AXELION

By starlightlui

163K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 24 - What If More Than Friend
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 25 - The Truth

2.7K 238 23
By starlightlui

HALO, SEMUANYA!!

Axelle Lucya update!!

SEBELUM ATAU SESUDAH BACA JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA YA, SEMUANYA!!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!!

Playlist : Hurts so good - Astrid S.

***

Bel istirahat kedua berbunyi, Axelle dan kawan-kawannya segera membereskan alat tulis mereka dari meja mereka, namun setelah itu mereka tidak bangun dari duduk mereka justru Jibril, Zayn dan Gibson malah menyandarkan punggung mereka lagi.

"Nold," Axelle memberi kode pada Arnold untuk menyuruh semua murid keluar dengan cepat.

"Woy, semuanya! Maaf atas ketidak nyamanan nya, tapi gue minta dengan segenap hati agar kalian cepet keluar dari kelas!" Seru Arnold yang sudah berdiri didepan kelas bersama Putra.

"Cantik dan tampan, keluar dulu ya, kelasnya di sewa dulu sejam ama Axelle. Sekian terima gaji, bapak ibu." Putra yang berdiri di depan pintu kelas melambaikan tangannya pada siswi yang melangkah keluar kelas dengan genit.

"Awas lo pada ngerusuh ya." Ancam Dinar— sekretaris kelas mereka sebelum ia melangkah keluar dari kelas bersama temannya— Lalita.

"Iya siap, baginda ratu!" Tanggap Putra. "Yuk keluar yuk. Syuh syuh." Lalu setelah semuanya telah keluar dari kelas menyisahkan keenam inti RANGELS tersebut, Putra menutup pintu kelas dari dalam dan kembali ke tempat duduknya bersama Arnold.

"Lo mau ngomong apa deh, Xel? Serem anjir lo tiba-tiba begitu." Jibril menatap Axelle yang duduk dihadapan mereka dengan tangannya yang bersidekap dada dengan tatapannya yang terlihat serius. Mereka tahu jika Axelle sudah seperti ini pasti Ada sesuatu yang serius telah terjadi. Apalagi sedari pagi Axelle terlihat serius dan tidak menanggapi saat mereka tengah bercanda ria.

"Gue denger SOZ nyerang salah satu anggota kita." Tutur Axelle menatap teman-temannya satu per satu. "Ada yang tahu soal itu?" Tambah Axelle membuat semuanya sketika diam.

Arnold, Zayn, Putra, maupun Jibril mencuri pandang pada Gibson yang terlihat biasa saja, meskipun dia juga sedikit terkejut mendendengar pertanyaan Axelle yang cenderung sebuah pertanyaan.

"Octa diserang sama Davin sama dua anggotanya tiga minggu lalu karena dia ngelaporin Davin ke polisi atas tuduhan percobaan pemerkosaan atas seorang perempuan di Klub malam. Octa sempet masuk rumah sakit, makanya waktu itu dia izin dengan alasan keluar kota sama keluarganya."

Axelle menggeram. "Kenapa enggak ada yang kasih tau gue masalah ini?" Axelle menatap teman-temannya satu per satu, menuntut jawaban. Axelle mula marah. "Kenapa lo semua nyembunyiin masalah ini dari gue?!"

Axelle menyentak meja dihadapannya dengan tangannya yang terkepal. semuanya diam, tidak berani membuka suara yang alan berakhir menjadi sasaran Axelle-- menyerahkan semuanya pada Gibson.

"Octa yang minta kita sembunyiin ini dari lo. dia enggak mau ngerepotin lo terus karena masalah yang dia buat. selain itu dia enggak mau lo yang bayarin biaya rumah sakit dia." jawab Gibson dengan tenang dan jujur apa adanya.

"dan kalian biarin dia nanganin masalah ini sendiri?" Tanya Axelle pada Gibson.

"Masalahnya udah beres. Gibson sama gue udah bicara sama Garret sama Davin." Sahut Zayn.

"Bicara kata lo? apa yang kalian bicarain? ngemis minta maaf sama mereka, hah?!" Bentak Axelle.

"ini bukan saatnya kita ngelawan mereka, Xel." tutur Gibson.

"terus kapan?! pas lo semua di celakaian sama mereka? setelah Lucya disakitin mereka?"

"ketua macam apa gue yang diem aja saat anggota gue diusik sama musuh gue? lo tau enggak gue tau masalah ini dari siapa?" Axelle menatap mereka satu per satu dengan berang. "Dari Robin sama Jason!"

Axelle berdiri dari duduknya. "Gue enggak peduli lagi, Gib apapun ucapan lo, gue bakal susun strategi buat nyerang mereka duluan sebelum anggota gue atau orang yang gue sayang jadi taruhannya."

"Xel." Gibson berdiri, menahan lengan Axelle membuat langkah lelaki itu terhenti. "Gue bilang ini belum saatnya." Desis Gibson tajam.

"Apa lagi yang lo tunggu?"

"Waktu yang tepat. Saat itu gue bakal bilang sama lo."

"Gue tau ada yang lo sembunyiin dari gue lagi."

Gibson terdiam.

"Disini gue ketuanya. Kalo gue kasih perintah, lo wajib laksanain." Tutup Axelle dengan tegas lalu ia menghentak lengannya yang di tahan oleh Gibson.

"Axelle, Gibson." Arnold mengangkat tatapannya dari ponselnya pada Axelle dan Gibson yang langsung menoleh padanya dengan tatapan bertanya. "Lucya sama Ayme berantem di toilet karena Hope di bully sama Ayme."

Detik itu juga, Axelle dan Gibson segera membawa langkah mereka keluar dari kelas tersebut dengan disusul yang lain.

***

"Sakit?" Axelle bertanya pada Lucya yang tengah memegang belakangnya yang tadi terbentur ujung wastafel. Ayme mendorongnya cukup kuat.

"Sakit lah. Dia dorongnya keras tau ga?" Kesal Lucya yang malah terlihat Lucu di mata Axelle.

"Dia siapa?" Bisik Lucya sembari melirikan matanya pada Krystal yang tengah berbincang Seru dengan Putra, Arnold, dan Jibril di dalam warmak, sementara ia dan Axelle bersantai di bangku panjang, di bawah pohon berdua. Krystal terlihat sangat akrab dengan kawan-kawan Axelle.

"Krystal Lyman. Sepupu gue dari pihak nyokap." Jawab Axelle membuat Lucya mengangguk sembari ber-oh-ria.

"Oalah pantes."

"Kenapa?"

"Mirip sama lo."

"Darimana nya mirip?"

"Mirip aja kalo menurut gue." Jawab Lucya sambil mengedikkan bahunya kecil.

"Yang ada dia mirip lo. Sama-sama galak, tapi lebih penurut lo."

Lucya sontak memukul dada kiri Axelle yang langsung berpura-pura meringis sakit. "Apa maksud lo penurut?"

"Sakit, aw."

"Bodo amat!" Tukas Lucya.

"Krystal!"

"What?" Seru Krystal menjawab.

"Come here!." Axelle memberi kode pada Krystal untuk menghampiri mereka dengan tangannya.

"Pardon? I'm not your assistant. Jadi kalo lo butuh gue, lo yang kesini." Seru Krystal dengan sinis lalu mengalihkan tatapannya dari Axelle.

Axelle menoleh pada Lucya. "See? exactly like you."

Lucya mengedikkan kedua bahunya.

"Kenapa enggak telpon gue?"

"Hm?" Lucya menoleh dengan tatapan bertanya.

"Kenapa enggak ngasih tau gue dulu sebelum lo samperin Ayme tadi?" Tanya Axelle dengan lembut.

"Selagi gue masih bisa tangani, gue enggak butuh bantuan lo."

"Gitu amat, neng. Jadi sedih enggak dianggap." Gurau Axelle.

Lucya mengernyit jijik. "Udah kena virus Putra ya lo?"

Raut wajah Axelle berubah datar. "Kemarin di katain jamet, tukang ojek, sekarang virus Putra."

"Putra! Enggak usah main ama gue lagi lo!" Seru Axelle frustasi. Putra yang merasa namanya disebut mengernyit dari jauh melihat tingkah Axelle. Begitu juga yang lain, memfokuskan perhatian pada Axelle dan Lucya.

"Salah gue apa, Allah gusti?!" Putra mengacak rambutnya, ikut frustasi.

"Lus! Semenjak ama lo si Axelle makin aktif ya!" Seru Zayn menggoda membuat mereka mendapatkan siulan jahil dari Putra, Jibril, Arnold dan beberapa anggota Rangels yang berada disana.

"Dikasih susu apa anaknya, jeng?" Celetuk Jibril membuat yang lain terbahak. Apalagi melihat raut wajah Axelle yang berubah menjadi dingin seketika.

"Anjing lo." Desis Axelle yang dapat di mengerti oleh teman-temannya dari gerakan mulutnya.

"Jangan kasar. Manusia itu, bukan anjing." Tegur Lucya membuat Axelle menoleh padanya dan memberikan senyumnya yang sayangnya hanya berlangsung tiga detik saja karena setelah itu Axelle menaruh telapak tangannya pada ubun-ubun Lucya.

"Hari ini lo sibuk?"

Lucya sedikit mengerucutkan bibirnya dengan kerutan di dahinya— tengah berpikir sebelum ia menggeleng. "Enggak sih, cuman ada kerja kelompok aja sama Sarah ama Hope abis dari sini."

"Mau gue anterin?"

"Enggak usah, gue bawa mobil, masih di Victory. Nanti anterin gue ke sekolah aja." Tolak Lucya. Ia menurunkan tangan Axelle yang bersarang di atas kepalanya, tidak enak di lihat teman-teman Axelle dan beberapa anggota geng lelaki itu.

Axelle mengangguk. "Berarti nanti malam enggak sibuk?"

"Iya. Memangnya kenapa?" Tanya Lucya berharap lelaki itu akan mengajaknya pergi nanti malam, namun jawaban Axelle selanjutnya harus membuat Lucya menelan harapannya dalam-dalam.

"Gapapa." Jawab Axelle membuat wajah Lucya yang tadi terlihat sumringah meskipun samar, menjadi masam.

"Enggak usah nanya kalo gitu." Ketus Lucya membuang muka.

Axelle tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya di sebelah Lucya. "Kenapa? Berharap gue ajak jalan?"

Lucya menoleh cepat lalu menggeleng. "Pede banget."

"Jujur aja kalo pengin gue ajak Jalan?" Tanya Axelle masih ingin menggodanya.

"Enggak lo ajak jalan juga, banyak yang ngajakin gue jalan. Wle..." Tanggap Lucya diakhiri juluran lidahnya sebelum kembali membuang muka dari Axelle.

"Gue mendaftar ngajak jalan nanti malam, diterima enggak?"

Ada rasa senang mendengar ajakan Axelle tersebut, namun ia tidak boleh mengangguk begitu saja. "Terserah."

"Jam berapa?"

"Terserah."

"Enggak ada jam terserah. Yaudah, enggak jadi kalo gitu." Lucya melotot, ia dengan cepat menahan lengan Axelle saat lelaki itu bersiap untuk berdiri.

"Eh, jangan."

Axelle yang sudah berdiri dengan satu lengannya di tahan Lucya dan satunya lagi masuk ke saku celananya, menatap Lucya dengan kedua alis terangkat. Sengaja memancing gadis itu. "Apanya jangan?"

Emang anak kampret nih. Batin Lucya.

Lalu dengan wajah yang dibuat cuek, Lucya berkata, "Jangan enggak jadi nanti malem." Ucap Lucya dengan intonasi suara yang rendah, membuat Axelle kembali duduk disebelahnya.

"Gitu dong. Sama gue jangan jual mahal, sama yang lain aja."

***

Lucya mengetikkan sesuatu di laptopnya. Dia baru saja dari Warmak dan langsung menuju Starbucks yang terletak tidak jauh dari SMA Victory bersama Sarah untuk mengerjakan makalah ilmiah Bahasa Indonesia. Seharusnya kini Hope bersama dengan mereka karena dia termasuk dikelompok mereka, namun tadi Gibson membawanya pergi entah kemana.

"Gue mau ngomong sesuatu, Lus." Sarah berucap dengan ragu. Jemari-jemarinya saling menaut karena sedikit gugup.

Lucya mengerutkan keningnya lalu terkekeh kecil. "Ngomong aja kali, lo kek abis maling aja ampe gitu."

"Ya, kagak lah, gila lo." Cetus Sarah cepat.

"Ya, makanya ngomong aja."

Sarah mencondongkan tubuhnya—mendekati Lucya, ia terlihat menghela napas panjang terlebih dahulu sebelum akhirnya ia bersuara, "Jadi, kemarin kan gue jalan sama Arnold, terus karena gue bosen pas dia lagi mesen makan, gue ngebuka WA nya dan karena yang paling atas si Axelle, ya udah gue buka punya Axelle..." Sarah menjeda membuat Lucya semakin dibuat penasaran.

"Terus apa? Jangan setengah-setengah dong, benci banget gue ama lo." Kesal Lucya membuat Sarah meringis kecil.

"Terus, gue iseng-iseng pengin liat chattan mereka dong, gue enggak niat baca cuman gue main scroll aja ke atas-atas tuh, terus gue... gue enggak sengaja berhenti di bagian chat mereka yang ngomongin lo."

Lucya mengernyit dalam. "Hah? Kok ngomongin gue sih? Terus terus?"

Sarah menggaruk pelipisnya, terlihat bingung. "Aduh, gimana ya. Um, lo liat aja sendiri deh, gue sempet foto soalnya." Sarah dengan berat hati membuka kunci ponselnya dan memberikannya pada Lucya.

Lucya yang sudah mati penasaran pun mengambil ponsel tersebut dari tangan Sarah. Matanya dengan fokus membaca chattan milik Axelle dan Arnold. Raut wajahnya pada awal membaca pesan yang dikirimkan oleh Axelle biasa saja, namun beberapa detik kemudian ia dibuat kaget dan mematung dengan jarinya yang tiba-tiba menjadi gemetar.

Pak boss Axelle
Gue mau crta

Arnold
Setengah jam lima ratus ribu ye😁

Pak boss Axelle
Serius gue

Arnold
Gue juga serius ngab

pak boss Axelle
Iya terserah

Arnold
Nah gini kan tentram idup

Arnold
Ok sesi curhat dimulai

Pak boss Axelle
Niat awal gue ke Lucya brengsek, gue deketin dia buat jadi pelampiasan aja biar gue bisa lupain Grace

Arnold
Sama kaya yg lo lakuin ke Tiffany? Abis itu lo ngilang gitu aja saat lo ngerasa dia gk bisa buat lo lupain Grace. Gitu kan?

Arnold
Lucya gk pantes lo gituin Xel

Pak Boss Axelle
Iya, gue tau. Kadang dia slalu mengingatkan gue akan Grace.

Arnold
Lucya ya Lucya. Klo lo emg gk bisa ama dia yaudah batalin perjodohan lo sama dia, jangan bertahan sama dia karena lo liat dia mirip sama mantan lo itu

Arnold
Sekarang perasaan lo ke dia apa?

Pak Boss Axelle
Yg jelas gue nyaman sama dia. Gue ga sampe ke hati jadiin dia pelampiasan, Nold. Gue deketin dia sekarang pure krn gue tertarik sama dia setelah gue dijodohin sama dia, bukan juga terpaksa karena dia calon tunangan gue.

Arnold
Kalo gitu lanjutin. Lupain si Grace seratus persen dan sepenuhnya buka hati lo buat Lucya.

Arnold
Gk ada yang mau dijadiin pelampiasan seseorang buat ngelupain masa lalu orang itu, Xel.

Pak Boss Axelle
ya thanks nold

Sakit? Tentu saja, itulah yang Lucya rasa kan sekarang. Mengetahui niat awal Axelle padanya, meskipun lelaki itu mengatakan sekarang dia mendekati Lucya sekarang karena tertarik dan nyaman padanya, tetapi tetap saja niat awalnya pada Lucya karena seorang perempuan lain, perempuan yang lebih dulu hadir dihidup lelaki itu. Apalagi Axelle melihatnya sebagai gadis yang bernama Grace itu.

"Sorry." Gumam Sarah, menatap Lucya yang mematung ditempatnya dengan tatapannya yang menatap lurus.

"Chattan itu seminggu lebih yang lalu, Lus. Jujur aja Gue sebenarnya enggak mau ngasih tau lo, tapi gue tau lo berhak tau juga biar lo bisa buat keputusan mau lanjut sama Axelle atau enggak." Ucap Sarah dengan tatapannya yang tertuju pada Lucya yang hanya terdiam ditempatnya.

"Grace siapa?" Tanya Lucya, akhirnya menoleh pada Sarah.

"Grace itu mantan pacarnya Axelle. Mereka dari kelas sembilan SMP, putus pas semester terakhir kelas sepuluh. Si Grace tiba-tiba ngilang gitu aja, pindah sekolah enggak tau kemana. Sampai sekarang dia enggak ada kabar. Terus um... sebenarnya Tiffany itu mantannya Axelle juga yang mana temennya Grace tapi cuman bertahan beberapa minggu karena abis itu Axelle yang mutusin Tiffany gitu aja."

"Dia dijadiin pelampiasan doang?"

Sarah mengangguk. "Sikap Axelle ke Tiffany juga dulu agak gimana gitu deh, dia enggak terlalu peduli gitu padahal itu udah pacaran. Bodo amat gitu sama Tiffany. Beda ke lo, Lus. Dari awal lo deket sama Axelle gue agak khawatir lo bakal berakhir kayak Tiffany, tapi pas liat sikap Axelle ke lo, gue yakin pasti dia deketin lo karena dia suka sama lo, Lus."

"Jujur aja, Axelle tuh semenjak kenal lo dia jadi lebih berekspresi. Setelah putus dari Tiffany, enggak ada yang di deketin dia, bahkan cewek ngedeketin dia ujung kuku aja langsung di tolak."

Lucya menelan ludahnya, kedua bahunya merosot dengan tatapannya yang sudah berubah menjadi sayu.

"Emang gue mirip sama Grace itu?" Tanya Lucya lagi dengan nada rendah.

"Ya kagak lah, gila! Lo mah lebih lebih daripada Grace. Tuh anak sebenarnya agak songong tau ga!" Ucap Sarah cepat dengan kedua tangannya yang melambai.

Lucya menghela napasnya panjang. Ia memaksakan senyumnya. "Jadi menurut lo gue harus gimana sekarang?"

"Lo... udah suka kan sama Axelle?" Lucya mengangguk yakin.

"Yaudah, jalanin aja. Semua orang juga sadar kali kalo Axelle tuh suka sama lo. Lo enggak perlu khawatir, sekarang adanya Lo, bukan Grace. Lo juga kan jelas-jelas calon tunangannya, kesayangan mamanya lagi." Ucap Sarah berusaha menaikan mood Lucya yang sudah menjadi down karena hal itu.

"Tapi walaupun gitu, gue minta sama lo jangan jatuh terlalu dalam ya sama dia. Jangan lo, biar Axelle aja." Pesan Sarah sembari meremas pelan bahu Lucya.

Lucya tidak menanggapi. Ia menatap makalah yang sudah ia ketik. Sarah terlambat. Justru sepertinya Lucya lah yang sudah jatuh terlalu dalam.

TO BE CONTINUED.

Axelle Alterio

Lucya Aretha

Gibson Ariendra

Jibril Wijaya

Zayn Sinclair

Putra Siahaan

Arnold Prasetya

HOPE YOU LIKE THIS PART!

SPAM EMOT REACT UNTUK PART INI DUND^^

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN!! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Sincerely,
Lou.

Go Follow :
@Loucamilee_
@axelle.alterio

Continue Reading

You'll Also Like

278K 19.6K 49
~Warning!~ •DILARANG PLAGIAT!! •up dua hari sekali •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rac...
5.1M 374K 63
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
238K 4.9K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
753K 55.8K 60
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...