ANTARIKSA

By myliaxera

194K 21.8K 1.5K

Bermula dari Rasel yang sengaja cari cewe buat dipalakin, eh malah salah sasaran. Cewe yang ia palakin ternya... More

Prolog
01 - Rasel's Daily
02 - Tragedi Batagor
03 - Jadi Bahan Taruhan
04 - Kronis
05 - Abim dan Serkan
06 - Run Rasel, Run!!
08 - Tidur Bersama?
09 - Singa atau Buaya
10 - Kemusuhan
11 - Kenapa Dia Disini?
12 - Abimanyu
13 - Murid Baru

07 - Manuskrip Sialan

15K 1.7K 121
By myliaxera

"Kenapa kamu harus mencari cinta jika nyatanya cinta tumbuh dengan sendirinya?"
—Antariksa—


Happy reading!





"Rumah lo dimana?"

"Ish, udah turunin gue ditengah jalan aja. Gue ga mau ngerepotin."

"Gue yang repot bego! Ini di jalan Tol. Mau bunuh diri lu?"

Rasel diem.

"Ck, iya juga." Percakapan berakhir dengan dirinya yang bergumam kesal, lagi-lagi Rasel kalah bacot dengan lelaki disampingnya itu.

Keduanya kini sedang berada di dalam mobil milik Serkan. Rasel awalnya ingin sekali duduk di belakang, namun Serkan kembali mengancam akan menciumnya jika Rasel tidak ingin pindah duduk disamping kemudi. Alhasil karena takut, akhirnya dengan terpaksa Rasel pindah duduk bersebelahan dengan sang supir, siapa lagi kalau bukan Serkan Ananta.

Setiap beberapa menit, lelaki berwajah tampan itu sesekali menoleh ke arah Rasel. Ia menarik senyum tipis begitu mendapati Rasel menekuk wajahnya kesal. Entah kenapa hati Serkan terlampau senang melihat remaja bermata kucing itu menggerutu kesal karena kalah debat dengannya.

Ah, begitu menggemaskan —batinnya.

"Rumah gue gak lewat jalan Tol." Rasel menatap Serkan sengit dan dibalas dengan Serkan yang mengerutkan alisnya samar.

"Siapa bilang gue mau ke rumah lo?" Serkan menampilkan senyum smirknya.

Rasel membulatkan matanya tak percaya. Rasel mau dibawa kemana lagi?!

Kalau dipikir-pikir, Rasel belum pulang ke rumah sejak hari dimana ia pingsan. Ia bahkan belum minta izin ke bundanya.

Dengan paniknya, Rasel buru-buru menggapai lengan kekar Serkan yang sedang memegang kemudi.

"Serkan, kita pulang aja ya.. Bunda gue pasti khawatir anak gantengnya belum pulang dua hari," Rasel kini memohon bergelayutan di lengan Serkan.

Biarin aja kalau nanti Serkan menganggap dirinya manja atau apalah, pokoknya Rasel mau pulang ke rumah sekarang. Dia udah ga mau lagi berlama-lama berduaan sama  curut macam Serkan.

"Iya gue bakal anterin lo pulang. Tapi sebelum itu, gue mau ngajak lo makan di suatu tempat." Ucap Serkan.

Alis Rasel kemudian berkerut bingung.

Makan doang kenapa harus keluar kota? Rasel gak bego ya, bahkan dia udah liat dari petunjuk di Tol tadi...

Ini udah masuk ke daerah Bogor!

"Di Bandung kan banyak restoran. Kenapa kita perlu keluar kota kalau ujung-ujungnya makan nasi juga?" Rasel ngedumel kesel.

Ga tau kenapa setiap ngobrol sama Serkan, bawaannya naik darah terus. Moodnya selalu ancur kalo udah deket-deket sama remaja berwajah agak barat itu. Bawaannya pengen nyakar, rawrr!

"Nanti juga tau."

Tak ada lagi percakapan diantara mereka. Jawaban singkat Serkan sukses membuat mood Rasel semakin buruk. Cih, sok misterius banget jadi cowo!

"Yaudah, bangunin kalau udah nyampe." Rasel langsung memposisikan tubuh kecilnya bersiap untuk tidur.

"Iya." Serkan membalas singkat.

Tak lama kemudian dengkuran halus mulai terdengar.

Rasel telah masuk ke alam mimpi.



o)(o



"Sel bangun, turun!" Serkan menggoyangkan tubuh Rasel agar remaja manis tersebut terbangun. Tapi yang bersangkutan justru tidak mengeluarkan tanda-tanda kehidupan. Rasel malah ngelantur ga jelas dan ngusir Serkan untuk ga ganggu dia tidur.

"Ahmm sana, ngantuk banget hoam um." Rasel bergumam tak jelas, matanya masih tertutup rapat.

Serkan menghela napas kasar. Ck, susah sekali membangunkan kebo di siang hari.

"Oke, jangan salahin gue kalo udah bangun nanti.." Serkan menyunggingkan senyum miringnya. Ia mendekatkan wajahnya berhadapan dengan wajah lelaki cantik itu.

Serkan kemudian melumat dengan lembut bibir plum milik remaja kucing disampingnya. Dihisapnya dengan perlahan, sesekali memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Rasel. Ciuman itu semakin liar dan menuntut.

Ciuman Serkan kemudian lanjut bergerilya di ujung bibir hingga merambat ke telinga Rasel. Serkan menggigit gemas telinga mungil itu hingga menghasilkan warna kemerahan. Jilatannya beralih ke belakang daun telinga Rasel.

"Ahh.." Rasel menggeliat dari tidurnya, tetapi tubuhnya masih belum terbangun juga.

Serkan mengulas senyumnya begitu mendengar desahan erotis Rasel. Dilanjutkannya ciuman itu hingga ke leher putih Rasel. Dihisapnya leher Rasel hingga meninggalkan bekas kepemilikan berwarna merah keunguan disana.

"Argh.."

Ringisan Rasel terdengar begitu indah di telinganya. Buru-buru ia membuka kancing baju kemeja lelaki cantik itu hingga memperlihatkan dada mulus tanpa bekas luka sedikitpun.

Serkan meneguk salivanya dengan susah payah. Fokusnya teralihkan kepada keindahan tubuh Rasel yang setengah telanjang.

Sial, hasratnya semakin membuncah sekarang. Serkan menggeram kesal begitu mendapati kejantanannya mula mengeras begitu melihat puting merah muda milik Rasel mencuat keatas. Serkan memilin gemas kedua benda itu, sesekali menghisapnya hingga menghasilkan desahan nikmat dari mulut Rasel.

"Ahh.. Serkan, apa yang lo— Arghh.. jangan digigit!"

Rasel terbangun seketika, Serkan masih setia bermain dengan dadanya yang datar tak mempedulikan si empunya yang kemudian menggelinjang hebat.

"Ayo turun."

Serkan berakhir menyelesaikan kegiatannya dengan mengecup pelan kedua puting merah muda itu. Tubuh Rasel lemas, ia masih tidak bisa mencerna hal yang baru saja dilakukan Serkan pada tubuhnya.

"Lo lagi perkosa gue?" Rasel menatap Serkan tak percaya. Tangannya dengan cepat mengancingkan kembali kemejanya yang terbuka, takut Serkan kembali melanjutkan adegan yang tidak-tidak.

Serkan tersenyum singkat, "Gue cuma mau bangunin lo."

"Mesum!! Gue ga percaya. Lo beneran mau ngegrepe gue kan?" Rasel semakin menuduh Serkan.

"Iya,makanya kalo tidur jangan kayak kebo." Serkan memutar bola matanya malas.

"HEH, LO!!" Belum sempat Rasel memukul wajah Serkan, lawan bicaranya itu sudah berlari keluar dari mobil.

"Makanya turun cepet!" Teriak Serkan dari kejauhan.

"Sialan." Rasel mendengus kesal, ia keluar dari mobil menyusul Serkan dari belakang.

Dasar cowo biadab!

o)(o

Serkan menuntun Rasel memasuki restoran mewah yang berlokasi di Puncak. Keduanya mengambil tempat duduk di lantai dua.

Berada di ketinggian yang lumayan, restoran ini memperlihatkan kepada pengunjung keindahan kota Cianjur dari atas bukit.

Rasel termenung menatap pohon-pohon rindang di sekitar restoran. Dari mejanya, ia dapat melihat lampu-lampu rumah ataupun gedung perkotaan menyala terang di malam hari.

Matanya terpejam sesaat, Puncak sebenarnya bukan daerah yang asing bagi Rasel. Ia dan keluarganya dulu sering menghabiskan liburan disini. Ayah, Bunda, dan Adik laki-lakinya, Rasya. Semua memori tentang keluarganya masih tertinggal di dalam benaknya,

Walaupun sekarang semuanya berubah.

Kedua orangtuanya bercerai karena Ayahnya berselingkuh dengan sekretaris di kantornya. Bundanya kemudian membawa Rasel ke Bandung setelah penceraian telah dinyatakan sah di persidangan.

Mengetahui Bunda kabur membawa dirinya, Ayah sialannya itu menarik seluruh aset yang diberikannya kepada Rasel dan Bundanya.

Mengenai adik laki-lakinya, saat itu adiknya sedang dalam perjalanan pulang sehabis lulus dari SMP di Amerika. Maka dari itu, bundanya hanya bisa membawa Rasel pergi bersamanya.

Itu hanya kisah lama.

Kini ia dan Bundanya harus bisa menyesuaikan diri untuk hidup sederhana. Jauh dari kemewahan dan kekayaan yang dulu ia dapat sedari kecil.

Tak apa, Rasel juga tidak keberatan untuk hidup seperti ini. Toh, ia sudah sangat bahagia hidup berdua bersama Bundanya.


"Sel, Kok ngelamun? Lo gak suka ya gue bawa kesini? Maaf, gue kira lo lebih suka Puncak daripada Bandung." Serkan menggenggam tangan Rasel, menatapnya dengan penuh khawatir.


"Enggak kok. Makasih ya udah bawa gue kesini. Bagus banget pemandangannya." Rasel tersenyum tulus, ia membalas genggaman Serkan. Masa bodoh dengan orang-orang yang natap mereka sambil berbisik-bisik.

"Lo mau makan apa? Baru nyadar kita bahkan belum makan siang juga. Pesen yang banyak aja gapapa." Ucap Serkan sambil memberikan Rasel buku menu. Lelaki tampan itu kemudian memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Wajah Rasel yang tadinya murung langsung berubah menjadi cerah begitu mendengar kata 'makan'. Apalagi Serkan berniat mentraktirnya, harus dimanfaatkan dong..

"Serius ya! Oke gue mau Pizza, Ayam bakar, Nasi Goreng, Kentang goreng, Steak, Lele juga boleh deh. Hmm, tambahin dessert juga. Gue mau puding sama es krim strawberry. Kalo minumannya gue mau milkshake strawberry, Lemon tea, sama Jus jambu. Ah terakhir, jangan lupa buah strawberrynya ya, itu yang paling wajib!" Rasel dengan fasih menyebutkan pesanannya kepada pelayan itu.

Serkan cengo.

"Buset, itu perut atau babi? Semua makanan dicerna." Serkan menggelengkan kepalanya heran.

"Bangkrut kan lo! Makanya ga usah sok-sokan ngajak gue makan di restoran." Rasel memeletkan lidahnya ke Serkan.

Syukurin! —batinnya senang.

Serkan lalu mengangkat alisnya meremehkan.

"Pesen lagi aja kalo masih laper. Duit gue mah banyak, selow," Sombongnya.

Rasel menatap Serkan jengkel. Kalau gitu nanti sehabis makan ia harus meminta Serkan membeli semua menu disini untuk ia bawa pulang ke rumahnya. Biarin aja uang Serkan habis!

"Karena saya bukan babi, saya pesan steak sama lemon tea aja mba." Serkan menyebutkan pesanannya ke pelayan kemudian membalas menatap Rasel dengan senyum merendahkan.

"E-eh.. oke pesanannya akan segera diantar." Pelayan itu kemudian pergi meninggalkan kedua insan tersebut.

Rasel menghentakkan kakinya sebal, ia memicingkan matanya ke pria yang sedang duduk menopang dagu didepannya.

"Anjing lo!" Rasel berteriak, kemudian mengacungkan jari tengahnya kepada Serkan.

Lelaki itu langsung terkekeh. Ia menatap gemas lelaki manis yang baru saja nge-fuck ke arahnya. Jujur, baru kali ini ada lelaki yang berlaku seperti itu di hadapannya.

"Pinjem hp dong." Rasel mengulurkan tangannya meminta barang pipih yang sedang dipegang Serkan.

"Yang sopan dong kalo mau minjem.." Serkan tersenyum lebar melihat Rasel yang langsung menarik kembali tangannya. Lelaki cantik itu mendesis kesal.

"Banyak mau ah! Kan lo yang nyulik gue kesini, gue pinjem mau nelfon bunda sebentar." Protes Rasel sembari memanyunkan bibirnya kesal.

Ya kalian bayangin aja, dia udah hampir 3 hari diluar dan gak nelfon bundanya untuk sekedar memberi kabar. Bisa-bisa nanti bundanya mengira anak tampannya itu hilang.

Jelaslah agar hal kayak gitu gak terjadi, Rasel harus menghubungi bundanya agar bundanya itu tidak khawatir.

"Gue udah izin ke bunda pas lo tidur." gumam Serkan.

"Lo dapet nomor bunda darimana?" Tanya Rasel menyelidik.

"Kepo." Serkan menjawab acuh.

Makanan satu persatu mulai berdatangan ke meja mereka. Bahkan seluruh meja mulai terisi penuh karena banyaknya tipe makanan dan minuman yang mereka pesan, hm lebih tepatnya yang Rasel pesan. Para pelayan bahkan bergantian mengantarkan makanan, mungkin sudah sekitar 6 pelayan yang sibuk mengantarkan pesanannya.

"Gue ga percaya. Lo kan baru pertama ini ketemu sama gue, gimana caranya lo dapetin nomor bunda?" Kecurigaan Rasel semakin bertambah.

Yaiyalah, logis aja coba. Masa tiba-tiba Serkan bisa dapet nomor bundanya? Temen Rasel aja banyak yang ga punya nomor bundanya kecuali Abim. Apa mungking—

"Gue dapet dari Abim."

Ah, benarkan firsatnya. Pasti Abim yang ngasih nomor Bunda ke Serkan.

"Tapi kan gue tetep mau ngomo—" Lagi-lagi perkataan Rasel terputus saat Serkan menatapnya tajam. Atmosfer disekitar semakin hening ketika para pelayan pergi begitu selesai mengantarkan makanan.

Lelaki tampan itu kemudian meletakkan garpu serta pisau di piring Rasel. Tangannya bergerak cepat memotong steak yang sudah tersajikan lalu memasukkan potongannya ke dalam mulut Rasel.

"Makan cepet, ga usah banyak bacot." Suara rendah Serkan menciutkan nyali Rasel untuk memprotes.

"Hmm.." Rasel menjawab singkat, lalu melanjutkan mengunyah daging yang berada di mulutnya.



Untuk yang kesekian kalinya, Rasel dikalahkan oleh aura dominan Serkan.

-
-
-
-
-

To be continue

Halo readers! Jangan lupa komen dan vote yaa, Xera apresiasi banget kalo ada yang mau komen atau ngasih saran hihi 🖤

Continue Reading

You'll Also Like

535K 57.7K 36
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.4M 127K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
638K 34.4K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
4.1M 241K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...