Cahya tersenyum lebar ketika melihat Genta saat berjalan di koridor. Kakinya melangkah perlahan untuk menghampirinya. Pesona Genta memang bukan main-main. Cowok itu selalu bisa membuat semua orang tertarik.
"Genta!!"
Genta berhenti lalu menoleh sembari mengangkat satu alisnya. "Jangan deket-deket!"
Cahya berhenti melangkah ketika jaraknya sudah satu meter. Dahinya mengernyit. "Kenapa?"
"Kata Rival lo itu kuman, yang harus dijauhi bahkan dibasmi."
Genta mengatakan itu dengan entengnya tanpa ekspresi, direspon melongo oleh Cahya.
Rival setan!
"Astaga Genta! Gue manusia titisan bidadari. Buka mata dan hati lo dong!" omel Cahya bergerak untuk mendekat lagi. Genta yang melihat Cahya mendekat langsung mundur.
"Radius satu meter!"
Cahya menggeram tertahan. Rival benar-benar minta dihajar.
"Gue bukan kuman!"
"Rival bener-bener kek setan. Jagonya ngehasut ditambah suka bisikin yang enggak-enggak!" Cahya mengomel sendirian.
Genta heran melihat itu. Kenapa malah ngomong sendiri.
"Lo ganteng-ganteng mau aja sih dibegoin sama Rival!"
Genta memicingkan matanya ketika menyorot satu lelaki yang sedang mengintip pembicaraannya di balik tembok. Dari bau-baunya itu pasti Rival.
"Gue pergi dulu."
Lebih baik ia menghindar daripada kena amukan Rival. Dari tadi ternyata Rival sudah mengodenya untuk pergi.
"Yaelah!"
Genta pergi. Rival langsung menghampiri Cahya dengan gaya tengil.
"Gini ya kerjaan lo di belakang gue. Suka goda-goda bahkan colek-colek si Genta."
Cahya menoleh lalu tersenyum setan. "Iyalah. Genta kaya, gue mau keruk duitnya."
Tidak tahu saja, bahwa Rival lebih kaya. Cewek ini masih mempercayai bahwa Rival gembel.
"Sayangnya Genta nggak mau sama lo."
"Mau. Kalo gue pepet terus, gue kan punya pelet asal lo tau. Gue ntar pulangnya mau sama dia aja nebeng. Males gue naik Ducati hasil colongan lo."
Rival mendengkus. "PD amat lo. Siapa juga yang mau boncengin lo? Gue juga nggak mau Ducati keren itu kena lecet."
"Ya udah malah bagus!"
Rival melirik sinis Cahya. Cewek ini benar-benar menguras emosinya.
"Cay, gue pengen banting lo sumpah!"
Cahya cengengesan. "Hehe silahkan."
Rival berdecak lalu memberikan Silverqueen yang tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya.
Mata Cahya berbinar serta bibirnya tersenyum lebar. Dengan cepat ia langsung menerima itu. Sia-sia kan kalo nggak diterima.
"Makasih Rival. Walaupun murah tapi nggak pa-pa kok, gue terima-terima aja. Kalo bisa besok request coklat berbagai merk, ditambah permen yupi satu dus, sama Oreo Supreme!"
"Rasa ingin membantingmu begitu menggelora! Dikasih hati minta jantung!"
Cahya hanya cengengesan. Bel masuk berbunyi, Rival berniat masuk kelas. Sebelum pergi Rival berkata,
"Btw itu tadi gue mungut di jalan."
****
Cahya berdecih sinis ketika melihat Rival sedang duduk berdua di kantin dengan seorang cewek. Terlihat mesra sekali.
"Dasar manusia sok kegantengan!" hina Cahya lalu berjalan menghampirinya.
Cahya bertepuk tangan begitu sampai di depan Rival. Dengan gaya sinisnya yang selalu melekat ia memelototi Rival.
"Eh, ada pacar kesayangan!" sambut Rival dengan muka sok bahagia.
Cahya bergaya ingin muntah. "Enak banget lo di sini sama cewek mesra-mesraan." Cahya melirik sinis cewek yang merangkul mesra tangan Rival.
Rival yang sadar langsung menyingkirkan tangan cewek itu. "Gue makan doang, Cay. Nggak mesra-mesraan."
"Mata gue nggak buta. Lo aja rangkulan."
Rival memutar bola matanya malas. "Nggak usah jadi cewek ribet dah."
"SIAPA YANG RIBET?!" Cahya jelas tak terima. Ia kan hanya memastikan.
"ELO!" Rival ikut ngegas. "Kenapa pake cemburu segala si?!"
"SIAPA YANG CEMBURU?!"
"ELO CAY ELO!" Napas Rival terengah-engah. Emosi jiwa raganya naik.
"Apa yang dicemburuin? Gue kan cuman tanya." Cahya melirik cewek itu sinis lalu menatap Rival lagi. "Mau lo mesra-mesraan kek, mau lo selingkuh, mau jungkir balik sama cewek lain gue juga fine-fine aja. Manusia kek elo juga masih banyak kali Val di tanah abang," oceh Cahya panjang lebar.
Telinga Rival panas mendengar itu. Padahal niatnya mau mengerjai cewek ini, tapi malah dia yang kepanasan. Rival berdeham sok cool seperti ingin menyampaikan informasi penting.
"Cahya, kita udahan. Gue males pacaran sama lo lagi." Rival berkata itu dengan entengnya.
Cahya menyeringai. Sesaat kemudian ia tertawa jahat.
"It's okay Rival. Gue juga males pacaran sama cowok muka pas-pasan kaya lo. Tingkah lo juga bikin gedeg setengah mampus. Kalo ga good looking seenggaknya good attitude kek plus good rekening. Bye Rival! Semoga harimu penuh kesialan." Cahya mengibaskan rambutnya angkuh lalu pergi.
"Anjengg sekale permisaa!!"
****
Rival masuk kelas dengan wajah lesu. Ia menyesali perkataan putusnya tadi. Ia dan Cahya resmi putus satu jam lewat lima menit. Ada sebagian dari diri Rival tidak rela. Beginilah, ia selalu labil tentang putus. Ia kira Cahya akan menolak, tapi nyatanya ....
"Kenapa lo?" tanya Genta.
"Gue ... putus."
"HAH?!" Genta, Gilang, dan Lego berteriak bersamaan.
Rival mengangguk lemas. "Gue ngetes. Eh malah dia ngiyain. Yaudah kita putus."
"Yakin lo mau putus sama dia?"
Raut muka Rival jadi sumringah. "Yakin!"
"Lo selalu gini. Dikit-dikit ngatain putus. Lo labil, Val." Genta hapal betul dengan kelakuan sahabatnya itu. Walaupun ia yakin nanti Rival dan Cahya akan balikan lagi.
"Lo kan tau, gue kena syndrom putus. Dulu gue sering mutusin cewek-cewek. Penyakit itu kebawa sampe sekarang," elak Rival.
"Lo jomblo dong sekarang?" tanya Gilang dengan senyum mengejek.
"Ya iyalah!" Lego menjawab dengan semangat.
"Kasihan ...." Ketiganya mengatakan itu dengan kompak membuat Rival memelototinya.
"Pasti lo gagal move on kan?!" tebak Lego.
"Lo pikir gue jomblo karena gagal move on? Enggak njing! Gue bingung mau sama yang mana." Rival mengangkat dagunya angkuh. Mudah baginya mendapatkan pacar baru lagi.
"Bagus deh."
Gilang dan Lego kembali pada aktivitasnya yaitu menyalin PR dari buku Genta. Sedangkan Genta memainkan ponselnya. Ia membuka instagramnya. Notifikasi muncul, CahyaAmika_ mulai mengikuti anda.
Rival yang tepat di sampingnya tahu itu karena mengintip.
Gila, gercep amat mantan gue.
Genta langsung stalk Instagram Cahya. Cewek itu baru saja meng-upload fotonya bersama satu orang laki-laki. Terlihat bahagia, keduanya berpose di atas motor sambil tertawa. Tertulis caption, 'Tukang ojek! emot tawa terjungkal! @kenzogilardino_'
"Kenzo siapa, Val?"
"Tukang ojek."
"Mana ada tukang ojek keren gini, badan keker, wajah ganteng, motor ninja. Lo kalah jauh, Val," ucap Genta terlalu jujur.
"Halah, itu aslinya jelek. Diedit aja mukanya."
Gilang dan Lego menahan tawanya.
Rival berdecak kesal. Rautnya berubah muram. Semua paham akan hal itu.
"Lo baru putus satu jam aja udah frustasi kaya gini, Val," hina Lego sambil menggeleng pelan tak habis pikir.
Gilang mengangguk menyetujui. "Baru putus sejam kek udah putus setahun."
"Nggak ya! Jangan ngadi-ngadi! Gue biasa aja tuh. Cewek yang lebih cantik dari Cahya bisa gampang gue dapetin. Gue senyum dikit aja udah pada nempel cewek-cewek."
Lego dan Gilang mengacungkan kedua jempolnya. Ia bangga dengan Rival yang sudah kembali ke jati dirinya, tidak bucin seperti biasa. Hening sebentar, sampai Rival bertanya,
"Cara ngajak balikan gimana, ya?"
"MATI KEK LO BANGSAT!"