The Rain Admirer, Connoisseur...

By AyyHnk09

27.4K 11.5K 28.4K

[Menuntut untuk tamat] Ini kisahku dengan senja yang berjanji akan selalu ada. Juga hujan yang mencoba membau... More

00.Intro : Prolog
01. First Day
02. You and Me
03. Siapakah Senjata?
04. Sendu ( Selalu merindu )
05. FullSun
06. Lee Taeyong as a Playboy
07. Dusta
08. Putus
09. Benci atau Cinta ?
10. Planning
11. Tak diharapkan
12. Payung teduh
Bukan Bab Cerita 1
13. What happen?
14. Antara Aku, Kau, dan Dia.
15. The Rain
16. Arti Kata cinta
17. Kelebihan Hormon
18. Hempas dan Lepas
19. Cinta Segitiga Sama Sisi
Bukan Bab Cerita 2
21. Jealous
Bab Bukan Cerita 3
22. What Wrong with You
23. Rindu
24. Dating day
25. With you
26. Akulah Senja
27. Holding My Hand
28. My Mine
29. Pengagum Senja
30. It's about Loyalty
31. Regulation of Love
32. Beutiful Night
33. Dark Side

20. Love Suffering

452 172 754
By AyyHnk09

Hai guys 🙋‍♀️
Apa kabar kalian semua ?🤗🥰
Maaf ya Nana lama ga update 👉👈
Nana ada banyak kesibukan, jadi sekarang baru bisa update.

Asli jujur Nana kangen sama koment an kalian, kangen replay koment kalian, kangen julid ke kalian. Jadi jan lupa vote sama spam koment joseyo (tolong) biar rindu Nana denganmu terobati. 🤗💚😍

"Bikin lemari dari kayu randu
Kayu randu di bentuk siku
Hai pembaca yang kurindu
Semoga suka dengan ceritaku"

Cekidot!!
_________________________________________

Ulasan part sebelumnya ....

Sungguh Neun membenci semua lelaki yang tak bisa menjaga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.

▪︎------->¤♡¤<-------▪︎

Setelah melontarkan kata-kata pedas pada Neun, Taeyong pun kembali menghampiri Krystal.

"Krystal udah selesai makan?" tanya Taeyong pada Krystal.

"Udah nih, kamu buruan makan tuh dah aku ambilin." Krystal memajukan dagunya.

"Emb ... perhatian banget sih, makasih ya Krys." Taeyong mencubit gemas pipi Krystal.

"Eh jangan gini, malu tau di liatin yang lain," sergah Krystal.

"Abisnya loe gemesh banget," lanjut Taeyong.

"Awas aja loe, kalo sampek suka sama gue, bakal gue tolak dengan senang hati!" cetus Krystal.

"Siapa juga yang bakal naksir sama cewek manja kek elo Krys, oh iya Kak Jessi kapan balik dari Universitas Cambridge?"

"Emm ... udah dari tiga bulan yang lalu sih, kak Jessi udah mulai magang di rumah sakit Nasional Chonbuk juga," terang Krystal.

"Gimana kabar kak Jessica sekarang ya? Jadi kangen ngusilin loe bareng kak Jessi," kekeh Taeyong.

"Sialan loe," sungut Krystal.

"Kangen sama Kak Jessi gue, minta nomer watsdown kak Jessi dong," pinta Taeyong pada Krystal.

"Bentar gue kirim kontaknya ke nomor loe, awas ya kalau loe berani godain Kakak gue!" Hardik Krystal.

"Awas apa? Gue ga takut sama ancaman loe." Tantang Taeyong sambil memanyunkan bibirnya.

"Gue akhiri garis keturunan loe!!" Bentak Krystal sambil menusuk sebuah sosis di piring Taeyong dengan garpu, kemudian menelannya bulat-bulat.

"Buset, asal comot makanan orang aja loe, laper bilang Krys," gerutu Taeyong.

"Kagak gue cuman mau kasih paham aja." Krystal melotot ke arah Taeyong.

"Woahh makin cakep aja Kak Jessi, setelah jadi dokter." Taeyong menatap foto profil Whatsdown kak Jessica.

-Foto profil Kak Jessica.

-------▪︎♡▪︎-------

Di sisi lain Neun yang sangat kesal dengan pernyataan Taeyong pun berlari ke rooftop. Neun berteriak sekencang-kencangnya mengumpat dan mengeluarkan semua keluh kesahnya.

"Dasar Taeyong brandalan, playboy cap tiga roda, loe kira gue suka gitu sama loe!" Teriak Neun di atas rooftop.

"Woy bisa diem ga, berisik banget!" sambung lelaki yang terduduk di sisi lain tempat Neun berada.

"Eh ... ngapain loe di sini?" tanya Neun pada lelaki di sana.

"Mestinya gue yang nanya kek gitu ke elo, ngapain loe makek ngendorse merk semen?" Cecar lelaki bersurai rambut pirang mirip bule gadungan.

"Gue lagi kesel, loe gausah makek ngelawak Chan! Males nongol nih gigi gue," lanjut Neun.

"Lah, gue tuh lagi nanya Marpuah, loe ngapain teriak-teriak makek nyebut merk semen?" Haechan kembali melontarkan kalimat yang sama.

"Iya gue abis ngomong sama temen loe, yang ga punya ati, kepalanya keras kek batu, songongnya tujuh turunan tujuh tanjakan gak ada tandingan!" Terang Neun.

"Jangan gitu, ntar lama-lama suka mampus dah loe, berasa ngejilat ludah sendiri," cibir Haechan.

"Gue suka tue anak, dih ogah banget muka tengil, sok kecakepan, plin-plan, gak punya pendirian!" Sungut Neun.

"Siapa sih cowok yang loe maksud?" Tanya Haechan.

"Tau deh siapa? Males gue nyebut nama tue makhluk," cecar Neun.

"Taeyong bukan sih, gue tadi kek denger loe nyebut nama dia." Haechan mengerutkan alisnya, sambil mengingat-ingat ucapan Neun sepersekian detik yang lalu.

"Nggak bukan dia," sahut Neun.

"Eleh ... bilang aja iya, pakek ga ngaku lagi, gue tadi denger woy ga budeg," jelas Haechan.

"Aish ... kenapa loe ga budeg aja sih," batin Neun.

"Gue liat-liat, di muka loe kek ada amarah yang berusaha loe tahan, ada kecemburuan juga di sorot mata loe," ucap Haechan dengan tengilnya.

"Gausah sok tau Chan, loe bukan lulusan Psikologi jadi gausah sok tau!" Ketus Neun.

"Loe suka Taeyong kan? Ngaku loe." Selidik Haechan makin menyudutkan Neun.

"Eh ... enggak ya! Gausah ngadi-ngadi loe," sahut Neun.

"Atau sebenernya loe suka gue." Haechan menaik turunkan alisnya.

"Sabar, gue sabar ... gak boleh mengumpat." Neun melirik Haechan malas.

"Kalau loe nembak gue sekarang, hmmm ... bakal gue pertimbangin sih, mungkin dari kesekian cewek yang ngantri buat jadi pacar gue, loe bisa gue masukin nomer urut lima, karena loe lumayan oke," hina Haechan sambil menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan.

"Dih, loe kasih Doorprice kulkas tujuh pintu taubat pun, gue belum tentu mau jadi pacar loe!" Decit Neun.

"Dasar korban sinetron," cela Haechan.

Neun pun melenggang pergi setelah kalimat terakhir yang ia ucapkan, meninggalkan Haechan yang terus mengekor. Sedikit membuat Neun risih, Neun terus berusaha meminta Haechan untuk menyingkir dari hadapannya, tapi sama sekali tak digubris oleh Haechan.

"Ngikut eh ... jan di tinggal," sahut Haechan mendekatkan diri pada Neun.

"Dih ... jauh-jauh Chan, loe bau matahari." Neun menyenggol bahu Haechan menjauh.

"Emang gue fullsun makanya semua cewek pada silau dengan ketampanan gue, hahahahay ...." Haechan tertawa dengan kencangnya di dekat telinga Neun.

"HAECHANNN!!! loe teriak di telinga gue sekali lagi, gue potong pita suara loe!" Ancam Neun.

"Ahahahah ... ampun-ampun serem banget deh loe." Haechan mengacungkan dua tangannya di depan Neun.

Setelah menuruni beberapa anak tangga kini Neun dan Haechan pun telah berada di koridor sekolah. Namun, di hadapan Neun sekarang telah berdiri dengan gagahnya lelaki idaman, benar itu adalah Na Jaemin.

"Haduh ada rival, gue cabut duluan ah ...," pungkas Haechan meninggalkan Neun bersama Jaemin.

"Kemana Chan?" Tanya Jaemin pada Haechan basa-basi.

"Ke kelas lah, masa ke ruang BP!" Sahut Haechan dari sisi lain koridor sekolah.

"Oh okay," pungkas Jaemin.

Jaemin pun mengajak Neun ke kelas bersama, sambil sesekali berbincang kecil.

"Main hp mulu Neun, chat sama pacarnya ya?" Tanya Jaemin.

"Ah ... nggak kok, aku mana ada pacar sih Jaem." Neun tersenyum menyipitkan mata ke arah Jaemin.

"Ah ... yang bener, masa sih cewek secantik kamu gada pacar? Berarti masih ada kesempatan dong." Jaemin menatap Neun menggoda.

"Gada kesempatan Jaem, adanya dana umum." Neun melirik Jaemin sambil tersenyum simpul.

"Hahaha ... bisa aja kamu Neun, eh aku boleh pinjem Hp kamu bentar nggak?" pinta Jaemin pada Neun.

"Buat apa Jaemin? Eh ... bentar kok manggilnya aku, kamu lagi sih?" Cecar Neun.

"Hehehe ... ga biasa manggil loe gue kayak kasar gitu menurut aku, kata bunda gak boleh ngomong kasar sama cewek, makanya kebiasaan manggil aku kamu," terang Jaemin.

"Emm gitu ... ya udah senyaman kamu aja Jaem," sahut Neun.

"Jadi gimana dipinjemin nggak?" Tanya Jaemin lagi.

"Boleh-boleh aja sih, nih." Neun memberikan ponselnya pada Jaemin.

Jaemin pun menerima ponsel Neun dengan senang hati. Kemudian setelahnya Jaemin menekan ikon kontak, mencari nama kontaknya lalu menggantinya dengan nama Nana tak lupa disertai emot hati.

"Loh ... apa-apaan nih makek emot love?" Protes Neun.

"Ga suka nih, marah?" Jaemin mengangkat alisnya sebelah.

"Iya gak marah juga sih, tapi bukannya waktu itu kamu bilang terserah aku," gerutu Neun.

"Itu kan dulu, beda lagi sekarang, pokoknya ga boleh diganti!!" Titah Jaemin.

"Okay siap komandan!" Neun menyahuti sambil memberi hormat pada Jaemin.

Tingkah lucu Neun berhasil membuat Jaemin gemas. Membuat Jaemin tak kuasa dan mulai mecubit kedua pipi tembam Neun bersamaan.

Namun, tepat di hadapan Jaemin dan Neun, Taeyong dan Krystal sedang menatap, menyaksikan adegan mesra mereka berdua.

"Mau kek gitu?" Tanya Taeyong pada Krystal yang menatap mereka sinis.

"Huekkk ... kagak lah, gue uwu phobia geli liatnya." Krystal melirik tajam ke arah Taeyong.

"Eh ... kok mual-mual sih, kan belum gue apa-apain?" Goda Taeyong pada Krystal.

Neun yang mendengar kalimat itu, merasa kesal. Tapi tak mau mengakuinya, hanya menggertakan giginya dan tanpa sadar mengepalkan tangannya.

"Ya udah, gue balik ke kelas duluan ya," pungkas Krystal sambil mengangkat tangannya.

"Bentar, ada yang ketinggalan."

Cup ....

Taeyong mengecup kening Krystal, mata Neun pun membola melihat adegan yang sama sekali tak ingin dia lihat. Tanpa Neun sadari hatinya merasa sesak, ia terluka tanpa tau apa sebabnya.

"Jangan dilihat jika tak ingin melihatnya." Jaemin sontak mendorong tubuh Neun ke jendela, menyembunyikan wajah Neun di balik almamaternya.

Jaemin menurunkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya pada Neun dan tampak seperti sedang mencium Neun jika di lihat dari sisi lain. Padahal di balik almamater itu Jaemin hanya menatap wajah Neun dan tersenyum.

Taeyong yang melihatnya dari sisi lain. Beranggapan bahwa Neun dan Jaemin sedang berciuman di balik almamater, yang menutupi wajah mereka.

Neun yang merasa dipermainkan oleh kedua aktor yaitu Jaemin dan Taeyong pun, mendramatisir keadaan. Neun mulai menjadi aktris di drama yang tengah mereka perankan. Neun berjinjit mengecup bibir Jaemin sekilas, dan segera menurunkan almamater Jaemin setelahnya.

"Neun," panggil Jaemin.

Belum selesai Jaemin melontarkan kalimatnya Neun sudah menyahuti dengan sinis. "Masuk ke kelas Jaem," sahut Neun dengan wajah datar.

___________________________________
"Kau perankan antagonis,
demi menoreh tangis.
Lalu haruskah aku apatis,
Bila caramu menepisku tak realistis."

~Ay~
_____________________

Taeyong hanya tersenyum smirk melirik Neun dan Jaemin yang mulai memasuki kelas. Setelah melihat Krystal yang kian menjauh Taeyong pun memasuki ruang kelas.

Siswa-siswi Yongsan international school of Seoul pun mengikuti pembelajaran seperti biasa. Siang itu pelajaran Pak Kyungsoo sedang berlangsung, karena ini adalah jam pelajaran beliau, tak ada satupun murid yang berani berbuat rusuh, ramai atau pun tidur di kelas, termasuk Lee Taeyong.

Neun yang kini telah berubah menjadi gadis yang rajin belajar. Terus menatap ke depan papan tulis menyimak semua yang di terangkan oleh Pak Kyungsoo di depan kelas. Neun tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang telah menatap dan memperhatikan setiap gerak-geriknya.

Lalu, bulpoin Neun pun terjatuh, membuatnya harus menoleh dan memungut penanya yang jatuh. Saat itulah Neun menyadari bahwa lelaki di seberang bangkunya ternyata memandangnya sedari tadi dengan begitu lekat.

Mengetahui bahwa Haechan menatapnya semacam itu, Neun pun melotot tajam ke arah Haechan menyatukan alisnya dan melirik sinis pada Haechan. Namun, karena Haechan adalah lelaki tengil yang menyebalkan, tentu saja ia akan berpura-pura sedang tak memperhatikan Neun.

Haechan membuang muka, menyadari Neun yang telah menatapnya. Neun memandang Haechan dengan sorot mata yang berbeda. Tampak tak bersahabat sama sekali. Haechan hanya tertunduk lesu, entah apa yang tengah dipikirkan oleh Haechan saat itu.

Mungkinkah Haechan memang pengagum rahasia Neun, dan selalu bersajak mengeluh-eluhkan Neun disetiap bait puisinya. Bisa juga Haechan kini tengah menulis puisi berikutnya untuk ia kirim ke mading sekolah Minggu ini. Namun, masih belum diketahui siapa objek diksi milih si Senjata atau Haechan.

_________________________________________

Jejak Kaki

▪︎> Antagonis : Orang yang suka menentang/ tokoh cerita yang menentang tokoh utama.

▪︎> Apatis : Acuh tak acuh ; tidak peduli ; masa bodoh.

▪︎> Realistis : bersifat nyata ; bersifat wajar.

-makna kata secara mudah

"Kau berperan sadis, Tuk membuatku menangis. Lalu haruskah aku tak perduli jika caramu menyingkirkanku begitu tak wajar."

------------------------Z▪︎♡▪︎Z------------------------

Ngokeh makasih guys udah luangkan waktu baca cerita gaje ini, maaf atas keterlambatan updatenya karena Nana lagi ikut Event puisi lagi, buat nambah pengalaman juga.🙏😭

Okay semoga kalian masih setia nunggu cerita TRAC update
and hope you enjoy,
Read my story.🤗💚

Jangan lupa kritik dan saran,
ingatkan kalo ada typo.

Publish : 15 April 2021
☆ 1820 kata.

Kalau suka
Cerita ini,
👇 Klik here!!

Kurang suka
Tinggalkan krisar
👇 Klik here!!

Continue Reading

You'll Also Like

38.5K 3.6K 21
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
230K 21K 74
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan.
787K 80.2K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...