HI KANAR UPDATE LAGI NIH
Untuk giveaway kemarin, aem so sowri semuanya. Gak ada yang memenuhi syarat dan aku niatnya mau ngulang give awaynya.
Di gc wa udah aku jelasin ya, dan katanya persyarataanya minta diganti aja.
Ok, besok aku pikirin persyaratannya.
oh iya, selamat ujian kalian semua, gimana belajarnya?
Bukunya dibuka atau wattpadnya
yang dibuka?
•Tulis disini keinginan kamu setelah lulus?
• Tulis disini quotes yang paling bikin kamu terperangan.
•Tulis disini dari kapan kamu mulai hobi baca.
ok, semuanya selamat membaca
dan makasih.
14k vote+ 10 k komen berlayar kembali
1
jam sebelum kejadian.
MINE❤️
❤️
•Bentar lagi aku pulang Kak.
Kamu jemput gak?
🦊
•Pasti.
❤️
•Beliin cilok sama cilor, bumbunya jangan dipisah ya, kasian.
Nanti kangen.
🦊
•Iya sayang.
Lo kali yang kangen gue.
❤️
•Gak ih 😒
•Sama bilang sama
abang2 nya telurnya banyakin.
🦊
•2 masih kurang ha..
❤️
•yang banyak kak,
2 gak cukup.
🦊
•Telur gue gak cukup?
❤️
•Kakkkkkkkk
Aku BJ
(BJ : lolipop, nganu pokoknya)
*Block
🦊
•Mau Yang.
Gue bentar lagi selesai, abis itu otw.
❤️
•tadi typo gak nggak
sengaja kepencet!
🦊
•Gak mau tau gue mau lo BJ in
❤️
•Ngawur!
🦊
•Pap dulu
❤️
•Heaven•
"Gal, lo bisa jauhan dikit gak," pinta Mutia ketika Galang duduk dikursi samping brankar.
"Gue mohon," gumamnya. Mengingat ucapan Heaven yang tidak boleh berdekatan dengan cowok siapapun, Mutia mulai mengindahkannya.
Mulai terlihat kebucinan berbalik kepada Mutia.
"Why? Lo mau jauhin gue secara perlahan. Mutia." Galang memejamkan matanya sebentar, kemudian berdecak tak suka.
"Salahnya gue apa sih sampai lo ngejauhin gue tanpa sebab gini. Masalah gue sama Heaven? Iya."
"Gue gak bermaksud kaya gitu. Gue punya alasan Gal, dan gue harap lo bisa ngerti kalau nantinya lo tahu gue udah bukan Mutia yang dulu lagi."
"Maksud lo apa sih Mut. Lo berubah setelah tinggal dirumah cowok bangsat itu, ngerti nggak!" sentaknya mulai terbawa amarah.
"Ya bagaimana lagi, memang itu kenyataannya kan. Gue mulai nyaman sama Kak Heaven, gue sayan-"
"BANGSAT!" pekik cowok yang baru masuk ruangan, melihat kedua seperti akan berciuman membuat aliran darahnya mendidih.
BRAK
"Mati lo!" Heaven seketika menerjang Galang yang tengah duduk, lalu tubuh cowok itu terpental bersamaan dengan kursi yang ia duduki.
Mutia langsung bangkit efek terkejut, lidahnya kelu tak bisa mengatakan apapun saat Heaven tiba tiba datang.
"MUTIA MILIK GUE. ANJING!" Tekannya dengan tangan yang terus memberi pukulan secara brutal.
BUGH
BUGH
Namun tanpa Heaven sadari, cowok yang terus dipukulinya itu sama sekali tidak membalas, hanya menangkis sebisanya dan menyeringai tajam.
"Kak, udah!" Mutia berjalan pincang mendekati keduanya, tapi tanpa diduga didorong Heaven agar menjauh.
"Pembunuh!" Galang bersuara, yang tentunya semakin membuat Heaven dibakar emosi.
BUGH
Heaven menunduk, lalu kakinya menginjak dada lawan yang sudah tergeletak dilantai. "Jangan sekali kali lo nuduh gue pembunuh dari abang lo. Sebelum lo tahu kebenarannya!" tekannya dengan dada yang naik turun.
"Uhuk Uhuk.. Siapa lagi musuhnya kalo bukan lo, bangsat!" mulut dan hidung Galang mengeluarkan darah, bahkan sampai mengenai seragam putihnya.
"LO!" bentak Heaven menunjuk jidat cowok itu.
Otak Mutia seketika blank tidak paham dengan percakapan keduanya, dengan susah payah berdiri dan berusaha melerainya kembali. Jangan sampai guru dan yang lainnya tahu jika di UKS terjadi keributan.
"Lo lihat Mutia, seberapa arogant si bangsat ini memperlakukan orang," ucap Galang melempar percakapan.
"Bagus! Jagoan lo ngomong gitu!" berang Heaven semakin menekan dada cowok itu.
"Argh. Gitu kan kenyataannya, gue mau Mutia sadar lo gak pantes buat dia. Lo cuma bisa nyelakain dia terus terusan, dari deretan lonte lo yang ngebully Mutia, sampe kelakuan kasar lo yang akhirnya bikin dia luka!" Galang menggebu.
"Lo gak tahu apa apa soal gue sama Mutia. Lo siapa anjing!"
BUGH
BUGH
"Terusin, dan cepat atau lambat yang bukan hak lo bakalan gue ambil." katanya misterius.
Kening Heaven berkerut, menelaah ucapan Galang yang sarat akan makna, sepertinya cowok itu punya rencana.
"Apapun itu gak ada yang bisa misahin gue sama Mutia! Hak yang lo maksud udah jadi milik gue seutuhnya!" peringat Heaven sebelum kembali menghancurkan rahang cowok itu.
"Kak! Udah." Bentak Mutia keras. Sekadar mengingatkan bagaimana kebrutalan cowok itu menghajar lawan, bahkan jika tidak berakhir di liang kubur, masih untung bisa di ICU.
Heaven menoleh, menatap Mutia dengan tatapan marah. "Lo belain dia, hah!"
"Kamu salah! Kamu kenapa mukulin dia, dia udah bantuin ngobatin luka ku tadi." jawab Mutia terbawa.
Mendengar kalimat yang keluar dari bibir Mutia, seketika Heaven melepas cekalannya.
"Pulang!" bentaknya.
Cklek
"Bubar bubar..." Siswa berhamburan ke segala arah, yang tadinya menguping dan mengintip dari jendela UKS, sekarang kebingungan mencari alasan.
Kebetulan para guru sedang rapat pimpinan makanya aman.
"Gilak ya Mutia, udah dibaikin sama Kak Heaven malah selingkuh,"
"Ya wajar sih anak lonte, pasti gak jauh jauh dari kelakuan nyokapnya."
"Murahan sih, mendingan Kak Heaven sama gue nih. Montok banget tuh bokong gue," bisik para netizen yang mulai melihat Heaven menggandeng Mutia berjalan dilorong sekolahnya.
"Heh, Mutia polos doang mukanya. Tapi gampang minta di polosin euy..." hebohnya lagi.
"Lah iya, Galang kan udah demen dari lama, masih kurang aja tuh nyomot Kak Heaven. Idih, salome..."
"Salome apaan? Es?"
"Satu lobang rame rame, njir..."
"Hus, hus ada kegaduhan apa sih?" Scarlett membelah kerumunan.
"Kepo!" salah satu dari mereka akhirnya pergi sendiri.
"Sialan." Cewek menel itupun akhirnya masuk kedalam ruangan.
"Gal, yang lo suruh tadi udah gue lakuin, gece transfer duit ke gue. Gue butuh nyalon."
"Hm. Bagus."
"Jasa kirim foto lo gendong Mutia juga lo bayar lah, tanpa gue Heaven gak bakalan tau dan kesini kan?"
"Dasar perek." Cowok itu menatap nyalang gadis yang tengah mengobatinya.
"Ntar malem kaya biasanya. Puasin gue dulu baru lo dapet duit." ucapnya lalu mendapat anggukan kecil dari Scarlett.
•Heaven•
Heaven mengendarai mobil seperti orang kesetanan, yang biasanya memakan waktu 30 menit, sekarang hanya 10 menit sudah sampai didepan rumahnya.
"Huek, huek." Mutia menahan mual sambil menutup mulutnya. Perutnya serasa diaduk efek si pengendara yang ugal ugalan. Sialan bukan.
Bukan tidak melarang suaminya kebut kebutan dijalan. Tapi Heaven lah yang tidak mendengarkan sama sekali. Jangan kan menjawab, menoleh saja tidak.
Keluar dari mobilnya Heaven langsung menarik tangan Mutia kasar, cowok itu kalau sudah murka memang sudah dikendalikan. Untuk bersikap seperti sekarang saja baginya sudah paling menahan.
"Tangan Mutia sakit, Kak!" bibir Mutia meringis karena kesakitan, namun seperti tidak peduli cowok itu terus membawanya masuk kedalam rumah.
"Lepasin tangan Mutia!"
Heaven melirik sebentar lalu melangkah menaiki tangga dengan cepat, membuat langkah kecil Mutia kualahan mengimbanginya, gadis itu terseok seok akibat setengah diseret menaiki tangga.
"Kamu salah paham, aku sama Galang gak ada hubungan apa apa." jelasnya setelah sampai didalam kamar.
Masih tidak tak bersuara Heaven hanya menatap tajam gadis yang dihadapannya. Dadanya naik turun dengan semburat mata merah akibat panasnya api cemburu melihat Mutia hampir berciuman dengan Galang.
"Stop menatap aku kaya gitu! Aku gak salah. Aku sama Galang gak ada apa apa." Mutia lagi lagi mengulangi ucapannya.
"Yang harusnya marah itu aku Kak. Harusnya aku!" Mutia menepuk dadanya, dengan berani gadis itu sama tajamnya menatap Heaven yang sudah mengepal jari.
"Harusnya kamu gak bersikap arogant sama siapapun. Gak bisa seenaknya main hajar orang yang udah gak berdaya."
"Aku sama sekali gak melanggar larangan kamu buat deket deket sama Galang. Tadi dia cuma bantuin aku dan ngobatin lutut ku. Aku juga minta pengertian sama dia buat gak deket deket sama aku lagi." ucap gadis itu tanpa berhenti, air matanya mengalir seketika efek cowok itu menatapnya garang.
"Badan lo kotor!" Heaven kembali menyeretnya kedalam kamar mandi, membuat Mutia memekik keras.
"Kak Heaven!" bentaknya saat tubuhnya di junjung paksa dan masuk kedalam buth up.
"Mulut lo diem!" bentak Heaven marah, manik matanya menatap tajam gadis yang mencengkram lengannya. Urat urat dilehernya pun sampai terlihat karena menahan emosi agar tidak meledak
"Mutia cuma nyuruh Galang buat jauhin Mutia. Kak. Harusnya kamu berterimakasih sama dia karena udah bantuin aku ngelawan scarlett, bukan malah mukulin gak jelas kaya gitu," gadis itu menahan tangis sampai dadanya sesak.
Sampai kapan gadis mau keras kepala hey, darah Heaven sudah mendidih mendengar ucapan Mutia yang lagi lagi malah menyalahkannya.
"Mandi!" perintah Heaven seraya membuka kancing seragamnya.
Mutia mendorong dada Heaven sekuat tenang, "Gak mau!" tolaknya.
"Kamu nuduh aku yang gak enggak kan. Kamu nuduh aku selingkuh sama Galang, Iya kan!" Kini Mutia yang menggebu, padahal Heaven berusaha keras agar tidak ngamuk.
"Rendahin suara lo di depan gue!" gertaknya garang.
"Gue suami lo, ingat!"
"Aku pun tahu kamu suami ku Kak, dan harusnya kamu percaya sama aku dan gak berfikir macam macam soal aku sama Galang. Aku sama dia cuma tem-"
"Dan lo merasa gue tuduh hah!" Heaven langsung meninju kaca tebal pembatas ruang kamar mandi hingga retak.
"Maksud kamu? Aku gak merasa tertuduh selingkuh. Kenyataanya memang aku gak selingkuh!"
PRAK
"TERUS YANG GUE LIAT APA HAH! " Heaven kembali meninju kaca hingga retaknya semakin parah.
"Udah Mutia bilang, ini cuma salah paham..." jawabnya melirih, napasnya serasa tercekat ditonggorokan.
Sekujur tubuhnya merinding dan menggigil melihat bagaimana tajamnya retina Heaven menatap gadis itu. Ditambah lagi, tanpa segaja dia malah menekan air kran yang perlahan memenuhi buth up.
"Bagian mana yang lo bilang salah paham Mutia! Jelas jelas lo ciuman didepan mata gue!" Sekarang Heaven mulai lepas kendali. Rasanya sia sia kalau hanya diam tanpa bertidak tegas.
"AKU GAK CIUMAN SAMA GALANG!"
"Apa? Lebih dari itu, iya."
"Aku gak sama kaya yang ada otak kamu! Kenyataannya aku memang gak ciuman. Cukup nuduh aku yang gak masuk akal!"
Heaven terkekeh pelan, "Dari mana gue tahu lo gak selingkuh, sedangkan lo malah ngebela dia hah!"
"Ya karena kamu salah Kak! Kamu mukulin dia itu udah salah..."
"FUCK!" Seru Heaven semakin kalap.
Cowok itu hampir gila rasanya, ingin menggantung dirinya diatas sungai Han saat menghadapi kerasnya sang istri. Padahal sebelumnya mana pernah Mutia barani seperti babon.
"Sampai detik ini lo masih ngebela dia hah?" Heaven menatap tak percaya.
"Bukan ngebela!" jerit Mutia ditengah tangisnya.
"Terus apa kalau bukan ngebela! Pembelaan apa lagi yang lo pakek buat nutupin kesalahan lo!" katanya seraya menyahut handuk yang berada dijangkauannya.
Mutia menggeleng cepat. "Gimana kalau kamu di posisi ku! Kamu yang dituduh selingkuh kaya waktu itu, bukanya jelasin malah ngamuk dan maksa aku buat percaya. Sedangkan aku? Kamu sama sekali gak percaya bahkan setelah seribu kalinya ku jelasin."
"Bukan sekali gue ngingetin lo buat jauhin dia, dan lo?" Heaven tertawa hambar, tangannya mengepal lagi.
"Aku apa?! Masih mau nuduh selingkuh, iya! Kamu mau bilang aku murahan! Kamu bilang aku anak perempuan gak bener yang kelakuannya nurun keaanaknya?"
"Bilang aja. Bakalan ku dengerin," tantang Mutia yang entah mendapat keberanian dari mana.
"Diem!"
"Apa, iya kan. Kamu pasti berfikiran kaya gitu."
"Mutia!" Heaven meraih bahu Mutia agar perempuan itu membuatnya murka.
"Sekarang aku malah yang ragu sama kamu," Gadis itu mendongak, kembali menatap Heaven yang tengah mencekaramnya.
"Maksud lo!"
"Sebenernya kamu gak sayang sama aku kan. Kamu gak cinta aku. Kamu nikahin aku karena buat pelampiasan karena udah cape bertahun tahun ngejar aku, dan gak kutanggepin!" tuduh Mutia mulai ngawur.
Heaven memejamkan matanya sebentar, bisa bisanya Mutia terbesit seperti itu.
"Gue bilang diem ya diem!"
"Gak! Sebelum kamu percaya aku sama sekali gak ngehiantain kamu..."
"Atau, kamu malah sengaja bikin masalah. Iya kan!" sambungnya seraya menyeka air mata. "Bilang aja kamu cari masalah dan nuduh aku karena udah bosen."
"Ayo jujur aja. Mutia gak papa."
"Jujur kalo memang kamu gak cinta sama kamu. Bilang kalo nikahin aku cuma alasan biar kamu puas doang!"
"Anjing!" Heaven mendorong bahu Mutia lalu berdiri. Rasanya sudah tidak bisa sabar lagi, dia pun melangkah mundur, ingin menghentikan keributan ini.
"Oh atau kamu punya alasan lain, ngomong sekarang!"
"Iya kan! Omongan aku bener?!"
"Iya. Gue nikah sama lo demi nyokap lo," sahut Heaven spontan, dan langsung membungkam bibir gadis itu.
"Puas?"
•Heaven•
Gak tau kenapa si Mutia jadi sensian banget.
Yang kemarin bilang gak nyambung. Bisa diperhatikan sama tulisan •Heaven•
ya, jadi itu pembatasnya. Aku gak mungkin doang ceritain setiap kegiatan mereka.
oke
Yang kangen sama Heaven mana?
KOMEN NEXT
KOMEN❤️
KOMEN 🦊
lanjutannya besok,
yok siapa yang bakalan pergi ninggalin rumah? coba tebak?
Maafkan karena terpendingnya keuwuan
@nnaravc
@hheavenhigher
@mmutiasv