AXELION

By starlightlui

162K 11.6K 658

"She's my greatest HELLO and the hardest GOOD BYE." *** Hanya berawal dari insiden kecil yang malah membawa b... More

PROLOG
Part 1 - Insiden Kecil
Part 2 - Dia Lagi!?
Part 3 - Kalung Ursa Minor
Part 4 - Hukuman Pagi
Part 5 - Perjanjian
Part 6 - Hangover
Part 7 - Rumor [1]
Part 8 - Rumor [2]
Part 9 - He's Everywhere
Part 10 - Threat
Part 11 - Feel Sorry
Part 12 - The (Fake) Girlfriend
Part 13 - Tamu Istimewa
Part 14 - Pingsan
Part 15 - Dijodohkan
PART 16 - Langit Malam Tanpa Bintang
Part 17 - Late Again
Part 18 - The Punishment
Part 19 - Anggota Baru Sixers
Part 20 - Teman
Part 21 - This Feeling
PART 22 - The Basketball Match
Part 23 - Pasangan Dadakan
Part 25 - The Truth
Part 26 - Dinner With Her Family
Part 27 - Aku?
Part 28 - A Night With Him
Part 29 - Beauty And The Beast
Part 30 - Sisi gelap Axelle
Part 31 - She's Weak
Part 32 - Let's Dating

Part 24 - What If More Than Friend

2.6K 234 56
By starlightlui

HALO, SEMUANYA!!

Axelle Lucya update!!

SEBELUM ATAU SESUDAH BACA JANGAN LUPA BINTANG KECILNYA YA!!

SORRY FOR THE TYPO...

HAPPY READING!!

___________________________

PLAYLIST : Hailee Steinfeld - Starving.

***

Lucya masih terkejut melihat Keenan, ia bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sekarang datang kesini menjadi penyesalan-nya. Dia berharap dia bisa menghilang dari hadapan Keenan sekarang juga tapi tentu saja itu sangat mustahil, maka dari yang sekarang ia harapkan Jason atau Axelle yang menyelamatkannya dengan membawanya segera pergi dari sini.

Bayangan saat bagaimana Keenan dulu selalu melecehkannya jika ada kesempatan dan bahkan pernah mencoba untuk memperkosanya muncul, membuat Lucya harus menghilangkan bayangan tersebut agar ia tidak menjadi lemah dihadapan lelaki itu.

"Sorry. Gue permisi." Lucya memberanikan dirinya. Menarik kuat lengannya yang dipegang kuat oleh Keenan dan melangkah sedikit menjauh dari lelaki itu. Ketika Lucya berbalik, ia melihat Axelle yang tengah melangkah ke arahnya dengan alisnya yang menaut.

Dengan segera, Lucya berlari menghampirinya dan tanpa berpikir panjang Lucya memeluk Axelle membuat langkah lelaki itu sedikit mundur karenanya. Axelle terkejut. Tangan kanannya yang berada di saku celana perlahan keluar dengan kaku, namun begitu ia menaruh tangannya pada punggung Lucya.

"Get me out of here, please." Ucap Lucya berbisik. Ia benar-benar sudah tidak perduli apa-apa lagi sekarang, persetan jika sekarang mereka telah menjadi pusat perhatian, yang ia inginkan hanya merasa terlindungi dan keluar dari tempat itu sekarang juga.

"Oh my god... itu pacarnya? Gue kira tuh cowok temennya." Tanya Chelsea terkejut dengan tangannya yang menutup mulutnya.

"Lucya berpacaran? Sumpah? Her mom and uncle Troy will kill her." Timpal Kayla.

Sementara Jennifer dan Keenan hanya diam, menatap Lucya dan Axelle yang sudah melangkah keluar dari ballroom. Dengan tatapan Jennifer yang terkejut bercampur ketidak terimaan dan Keenan dengan tatapan yang tidak dapat dibaca.

***

Axelle memilih membawa Lucya ke sebuah apartment minimalis yang terletak tidak jauh dari hotel tempat diselenggarakan acara ulang tahun paman tiri Lucya. Apartment ini adalah milik Inti Rangels yang mereka beli dengan uang milik mereka masing-masing— tempat berkumpulnya mereka atau tempat tinggal mereka jika mereka ada masalah dirumah mereka.

Sebelum ia dan Lucya kemari. Axelle sempat bertanya dulu apakah ada orang di loft atau tidak. Dan disini lah mereka, sama-sama bungkam di balkon, tidak ada yang berbicara sedari tadi. Lebih tepatnya, Axelle menunggu Lucya untuk membuka suara duluan. Gadis itu sedari tadi tidak mengatakan apapun, membuat Axelle jadi khawatir terhadapnya.

"Lo enggak mau ngomong?" Tanya Axelle setelah berdehem.

Lucya tersenyum sekilas lalu menggeleng kecil.

"Gapapa?"

"Kalo gue bilang gapapa, gue bohong. Kalo gue bilang gue kenapa-napa, gue enggak bisa jelasin alasannya ke lo." Jawab Lucya lalu menghela napasnya.

Axelle terdiam beberapa saat menatap gadis itu, lalu ia menangguk-angguk dengan matanya yang sedikit menyipit. "Kayaknya rumit amat, neng."

Lucya menoleh padanya lalu mengernyit jijik melihat wajah Axelle yang sok dramatis. "Apaan sih, udah kayak jamet." Celetuk Lucya asal sembari memukul kecil bahu Axelle.

Axelle seketika merubah wajahnya menjadi datar membuat Lucya tertawa kecil. "Jametan juga sepupu lo." Timpal Axelle yang malah mengejek Jason yang tidak ada hubungannya dengan mereka sekarang.

Keknya dendamnya udah mendarah daging. Batin Lucya.

"Berarti lo ngaku lo jamet dong? Bedanya jametan Jason. Gitu?" Tanya Lucya menyimpulkan.

"Darimananya gue jamet? Coba sini jelasin." Axelle mendekatkan wajahnya pada Lucya, dan menatap wajah gadis itu dengan senyum tipisnya.

Lucya yang juga tengah bersitatap dengan Axelle, seketika menjadi gugup. Ini bukan pertama kalinya dia merasa seperti ini karena Axelle. Apalagi semenjak perlakuan Axelle berubah padanya. Tentu saja Lucya cukup peka dengan menyadari Axelle yang belakangan ini menjadi lebih mencair dengannya, semenjak hari dimana Lucya marah kepadanya. Ya, semenjak hari itu.

"Emangnya jamet itu apa?" Tanya Lucya polos.

Axelle memundurkan wajahnya lalu terbahak. "Jadi lo enggak tau artinya tapi lo ngatain gue jamet?"

Lucya mengangguk. "Emang apa? Emang artinya apa, Axelle? Jorok ya? Kasar? Atau apa?" Desak Lucya menjadi panik tiba-tiba.

Axelle tersenyum jahil. "Jorok banget artinya, Sya."

"Serius? Astaga, gatau! Maaf, maaf! Kenapa lo enggak bilang-bilang sih? Ah, lo mah." Omel Lucya sembari terus memukul bahu Axelle pelan.

"Kenapa jadi gue yang disalahin?" Axelle memegang bahunya yang menjadi sasaran empuk Lucya.

"Emang salah lo kok, enggak bilang-bilang."

"Makanya kalo ngomong jangan semabarangan, itu cari tau dulu artinya, neng." Ucap Axelle, menekankan kata terakhirnya lalu terkekeh rendah.

"Nang neng nang neng, udah kayak tukang ojek lo." Celetuk Lucya membuat dia tertawa sendiri, merasa lucu.

Axelle tidak menanggapi. Ia hanya mengangguk-angguk, menerima saja dikatai seperti itu oleh Lucya yang penting ia dapat melihat Lucya tertawa seperti sekarang. Entahlah, Axelle merasa ada yang tidak beres dan khawatir pada Lucya tadi. Namun ia juga masih tahu batasan untuk tidak memaksa Lucya bercerita, itu adalah haknya.

Tiba-tiba saja Axelle mengangkat tangannya, bergerak menyisihkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah gadis itu ke belakang telinganya. Perlakuan tersebut membuat Lucya seketika mematung dengan tawanya yang sudah terhenti.

"Dengan bilang ini, mungkin bakal buat lo jadi sedih lagi. Tapi kalo ada apa-apa yang menganggu lo, cerita ke gue. Jangan di pendam sendiri. Gue bakal selalu ada buat lo, Sya, kapanpun lo butuh gue."

Lucya terdiam, saling melemparkan tatapan dengan Axelle. "Janji enggak?" Sungguh, dia tidak sadar jika kalimat itu akan keluar dari mulutnya, dia kira dia berucap seperti itu dalam hati.

"Iya, gue janji." Namun mendengar jawaban Axelle bersamaan dengan tangan lelaki itu yang begerak ke ubun-ubunnya, senyum Lucya terukir masih enggan mengalihkan tatapan keduanya pada satu sama lain.

"Pantas enggak kalo sama temen kayak gini?" Tanya Lucya menarik tangan Axelle yang bersarang pada ubun-ubunnya dengan jarak mereka yang dekat. Ini sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungnya dan dia harus mengakhiri ini, namun sepertinya justru dengan berucap seperti itu juga adalah sebuah kesalahan karena ucapan Axelle selanjutnya justru membuat jantungnya semakin tidak karuan.

"What if more than friend?" Tanya Axelle masih enggan mengalihkan fokusnya dari Lucya dan tangannya yang tetap berada di ubun-ubun gadis itu.

Lucya yang tidak tahu harus berkata apa hanya menatapnya dengan polos, "Hah?"

"Lo mau makan? Ayo, gue orderin Pizza." Ucap Axelle mengganti topik dan langsung berdiri dari duduknya, mengacak sebentar rambut Lucya lalu pergi— masuk ke dalam Apartment tersebut.

Seperginya Axelle, Lucya mengambil oksigen sebanyak mungkin dengan tangannya yang berada di dadanya, merasakan jantungnya yang berdetak kencang. "Axelle, sialan."

***

Bel istirahat kedua telah berbunyi dari enam belas menit yang lalu, namun kedua gadis di dalam kelas XI IPS 1 tidak memiliki niat menghentikan pembicaraan mereka untuk ke kantin atau restoran untuk makan. Lucya dan Sarah memang memilih untuk tidak makan ke restoran sekolah karena mereka di istirahat jam pertama telah menghabiskan dua piring bakso bersama.

"Lucya, Sarah."

Lucya dan Sarah yang tengah asik berbincang menoleh pada seorang gadis yang tidak mereka kenal yang memanggil mereka.

"Ya, Ada apa?" Tanya Lucya lebih dulu bersuara.

"Gue sebenarnya enggak mau ikut campur, tapi tadi gue enggak sengaja liat Hope di seret sama Ayme sama geng nya ke toilet lantai satu." Adu gadis itu sedikit ragu.

Lucya yang mendengarnya tanpa aba-aba berdiri dari duduknya bersama Sarah, Lucya hendak melangkah ketika gadis yang tadi menahan tangannya. "Tolong ya, jangan bilang kalo gue yang ngasih tau ke lo. Tolong banget."

"Iya, tenang aja. Makasih ya." Lalu setelah itu Lucya berlari keluar kelas untuk menuju ke kamar mandi, meninggalkan Sarah yang masih berterima kasih pada gadis tadi.

Begitu sampai di depan pintu toilet perempuan, Lucya membuka pintu tersebut dengan kasar membuat murid-murid yang berlalu lalang terkejut karenanya.

Ketika ia masuk, pemandangan pertama yang dia dapatkan yaitu Ayme yang tengah menjambak rambut Hope dengan jemarinya yang tertancap pada dagu Hope dan tiga teman-temannya juga ikut mengerubungi Hope.

Mereka seketika menoleh pada Lucya yang sekarang tersenyum sinis dengan tatapan tajamnya pada Ayme. "I pity you so much." Ucap Lucya menatap Ayme. "All of you." Tambahnya dengan tatapan malasnya yang tertuju pada ketiga teman Ayme— Brianna, Felicia, dan Tresia.

"Gue lagi enggak berurusan sama lo. Lo bisa keluar dari sini. " Tanggap Ayme tanpa melepaskan jambakannya pada Hope.

"Apapun itu yang menyangkut tentang sahabat gue, itu urusan gue juga." Tekan Lucya. "Ah, gue lupa, mana tahu si lo apa itu solid. Kan lo enggak punya teman, apalagi sahabat."

Cengkraman Ayme pada rambut Hope semakin mengerat, membuat Hope sedikit meringis namun segera menyembunyikannya dari Lucya tapi Lucya sudah lebih dulu melihatnya.

"Mereka..." Lucya menunjuk ketiga teman Ayme yang sedari tadi hanya diam bagaikan patung. "Suatu hari saat masa kejayaan lo habis, mereka bakal campakin lo, kemungkinan besar menjadi musuh lo."

Lucya melangkah mendekati Ayme yang terkekeh sinis. "Modal tameng Rangels sama geng Robin aja lo belagu ya."

Lucya tidak menanggapi. Tangannya mencengkram pergelangan tangan Ayme yang masih mencengkram rambut Hope. "Lepas." Desis Lucya rendah.

Ayme mencebikkan bibirnya dengan raut muka yang dibuat sedih dan menggeleng bersamaan dengan tangannya yang semakin menarik rambut Hope, membuat wajah gadis itu semakin mengadah ke atas.

"Lepas." Ucap Lucya sekali lagi. Cengkramannya semakin mengerat dengan tatapannya yang tiba-tiba saja terlihat menyeramkan dimana Ayme dan itu berhasil menyentil dirinya seketika.

Sial. Tidak Ada yang pernah memperlakukan seorang Ayme seperti ini sebelumnya. Dia lah yang melakukan hal seperti itu pada orang lain.

"Are you deaf?" Dalam detik itu juga Lucya menarik tangan Ayme dan mencengkram kerah jas seragamnya— mendorong Ayme ke tembok, membuat ketiga teman Ayme terkejut. Brianna hendak menarik Hope ketika Sarah yang baru saja datang segera menarik Hope duluan ke belakangnya.

"Lo!" Bentak Ayme pada Lucya yang hanya menangkat satu alisnya.

"Dengan tingkah lo yang makin kayak gini, apalagi ke sahabat gue, makin bikin gue bersemangat dan punya alasan kuat ngambil posisi kapten cheers dari lo." Desis Lucya dengan pancaran marah dari kedua matanya.

Ayme tertawa, "lo mau ngambil posisi gue? Lo cuman anak baru. Kalo bukan karena Axelle, Robin sama Jason, lo cuman butiran debu disekolah ini, Lucya."

Ayme mencengkram kedua bahu Lucya dan mendorongnya sampai terbentur ke wastafel. Lucya membiarkan Ayme memojokannya.

"Sorry. Gue enggak pake koneksi orang lain untuk dikenal. Gue pake bakat dan usaha gue sendiri." Tutur Lucya menohok.

"Lo tau apa? You are so pathetic, Ayme." Ucap Lucya disusul senyum mengejeknya pada Ayme yang berhasil menyulut seluruh emosi Ayme.

Tangan Ayme yang satu terangkat akan menampar Lucya, namun sebelum tangan itu mendarat di pipi mulus Lucya tangan seseorang lebih dulu menghentikannya.

"Ini yang ketiga kalinya dalam sehari gue liat lo bully orang." Semua orang menoleh pada sumber suara tersebut. Termasuk Lucya yang ikut menoleh pada gadis cantik bermata belo yang memakai eyeliner tipis dan bibirnya yang dipakaikan liptint merah muda.

Gadis itu melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan Ayme lalu mengulurkan tangannya. "I'm Krystal."

Ayme menatapnya sinis dengan ujung bibirnya yang terangkat. "Berani-beraninya lo! Dasar kurang ajar, Keluar!" Teriak Ayme marah.

Gadis yang bernama Krystal itu tetap bergeming. Dia bersidekap. Senyum tipisnya sirna dan memutar kedua bola matanya. "Gimana kalo lo aja yang keluar? Hmm?"

Ayme semakin dibuat marah sekaligus terkejut olehnya. Apa lagi sekarang? Lucya yang lain lagi? "Keluar sekarang, selagi gue masih kasih kesempatan sama lo dan jangan berani-beraninya lo nantangin gue. Keluar!"

Krystal berdecak, "Wah, you acted like you're the queen in here. Oh, goodness, Are you?"

"Lo! Felicia, Briana, Tresia! urus nih orang, gue enggak—," ucapan Ayme menggantung bersamaan dengan tubuhnya yang tiba-tiba diputar menghadap dinding lalu terdorong ke depan, menempel pada tembok dengan satu tangannya yang dilipat dibelakang tubuhnya oleh Krystal.

"Gue juga pembuli, tapi bedanya, I played clean and smart. While you're dumb." Bisik Krystal tidak menghiraukan Ayme yang tengah menahan sakit. "Dan yang selalu gue bully itu orang sampah kayak lo."

"Woy! Woy! Woy!" Pintu terbuka dan masuk lah segerombolan laki-laki berjaket Rangels yang terdiri dari enam orang yang tak lain adalah Axelle dan teman-temannya. oh, jangan lupakan Robin dan Jason yang ternyata bersama dengan mereka.

"Jago lo semua? Ngebully bully kayak gini?!" Bentak Axelle menatap Brianna, Felicia dan Tresia.

Lucya membenarkan jas seragamnya yang sedikit lecek dibagian kerahnya akibat cengkraman Ayme tadi. Belakangnya juga terasa sedikit sakit karena Ayme yang mendorongnya sampai menabrak ujung wastafel.

"Lo! Lepasin Ayme sekarang!" Titah Axelle pada Krystal yang membelakanginya. Krystal menurut, melepaskan Ayme dan mengangkat kedua tangannya lalu membalikan badannya.

Raut muka Axelle dan teman-temannya berubah ketika Krystal membalikan badannya dan tersenyum pada mereka.

"Krystal?" Kata Axelle, Gibson, dan Zayn bersamaan.

"Hello, brothers." Sapa Krystal dengan sumringah pada keenam lelaki itu.

"Lo kok disini?" Tanya Axelle padanya sebelum Axelle melirik Gibson yang tengah merangkul Hope yang juga sama terkejut dengannya.

"Shh, udah. Kita bahas itu nanti. Now, this girl bullied this girl. I'm just trying to save her." Jelas Krystal sembari menunjuk Ayme lalu Lucya.

Axelle menoleh pada Lucya lalu segera mendekatinya. Dia sampai lupa bahwa dia kesini untuk Lucya dan Hope. Sarah memang meminta bantuan pada Axelle dengan menelpon melalui Arnold sebelum ia kesini.

"Lo gapapa?" Tanya Axelle khawatir sembari merapihkan rambut panjang Lucya yang sedikit berantakan dan jas seragam gadis itu.

"Iya, gapapa."

Axelle menoleh tajam pada Ayme sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Lucya. "Dia ngapain lo?"

Lucya mengangkat pandangannya pada Axelle lalu menoleh pada Jason dan Robin yang juga tengah menunggu jawabannya. "Ayme tadi ngejambak Hope terus dorong gue ke wastafel dan nampar gue." Jawab Lucya lalu menunduk. Sengaja berbohong di kalimat terakhirnya.

Ayme membelak, tidak terima. ia melangkah, mencoba mendekati Lucya untuk menamparnya, namun Axelle lebih dulu melindungi tubuh Lucya dari jangkauan Ayme bersamaan dengan Jason dan Robin yang langsung berdiri dibelakang Axelle. "Udah cukup lo bully yang lain, tapi kalo lo bully sepupu gue, gue enggak bakal tinggal diam gitu aja. Lo tahu akibatnya kalo macam-macam sama gue." Ancam Jason memegang lengan Ayme yang akan menampar Lucya dengan kuat.

"Gue enggak nampar dia! Dia yang dorong gue duluan!" Sentak Ayme di depan wajah Jason.

"Mana ada sih penjahat yang mau ngaku. Apalagi kalo orang kayak lo." Sahut Krystal dengan bersidekap dada.

Lucya menatap Ayme yang juga tengah menatapnya tanpa bersahabat sedikitpun lalu detik kemudian Lucya tersenyum miring padanya. Bukankah orang seperti Ayme juga harus diberi pelajaran?

TO BE CONTINUED.

Axelion Alterio

Lucya Aretha

Krystal Lymann

Ayme Hartono

HOPE YOU LIKE THIS PART!

YUK SPAM "NEXT" FOR NEXT UPDATE! NANTI AKU USAHAKAN UP CEPET YA^^

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN!! Also Follow me if u haven't yet 🤗

Sincerely,
Lou.

Go Follow :
@Loucamilee_
@axelle.alterio

Continue Reading

You'll Also Like

531K 26K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
445K 47.1K 20
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
476K 17.7K 32
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
436K 33.6K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...