Aelius Dip Rasyid:
Udh. Tpi gpp sih kalo masih g mau, enak jga tolol-tolilin lo semua (kecuali raga cinta mati)
Sakra Bonanza (Achung):
Homo awalnya suka dari bercanda, ya sudah tidak apa
Zydan Adelard:
Hak mereka ya cung
Sakra Bonanza (Achung):
Aku sih yes
Maharaja Amongraga:
HAHHA CUNG AJG.
Maharaja Amongraga:
Konsep idup lo lurus bgt kaya tai di Empang. Ngikutin arus, iya-iya aja lu cung
Sakra Bonanza (Achung):
Gpp ga, emang sangat berat menjalani kisah-kasih dengan batangan. Gpp you are the best boy, makasih udah speak up dan mengakui💖
Maharaja Amongraga:
Cung gw BM hajar muka lo, lima kali doang serius
Aelius Dip Rasyid:
Ael lope Raga cinta mati, sampai maut memisahkan
Maharaja Amongraga:
CIH ANJ
Aelius Dip Rasyid:
Aaaaaa ayangie kasar:((
Maharaja Amongraga:
NESYA GW GK GENIT SUMPAH SYA, GW SETIA SAMA LO.
Castor Muqshith:
Maaf nih tapi sebelumnya, Ael bukannya beban keluarga ya kok bisa bayar hutang. Dia sudah beralih jadi hutang negara atau bagaimana
Castor Muqshith:
Maaf kalau benar🙏 hanya beropini
Aelius Dip Rasyid:
Laga lo opini, sidang pari purna
Aelius Dip Rasyid:
Gk guna sumpah opini lo
Aelius Dip Rasyid:
Udh deh anj, pada mengetik mau bilang gue beban juga kan Tan. Setann. Saya cukup sadar diri
Aelius Dip Rasyid:
Saya beban ganteng kuat tahan lama
Aelius Dip Rasyid:
WOIIII HAHA MENGETIK APAAN LO PADA, AYO GASS AJA BAWA NAMA-NAMA TEMEN LO SEMUA DI MARGA SATWA.
Aelius Dip Rasyid:
Si raga yg bayar. S E M U A.
Sakra Bonanza (Achung):
Bayar hutang kita yg satu triliun itu?
Castor Muqshith:
Satu hektar?
Bani Alhaki:
Satu cm?
Zydan Adelard:
Satu detik?
Aelius Dip Rasyid:
SATU-SATU MAJU DEH
Maharaja Amongraga:
Nggak, ga sampe segitu. Cuma sejuta berapa gitu, lupa
Brengsek. Emot love tertuju pada Raga langsung memenuhi chat warbes. Mereka tahu Raga bukan dari keluarga kalangan biasa, mudah saja dipercaya.
Semata bukan memamerkan ia anak orang berada, Raga membayar karena merasa bersalah telah membuat mereka semua kena hukum kemarin.
Penilaian orang mungkin Raga anak yang cuek, masa bodo, aslinya ia begitu sensitif apa-apa selalu dipikirkan, selalu mengutamakan perasaan orang sekitar. Sama persis dengan sang Bunda.
"APAAAN SIH LO SUMANTO? GANGGU 6 DETIK BERHARAGA IDUP GUE AJA," misuh-misuh Aurora mengomeli Raga karna rusuh menggedor-gedor pintu apart.
"Lagi nugas?" tanya Raga. Bubble tea yang tersimpan dekat laptop kembali Aurora minum, berdehem sebagai jawaban.
"Mood lo kaya tai, nggak berprikeragaan," kesal Raga. "Nyari pacar yang bisa dimarahin dong Ra, gue udah tekenan batin."
"LEBAY BANGET?!" menggelegar makian Aurora, berhenti mengetik. Ia bergumam, bola matanya bergerak kesana-kemari. "Lulus SMA lo nikah sama gue, kan?"
"Keep dreaming sampe sinting."
Aurora berdecak, lanjut mengetik. "Lo kan sayang banget sama gue, masa gak nikah aja."
"Sayang udel lo bolong."
"Laper, ga."
"Gue udah masakin."
"KANNN?!" heboh menghadap Raga.
Raga yang bersandar di sisi ranjang menaikan sebelah alis. "Apaan?"
"Simulasi lo jadi suami gue udah kelamaan, nikah aja nikah, sih," paksanya greget.
"Suami apaaan, babu maksud lo? makan sana, bawa laptopnya lanjut di kamar gue aja, kamar lo udah mirip situasi longsor terkini, mau gue rombak," kata Raga bergerak mencari sapu.
"YASSSH DARLING," balas Aurora lebar menyengir. Sumanto berubah darling.
Dari ujung Raga teratur menyapu, memindahkan barang pada tempatnya. Bahasa kasar mungkin kamar Aurora mirip kubangan sampah.
"Ga?" panggil Aurora di ambang pintu, Raga berdehem males. "DARLING RAGA DARLING."
"Apa?" tengok Raga malas.
"Senyum coba, gue bukan Johannes van den Bosch," kata Aurora membenarkan posisi memegang laptop.
Raga terkekeh pelan, tangannya setia pegang sapu. "Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels, Ra. Pencipta kerja rodi kalo yang lo sebut tanam paksa."
Mata Aurora membelalak, ketahuan mapel sejarah indonesia banyak tidur. "Intinya apa? SAMA-SAMA KERJA! udah senyum deh lo, ngerasa berdosa banget gue keseringan nyuruh calon suami."
"RAAA KITA SEPUPUAN."
Sajian masakan buatan Raga terhidang di meja, beragam dari mulai sayur hingga daging-dagingan. Raga adalah salah satu anak yang multitasking, bisa jadi apa saja yang ia mau, menyesuaikan mood.
Bersemangat Aurora mengambil piring, menuangkan dengan porsi cukup banyak. Dimasak menggunkan minyak sekali pakai, tidak mempergunakan mecin dan sayuran dibuat setengah matang. Point masakan sehat yang selalu Raga pegang.
"Ra." Cheaf dadakan datang setelah menyelesaikan tugas sebagai cleaning service gadungan. "Abisin aja, makan biar banyak."
Aurora mendelik, mulutnya penuh terisi makanan. "Oke?" setuju nada bertanya. Mereka saling kontak mata. Posisi mereka berada di sisi ranjang. Bukan meja makanan pada umumnya yang terdapat kursi-kursi berhadapan, hanya meja panjang seperti orang Korea tradisional jika makan.
"Nanti pilih cowok baik-baik, ya? Lo udah gue perlakuin semaksimal mungkin sekalipun nggak bisa gue usahain, Ra. Kalo akhirnya cowok bajingan yang lo cinta gue juga yang ikut sakit. Siapapun cowoknya bilang dulu ke gue, bukan buat nguntit lo diner tapi supaya gue bisa langsung turun tangan kalo lo salah pilih," kata Raga menunjukan pandangan sendu. "Lo pantes dicintai cowok baik-baik sekalipun selalu ngumpulin tugas lima menit sebelum dihandle, hobi overthinking, mandi males, masak cuma bisa mie, bikin kopi asin, ngambekin tukang somay yang nggak dagang dan ngerasa diri paling jelek. Lo pantes dicintai, pantes terlepas dari hal-hal buruk di dalem diri lo."
Saliva di mulut Aurora telan pahit-pahit, demi apapun dari pada dosen killer yang banyak protes pada makalahnya Aurora lebih takut ketika Raga mulai serius. "Iya... nanti gue bilangin ke Nesya."
"Nesya?"
"Iyakan?" aktivitas menguyah tertunda tadi kembali dilanjutkan. "Pidato panjang lo tadi nggak cuma buat gue, buat Nesya juga kan? tapi lo nggak berani bilang langsung?"
Dilihat dari respon kikuk tubuh Raga sudah jelas membuktikan kebenarannya. "Lah? gue di mata lo anak kecil banget ya, Ra? sampe mikir takut sama hal kecil kaya gitu."
"Iyaaaa. BOCAHHH BANGET," balas Aurora menekan dua kata di akhir. "Makannya gue suka, gue suka brondong."
Raga ber-ih kencang sambil memasang wajah masam. Bagaimana ia lupa sudah selama apa kedekatan dirinya dengan Aurora? jelas walupun pemelas lambat laun Aurora mulai mengenal watak Raga.
Menghembuskan nafas panjang perlahan. "Oke."
Hening beberapa detik.
"Nesya nyuruh gue jadi bajingan, nyuruh gue buat bilang tindakan gue selama ini cuma ada maksud. Dia maksa, mau bohong juga dia terima asal bilang kalo gue harus jadi cowok manipulatif buat dia."
Sangking terkejutnya Aurora menyimpan mangkok ke meja. Mulut gerak tanpa suara. Coba mengontrol diri. "Jadi, prediksi lo hari itu bener, ga? dia sakit? ah apa nama penyakit mentalnya?"
"Iya, pistanthrophobia. Nggak akan nerima kehadiran atau upaya orang lain yang berpotensi ngajak dia serius ngejalin hubungan. Nggak akan lagi percaya sama rasa tulus seseoarang. Kesimpulan awal dia mungkin ngira gue ngelakuin hal tulus ke semua orang tapi seiring jalannya momen-momen yang gue sama dia lewatin dia mulai sadar kalo istimewa gue cuma berlaku buat dia dan hal itu jelas mati-matian nggak akan mau dia terima. Ra, Nesya sakit, Ra."
Pandang kosong Raga lurus ke depan. "Anak perempuan yang selama hidupnya cuma dipertemuiin sama laki-laki bajingan bakalan ngerasa aneh saat yang tulus datang. Kepercayaannya rusak. Mental sama fisiknya nggak pernah ngerasa baik. Dia butuh perisai dan gue rela korbanin apapun buat jadi rumahnya." Raga si anak brandal kelas kakap di sekolah mengatakan tekad kuatnya itu pada semesta yang menjadi saksi bisu dengan diiringi senyuman tulus.
"Lo bakalan terus bertahan sampe dia nyadar itu penyakit?"
Tanpa menoleh Raga mengangguk. "Itu pasti, juga bertahan buat nunggu babak selanjutnya."
"Selanjutnya? apa, ga? dia paling bakalan ngejauh sampe bikin lo bosen."
"Ya, karna gue nggak akan bosen ada tindakan lain yang bakal dia ambil."
Alis Aurora mengernyit, penasaran. "Ada, apa?"
"Tindakan yang bikin dunia harus tau kalo dia nggak akan pernah pantes dicintai tulus."
*********
Raga di rumah gini ◜‿◝