Bonbon

By Wulandarr

1.4M 66.6K 3.5K

Lu pernah ngayal nggak sih tentang hidup dikelilingi cogan? Pasti pernah dong. Sama kayak Bonbon. Nih anak ga... More

1 || Dokter Mesum
2 || Disangka Ena-Ena
3 || Bonbon Ngeres
4 || Jam Terbang Bonbon
5 || Pasukan Ayan
6 || Ciuman Kampred
7 || Babu-babuan
8 || Komandan Parkir
9 || Vano Seksi
10 || Digrepe Vano
11 || Cogan Euy
12 || Menyleding Curuts
13 || Kagak Murahan
14 || Bara Api
15 || Mabok Miras
16 || Etdah Gue Sial
17 || Bego Squad
18 || Dimsum
19 || Terong Sawah
20 || Bukan Mewek Biasa
21 || Kehamilan Gita
22 || Masalah Pun Selesai
23 || Curuts Ayan Patah Hati
25 || Penjahat Kelamin
26 || Bendera Putih
27 || Mesumers
28 || Model Majalah Bobo
29 || Bara, Ardan, Fabi, Zeo
30 || Cogan Somplak
31 || Kondangan Bonbon [END]
Ngebet Goyang [BONUS]

24 || Bonbon Mundur

37.9K 1.9K 53
By Wulandarr


BONBON MUNDUR

***

[Author POV]

Tiga bulan kemudian...

Suara ricuh di SMA Flamboyan itu terdengar diseluruh sekolah. Para murid itu sedang memancarkan aura ceria. Mereka satu sama lain saling mencoret, berfoto, menangis haru, tertawa dan lain-lain.

Tiga curut itu tertawa bersama-sama. Banyak teman mereka yang meminta tanda tangan dan foto bersama.

"Ardan! Gue mau foto sama lo!"

"Fabi.. tanda tanganin baju gue!"

"Dan, foto bareng yuk!"

"Dan lo tanda tangan baju gue dong.."

"Zeo fotoin kita.."

"Ze, lo tanda tangan disini dong.."

"Fabi, tanda tanganin case handphone gue!"

"Zeo, wajah lo pea bener!"

"Haha Dan liat deh.."

Mereka saling tersenyum satu sama lain. Gadis yang belum ada satu coretan dibaju nya itu pun mendekat ke kumpulan mereka. Bonbon dengan spidol permanen bewarna biru dan hitam ditangan nya mencoba berjalan mendekat.

Dibibir nya sudah ada permen tangkai bewarna-warni. Langkah Bonbon mendekat. Setelah mereka berpisah. Bonbon menjadi lebih pendiam. Ia nya gadis yang tidak punya teman lagi. Banyak wanita yang memusuhi nya, mulai dari fans Vano sampai fans para curut, terkecuali Nadhine. Gadis itu masih mau menemani nya kemana pun.

Bonbon menggaruk tengkuk nya. Antara gugup dan gengsi berperang dihati nya.

Fabi yang pertama kali melihat Bonbon hanya tersenyum. Fabi berjalan mendekat ke Bonbon, meninggalkan krumunan nya itu.

Spontan Fabi langsung memeluk Bonbon, Bonbon kaget dan tersadar bahwa itu Fabi. Bonbon membalas pelukan Fabi.?

"Gue minta maaf sama lo yaa Fabi.." pinta Bonbon teredam, karena kepala nya berada dilekukan leher Fabi.

"Iya Bon.. Maafin gue juga karna udah jaga jarak sama lo. Lo kan nggak salah. Sekarang gue udah nganggep lo sahabat kok.."

"Hiks iya Fabi.. gue tetep sayang lo kok. Walaupun lo jahat kayak kemarin sama gue.."

"Haha iya Bon.."

Fabi melepaskan pelukan dari Bonbon. Fabi menatap Bonbon, gadis yang dicintai nya dulu.

Bonbon tersenyum. "Lo ganteng banget kalo rambut lo kayak gitu. Gue saranin lo jadi arsitek deh, keren-keren gitu.."

Fabi mengangkat bahu nya. "Belum kepikiran, masih males mikir.."

"Ck! Jangan dong.. Lo itu harus rencanain dari awal apa cita-cita lo!" nasehat Bonbon mengelap air mata nya.

"Iya bawel!" seru Fabi bosan.

"Nah lu sendiri mau jadi apa?" tanya Fabi lagi. Ia memasukan tangan nya ke dalam saku celana. Anjir ganteng!

"Gue?"

"Gue.. sebener nya sih nggak pengen jadi apa-apa. Gue mau jadi pengusaha aja.."

"Usaha apaan nih?"

"Buka salon mobil sama butik.."

"Widih keren tuh, butik? Butik apaan?"

"Ya baju lah Fabi! Masa butik pakaian dalem? Kan aneh!"

"Haha boleh juga tuh, kan jarang butik yang isi nya celana dalem, mungkin butik lo jadi yang pertama.."

"Ya kali,"

Bonbon tersenyum. "Hai Ardan.. Zeo!" sapa nya kikuk melihat Ardan dan Zeo berjalan dibelakang Fabi.

"Itu.. Gue kesini, cuman mau.."

"BONNN!" teriak Zeo gembira, ia segera memeluk Bonbon dengan erat.

Bonbon juga membalas pelukan Zeo. "Zeo, maafin gue yah.. Maaf gue udah gantungin perasaan lo, gue nggak tau.. hiks, maaf gue-"

"Iya Bon.. nggak papa.. bukan lo yang salah.."

"Jadi siapa yang salah? Elo gitu?" tanya Bonbon disela-sela tangis nya. Otak nya masih setia berpikir.

Zeo terkekeh geli. "Bukan gue juga lah.. nggak ada yang salah, gue rasa itu cinta sesaat aja, sekarang gue udah nganggep lo sahabat.."

"Hiks makasih yah Ze.." ucap Bonbon sembari mengelap umbel nya yang bertebaran dimana-mana?

"Iyaa..." ucap Zeo sembari meredam tangisan Bonbon dengan elusan tangan nya. Ia tersenyum santai melihat Bonbon. Akhirnya, mereka kembali bersahabat.

Zeo melepaskan pelukan nya, lalu ia mengacak-acak rambut Bonbon.

"Gue tambah tinggi dan lo makin pendek! Hahah!" tawa Zeo mendelik ke bawah, menatap Bonbon geli.

Bonbon mendengus, "Ya elah, elo aja yang ketinggian ah!" sewot nya kesal.

Sontak Fabi dan Zeo tertawa. Bonbon masih kayak dulu, selalu galak dan nggak jaim. Cocok sih sama tipe mereka.

Bonbon melirik Ardan. "Dan..gue engg..ituu.."

"Apa?" tanya Ardan tak berminat. Ih nih anak mau maafin Bonbon nggak sih?

Bonbon menggigit bibir nya, mata nya melirik kiri dan kanan, ia bingung ingin mengatakan apa. "Engg...."

"Sini..." suruh Ardan menarik Bonbon ke pelukan nya.

Bonbon tersenyum ketika Ardan memeluk nya. "Maaf yah Dan.." pinta nya dengan suara pelan.

"Iya, gue sadar, gue emang bukan jodoh lo kok.." kata Ardan santai, wajah nya kembali tidak datar. Hati Bonbon sungguh lega mendengar nya.

"Hue udah dong!" teriak Bonbon setelah kelamaan didekap Ardan. Nggak nahan parfume nya, nanti tergoda Bonbon nya.

"Haha iyaa.."

"Lo nggak marah lagi kan?"

"Enggak."

"Nggak sewot-sewot lagi kan?"

"Enggak."

"Nggak laki lagi kan?"

"Enggak."

Sontak Bonbon melepaskan pelukan nya dan menatap Ardan bingung. Lalu tawa nya meledak, begitu juga dengan Fabi dan Zeo yang ngakak mendengar jawaban Ardan.

Ardan kebingungan. "Kenapa sih?"

"Lo masih laki nggak nih?"

"Masih.."

"Tadi enggak!"

"Eh masa?"

"Hahahahhahahaah..."

"Udah ah, sekarang tanda tanganin baju gue!" suruh Bonbon menyerahkan spidol nya kepada para curut. Satu-satu dengan berbagai macam warna. Hitam, merah, dan tentu saja biru.

"Sini-sini.."

Bonbon berbalik, baju belakang nya ditanda tangani oleh Ardan. Bonbon senyum-senyum sendiri. Biasa, abis obat.

"Dah!"

"Sini gue lagi,"

Lalu Fabi mengambil spidol dari tangan Ardan. Ia menuliskan sesuatu dibaju Bonbon. Wajah nya bersemangat melihat hasil mahakarya nya dibaju Bonbon.

"Okey.. udah jadi!"

"Sini gue lagi.." Dan Zeo mengambil spidol tersebut dari tangan Fabi.

"Nih Bon.." kata Zeo menyerahkan spidol itu kepada empu nya.

Bonbon tersenyum senang, ia menatap baju nya yang ditanda tangani para curut. Menimpa tanda tangan kawan-kawan nya yang lain.

"Thanks yah!" ujar Bonbon gembira. Para curut mengangguk setuju.

"Foto dulu dongg.." ajak Bonbon mengambil ponsel nya.

Diri nya menatao kayar ponsel. Lalu berdiri diantara para curut. Ia bersiap berpose. Menarik tangan Ardan dan juga Fabi. Hati nya ingin mengeluarkan kembang api karena hari ini.

"Merapat dong.." suruh Bonbon kepada para curut nya. Bonbon mengarahkan ponsel nya menjauh.

"Satu.. Dua.. Tiga.."

JEPRET

"Lagi.. lagi.."

"Satu.. Dua.. Tiga.."

JEPRET

"Satu.. Dua.. Tiga.."

JEPRET

"Nah bagus nih.."

"Ohya, gue bawa kamera!"

"Bilang kek, yuk foto!"

"Nah pose nya yang bagus dong.."

JEPRET

JEPRET

JEPRET

JEPRET

JEPRET

"Keren nih, ntar gue masukin ke insta deh.."

"Boleh tuh,"

"Edit dulu dong.."

"Iya bawel, nanti deh masukin foto nya ke file mac dulu, baru di upload."

"Yoi!"

"Sekarang gue mau foto sama kalian satu-satu.."

Bonbon merapat ke Ardan. "Fotoin dong.." pinta nya kepada Zeo yang megang kamera.

JEPRET

Bonbon beralih ke Fabi. "Zeooo.."

JEPRET

"Nah sama lo lagi, fotoin dong Fab.." kata Bonbon sembari nyengir.

"Sini.."

JEPRET

"Nah nanti cuci foto nya, kasih ke gue yak.."

"Pasti, buat kenang-kenangan.."

"Dan lo pada, kalo udah nikah awas nggak ngundang gue, gue pites lo pada!"

"Iye, belum tentu si Zeo nikah Bon.." celetuk Ardan.

"Kampret! Gue juga pengen punya anak bego!" maki Zeo kesal, sontak semua tertawa. Zeo pengen punya anak? Masa sih? Ah yang bener, kok kesan nya nggak percaya gitu.

"Foto lagi dong, mau gue pajang gitu.."

"Eh Nadhine! Fotoin dong.." teriak Bonbon kepada Nadhine yang tak sengaja lewat sembari memegang kamera ditangan nya.

"Oke.." seru Nadhine tersenyum, ia mengarahkan kamera nya ke Bonbon dan curut-curut nya.

Setelah beberapa kali jepretan, Fabi mengendong Bonbon dipunggung nya. Nadhine cepat-cepat membidik momen itu. Keren brai, foto nggak disengaja itu.

"Lagi dong, pose nya yang gimana gitu.." kata Nadhine tertawa.

Ardan menggendong Bonbon didepan, lalu kaki Bonbon dipegang okeh Fabi dan Zeo.

"Widih keren!"

"Say cheess!"

"CHEEEEEEESSSSS..."

JEPRET

"Hahah keren abisssss.."

"Iya dong,"

"Jujur, gue nggak ngerasain degup jantung lo pada berdetak cepat didekat gue.."

"Eh masa?"

"Iya serius.."

"Tapi gue ngerasain benda kenyal gitu didada gue.." celketuk Fabi asal. Mata nya masih setia menatap ponsel Bonbon yang dipegang nya tadi.

Semua hening.

Otak Bonbon berpikir keras untuk mencerna ucapan Fabi. Apa tadi. Benda kenyal? Didada? Dada Fabi gitu? Tunggu... tadi pas pelukan, mereka saling merapat. Teruss..

Bonbon tersadar. "FABIIIIIIII!!!!!"

"HAHAHHAHAHAHA.."

"WAJAH LO MERAH.."

"IIIHHHH!!!"

"Bercanda kok.." ucap Fabi akhirnya, masih ada sisa tawa nya. Wajah nya juga geleng-geleng tak percaya melihat tingkah Bonbon yang kelewat batas.

"Nih foto-foto lo pada.." kata Nadhine menyerahkan sebuah kartu memori kepada Zeo.

"Oh oke, thanks yah, mungkin nggak bakal balik memori nya.." kata Zeo nyengir, ia menyimpa chip itu didalam silikon ponsel nya.

"Haha, ambil aja kali.."

"Hihi, thanks yah Nadhine.."

"Ya Bon, gue cabut dulu.."

"Ya."

Ardan berdeham. "Jadi, lo kapan nikah sama Dokter Jantung?" tanya nya membuat Bonbon memerah.

"Ih apaan sih? Ya belum tau dong.."

"Ya kan gue harus dateng.."

"Nanti gue kabarin lagi kok.."

"Oke sip!"

"Nah ngomong-ngomong lo pada mau jadi apa?"

"Gue mau jadi tentara!" kata Zeo bangga. Senyum nya menggembang seketika. Melihatkan wajah nya yang berseri-seri.

"Idih lekong gitu mau jadi tentara, gue yakin lo bakalan lari kayak dikejar kantip kalo ngeliat darah, terus teriak-teriak nggak jelas kalo kena tembak.." ejek Ardan lagi. Bonbon tertawa ngakak.

"Kampret! Nggak dukung banget sih lo!" sewot Zeo ngambek. Alis nya bertaut seketika.

"Hahah, nah lo Dan?"

"Gue mau jadi supir kantor," jawab Ardan berbinar. Semua bingung dengan wajah bego nya masing-masing.

Apa tadi?

Supir kantor?

TUG

"Aw!" pekik Ardan kesakitan karna dipukul oleh Fabi dengan spidol. Ardan menatap Fabi garang. Benjol nggak nih?

Fabi hanya menjulurkan lidah nya tak peduli.

"Ganteng-Ganteng Supir!" ejek Zeo tiba-tiba.

"Ck, kan yang penting halal!" kata Ardan membela diri.

Bonbon mengangguk, "Nah bener tuh! Yang penting halal, mau jadi supir, ob, atau apa kek, kan yang penting halal.."

"Haha, tapi gue nggak nyangka, anak berandal kayak Ardan, mau jadi supir? Sejarah darimana coba?" kata Fabi berpikir keras. Iyak bener! Sejarah darimana?

Bonbon hanya tertawa saja, mendengar cita-cita para curut. Pada kayak anak teka. Cita-cita nya aneh!

"Nah elo sendiri?" tanya Ardan kepada Bonbon.

Fabi tertawa pelan. "Dia mau buka butik pakaian dalem.."

"Ha?"

"Kagak! Gue mau buka butik pengantin. Nah kalo lo pada nikah, dateng ke butik gue, gue jamin gue bakal naikin harga sampe limapuluh persen.." ucap Bonbon berbangga.

"Woooo! Mending cari butik lain, daripada mahal banget.." ujar Zeo cemberut. Wajah nya nggak nahan brai!

Ardan tersenyum, "Gue nggak percaya, Bonbon bakal buat mahal. Kan untuk kita.." kata nya percaya diri.

Bonbon mengangguk. "Nah Ardan pinter, gue bercanda doang kok.." kata nya mulai serius.

"Oke, gue rasa kita harus ngerayain kelulusan sambil makan-makan nih.." usul Zeo sembari mengangkat kedua alis nya, menggoda oara kawan-kawan nya.

"Nah enak tuh! Makan di Sushi Tei nyok!" ajak Bonbon bersemangat.

"Siapa yang bayar?" tanya Fabi bingung.

"Gue aja.." kata Ardan santai. Sontak semua nya melihat Ardan tak yakin. Kan Makanan Jepang mahal-mahal, yakin nggak nih Ardan yang bayar?

"Yakin?"

"Iya bawel! Ayok lah.."

***

Bonbon menghela nafas nya ketika sampai dirumah sakit tempat Bara bekerja. Tadi Mama Bonbon mengabari nya agar mengabari Bara pulang lebih awal. Tentu saja Bonbon tidak ambil pusing. Ia makah datang ke rumah sakit untuk mangajak Bara pulang.

Kaki yang jenjang itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari ruang kerja Bara. Dengan balutan seragam sekolah yang bercoreng spidol warna-warni,  Bonbon santai saja melirik kiri dan kanan.

Bonbon tidak sabar untuk mengabari Bara pulang. Sudah tiga minggu, ia tidak bertemu dengan Bara. Dikarenakan Bonbon ingin fokus kepada sekolah. Agar lulus Ujian Nasional.

Mata nya yang bulat jernih itu melirik ke kiri dan ke kanan. Dia perlahan melangkahkan kaki nya ke depan pintu ruangan Bara.

Mata nya mengintip sedikit dari kaca yang berada diruangan itu. Tapi tiba-tiba, mata lembut itu kian membesar. Takut menatap apa yang ada didalam pintu itu.

Tangan yang terjuntai ke bawah itu bergetar. Mata yang jernih itu dengan perlahan berkumpul benih-benih air. Tangan nya menutup bibir nya yang hampir menjerit.

Hati Bonbon meluruh seketika. Hari kelulusan itu memang gitu. Jika kita sudah bersenang-senang, kita pasti akan bersedih-sedih. Begitu juga dengan sebalik nya.

Bonbon sudah bersenang-senang dengan teman-teman nya. Dan sekarang? Ia bersedih. Kaki nya perlahan mundur teratur. Menjauh dari pintu bewarna putih itu.

Pikiran Bonbon berkecamuk. Namun ada satu yang terkumpul diotak nya saat ini. Menjauh dari Bara sebenar-benar nya. Tidak hanya ucapan saja, tapi tindakan juga.

Bonbon perlahan berjalan menuju parkiran. Kaki nya yang membawa tubuh nya keluar dari tempat keramat itu akhirnya meluruh ke bawah. Punggung nya bersandar pada mobil Ford nya itu.

Bonbon menenggelamkan wajah nya diantara kedua kaki nya. Tidak kuat. Ia menangis tersedu-sedu. Fokus untuk kuliah. Agar bisa bekerja.

Perlahan kaki nya mencoba berdiri. Masuk ke dalaLm mobil nya. Masih terlintas bayangan Bara perlahan mendekat ke seorang gadis cantik yang gaya nya lebih kanak-kanak dari Bonbon. Lalu mengecup bibir ranum itu.

Bonbon memejamkan mata nya. Berusaha kuat setelah kejadian tadi.

Tangan nya perlahan menekan sesuatu dilayar ponsel nya. Wajah nya makin muram. Tapi ia perlahan mengarahkan ponsel nya ke telinga kanan nya.

"Malam Bon, ada apa?"

"Tant.. siapin semua kebutuhan Bonbon di London yah.. Bonbon mau sekolah supaya  jadi desainer disana,"

"Bukan nya mau di Jakarta aja sekolah nya? Pikirin mateng-mateng dong.. besok kita udah berangkat."

"Iya Tant.. Bonbon mau dan siap ke sana."

"Udah izin sama Mama Papa belum?"

"Tante aja yang bilangin. Makasih yan Tant. Malam.."

Bonbon menghela nafas. Lalu ia menjalankan mobil nya. Menjauh dari rumah sakit itu. Hati nya mencelos geli karena kejadian tadi.

***

"Bon! Kamu yakin ke London? Kamu anak tunggal loh, perempuan lagi. Yakin mau jauh dari Mama Papa?" tanya Mama Bonbon. Lagi. Sudah beribu kali ia bertanya ini kepada Bonbon. Tidak percaya anak gadis nya itu nekat sekolah menjadi desainer.

"Iya. Bonbon mau check in dulu Ma.. Udah yah? Udah ditungguin Tante Jeje." kata Bonbon sumbang.

"Kamu nggak dipelet sama Jeje kan? Kok jadi aneh gini sih?" balas Mama nya Bonbon bingung, ia masih tidak percaya, anak nya akan jadi anak mandiri.

"Enggak. Udah yah Ma Pa.." pamit Bonbon memeluk orangtua nya. Tanpa tangisan.

Mama nya perlahan menghisap cairan hidung nya karena menahan tangis. Namun ia tersenyum getir melihat putri nya ini.

"Kamu hati-hati disana, pergaulan nya nggak boleh kelewatan. Bahasa inggris nya jangan abstrak. Belajar baik-baik." nasehat Papa nya saat Bonbon memeluk nya erat.

Bonbon tertawa. "Iya, bahasa inggris Bonbon akan realisme kok. Bukan abstrak lagi. Dikata lukisan!" kata nya sedikit sewot. Namun ada nada geli disana.

Kedua orangtua nya tersenyum.

"Nggak nunggu Bara dulu? Dia udah Mama sms." ucapan Mama nya membuat Bonbon malah ingin cepat pergi dari Indonesia.

"Bonbon masuk aja. Setengah jam lagi udah take off. Ini aja pasti bagian belakang." jawab Bonbon mencoba jujur. Bibir nya mengukir senyuman getir. Meninggalkan orangtua nya sendirian. Ada rasa sedih dihati nya.

***

Bara baru saja mandi. Mengambil ponsel nya diatas nakas. Diri nya berjalan menuju balkon kamar nya. Mata nya melirik kamar Bonbon. Tertutup rapi.

Rumah Bonbon juga kayak kosong gitu. Hanya ada Pak Agung lagi nyuci mobil. Dan mungkin bibik lagi ke pasar.

Bara mengangkat bahu acuh. Ia melirik ponsel nya sedikit. Ada pemberitahuan panggilan disana.

2 missed call. 1 new messages.

Mama Bonbon
-Bara, tante minta tolong kamu dateng ke bandara yah.. Bonbon mau sekolah ke London. Cuman mau liat salam perpisahan dari kamu aja kok. Dia mau sekolah disana empat tahun. Makasih Bara.. maaf ngerepotin.

Bara mematung, mata teratur melirik ke kamar Bonbon. Ada sesuatu rasa kehilangan disana.

Lalu tak berapa lama kemudian ada deru mesin beberapa mobil, dan benar saja, ada tiga mobil terparkir teratur didepan rumah Bonbon.

"Bonbon!" teriak salah satu dari mereka. Bara kenal itu. Mereka salah satu dari teman-teman nya Bonbon.

Bara segera turun dengan kaus dan celana pendek nya. Sedangkan itu Fabi yang teriak tadi masih santai menunggu saja.

Bara berlari kecil menuju gerbang rumah nya. Ia membuka nya perlahan. Ketiga teman Bonbon saling berpandangan. Yang dipanggil siapa? Yang dateng siapa?

"Maaf Aden-aden ganteng.. Non Bonbon nya udah pergi tadi pagi. Dia kan mau ke London.." sahut Pak Agung sembari membuka pagar nya rumah Bonbon.

"Hah!! Ke London?!" pekik Zeo lebay, mata nya bingung melirik ke Ardan dan Fabi.

"Iya Den, tadi pagi baru pergi. Dia mendadak sih bilang nya." jawab Pak Agung sopan. Dia bingung menjelaskan nya. Hanya saja seperti itu kurang lebih.

Fabi menghela nafas. "Oh oke Pak.. makasih banyak. Kalo gitu, gue aja yang pamitan sama lo pada. Gue mau ke Australi juga hari ini. Mau sekolah. Lo berdua baik-baik disini. Sekolah yang bener, terus lo pada harus jadi orang sukses."

Zeo mengkedipkan mata nya beberapa kali. "Lo juga?" tanya nya tak percaya.

"Iyaa.."

"Tunggu bentar! Kalian teman-teman Bonbon kan?" celetuk Bara seketika.

Tiga sekawan itu mengangguk mengiyakan.

"Kalian juga nggak tau, Bonbon pergi ke London?" tanya Bara lagi.

Tiga sekawan itu menggeleng. Lagi.

"Dokter sendiri?" tanya Zeo melihat Bara santai.

"Enggak."

***

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
30.9M 2M 103
COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerita berjudul "Private...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...