Princess and the Beast

By Junieloo

2M 182K 8.7K

Nagara Kusuma tidak suka posisinya sebagai anak semata wayang digeser karena kehadiran Kinara Angelina. Segal... More

Introduction:
PROLOG
BAB II | Rumah
Bab III | Boneka
Bab IV | Wilayah
Bab V | "Kitten"
Bab VI | Pagi
Bab VII | Atmosfer
Bab VIII | Pantulan
Bab IX | Pemandangan
Bab X | Cookies
Bab XI | Sembunyi
Bab XII | Ice Cream
Bab XIII | Superman
Bab XIV | The Time
Bab XV | Gelang
Bab XVI | Pigura
Bab XVII | Krisan
Bab XVIII | Ensiklopedia
Bab XIX | Gugur
Bab XX | Kunci
Bab XXI | Puzzle
Bab XXII | Kucing
Bab XXIII | Perban
Bab XXIV | Kopi
Bab XXV | Scrunchie
Bab XXVI | Naga
Bab XXVII | Elang
Bab XXVIII | Versus
Bab XXIX | Nomor
Bab XXX | Hati
Bab XXXI | Kado
Bab XXXII | Pelangi
Bab XXXIII | Mendung
Bab XXXIV | Kupu-kupu
EPILOG
Extra Chapters: I
Extra Chapters: II

BAB I | Cermin

154K 8.1K 347
By Junieloo

Rambut lurus nan panjang sepinggang tersebut disisir dengan mudah tanpa kendala. Jemari kurus yang tampak pucat dan nyaris memperlihatkan struktur tulangnya, masih tetap asyik memainkan helai demi helai. Pandangannya kosong. Senyumnya begitu lebar seolah akan menyentuh telinga.

"Selesai," bisik wanita itu lantas mengalihkan perhatiannya pada pantulan cermin seraya membungkuk. Menyejajarkan kepalanya dengan sosok yang teramat ia sayangi. "Cantik. Selalu cantik. Anak Mama, cantik."

Senyumnya sontak memudar saat tidak ada jawaban. Layaknya kepala boneka yang sudah usang, kepalanya menoleh kaku. Menatap profil wajah yang kini memucat, persis seperti dirinya.

"Kenapa, Sayang?"

Deru napas beraroma kurang sedap menerpa pipi gadis yang kini terduduk mematung di depan meja rias usang. Sosok jelita itu tampak tidak berani sedikit pun melirik sang ibu yang telah belasan tahun merawatnya.

"Kok nggak dijawab? Kamu udah nggak suka Mama puji ya?"

Takut-takut, gadis itu melirik. Sedetik kemudian, ia menyesal telah membalas tatapan tersebut karena sedetik kemudian, tidak hanya rupanya yang menyeramkan, sifatnya pun menjadi buas seperti hewan liar.

Gadis itu meringis kesakitan. Ia hanya bisa menangis dan menangis saat ibunya menarik rambut panjangnya ke ranjang seperti peliharaan. Sebelum ibunya, ia berucap seperti biasa. Sebuah kalimat yang selalu terulang akhir-akhir ini. Terlebih, saat gadis itu menyadari bahwa ada yang salah dalam kehidupannya.

"Jadilah anak baik! Jadilah anak baik!"

Hingga pintu kamarnya tertutup keras, gadis itu hanya bisa meratapi semua ini dalam nelangsa.

***

"Yuhuuu, Naga darling! Mami mau pergi dulu ya."

Nagara Kusuma, yang pada saat itu sedang tengkurap di atas tempat tidur sambil bertelanjang dada dan membiarkan selimut tersibak hingga pinggulnya, hanya bergumam samar untuk merespons seruan Maminya.

Naga pikir, maminya yang paling berisik tapi juga paling disayangnya itu telah berlalu dari kamarnya, tapi ternyata tidak. Beberapa menit kemudian, Naga justru merasakan lengannya ditarik-tarik.

"Aduh, Mamiii. Naga masih ngantuk," erangnya dengan suara sangat serak. Keira—sang mami—bahkan yakin jika beberapa burung betina yang terbang melintas di luar sana pasti akan langsung jatuh hati mendengarnya.

"Oh boy! Ini udah siang, Naga. Kuliah nggak kamu?!" pekik Keira, gemas. Wanita itu sempat berpikir jika Naga akan mewarisi sifat dari papinya, Raka. Rajin, telaten, dan selalu bisa diandalkan. Tapi nahas, Naga justru sangat mirip dengan Keira yang paling senang sibuk nggak ngapa-ngapain.

"Naga mau bolos aja ya, Mi?" Dengan sebelah mata—karena salah satunya masih terlalu lengket untuk terbuka—Naga menoleh menatap maminya, memohon agar permintaan absurd tersebut dikabulkan. "Hari ini mata kuliahnya cuma Motivasi Usaha. Dosennya baik."

"Astaga, Naga!" Keira menggeleng-geleng tidak percaya. "Nama mata kuliahnya aja udah Motivasi, masa kamu nggak ada termotivasinya sedikit buat jadi pengusaha?! Contoh dong Papi kamu, Om Ben, Opa Eddy!"

Alis tebal Naga yang tidak sempurna bertaut. "Katanya Mami janji mau ngebebasin Naga jadi apa aja kelak?" protesnya, mengungkit janji mami akan masa depannya.

Sesungguhnya, Naga bukan tidak berbakat dalam dunia tersebut, pemuda itu bahkan telah melihat peluang bisnis sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Melihat teman-temannya menyukai cokelat, diam-diam Naga menjual cokelat yang diberikan Opa Eddy dari luar negeri dengan harga lebih mahal. Ia bahkan senang mengutak-atik website dan menghasilkan dollar dari Google sebagai uang jajan tambahan ketika usianya masih 13 tahun.

Naga suka uang. Uang yang banyak membuatnya merasa jadi berkuasa. Namun, tetap saja. Naga seperti manusia pada umumnya. Hilang minat justru ketika disuruh. Wajar saja jika ia sering berkilah. Belum lagi, ia memang suka bermanja ria dengan sang mami khususnya. Jadilah, masa depannya terkesan suram.

"Ya tapi bukan pemalas!" Dengan sekali sentak, Keira menarik Naga kuat-kuat hingga tubuhnya yang besar itu terjatuh ke lantai. Hal yang sanggup membuat Naga terkejut karena tenaga maminya yang ternyata super sekali.

"Duh, Mamiii!" rengek Naga seperti bocah. Tidak menyadari bahwa usianya sudah mencapai 22 tahun. "Sakiiit."

"Halah! Dicakar kucing aja kamu nggak ngeluh." Keira mengibaskan tangannya. "Udah buruan mandi, Mami dan Papi tungguin kamu aja."

"Huh?"

"Kita bareng." Kemudian wanita itu mengerling skeptis pada Naga yang kini terduduk di lantai. Membuat posisi sang mami terlihat semakin tinggi karena heels yang menghiasi kakinya. "Biar kamu nggak kabur!"

Naga hanya dapat mengembuskan napas saat maminya berlalu. Dan begitu pintu tertutup, langsung saja ia menuruti perintah ibu negara dengan melangkah lesu ke kamar mandi pribadinya.

Sambil menyikat gigi di depan wastafel, Naga memandangi dirinya dalam pantulan cermin. Mengamati setiap luka yang tercipta di wajahnya yang dulu sempurna, tanpa cela.

Kedua mata Naga mulai menelusuri tiap inci penampilannya. Alis kanan yang terbelah oleh parut sepanjang kurang lebih 2 senti dari bawah dahi hingga pada tulang alis. Tulang pipi kanan yang juga memiliki parut lebih panjang. Tulang hidung yang sedikit bengkok pada batangnya. Juga terdapat luka bekas jatuh di dagunya yang membuat kulit pada bagian tersebut tampak menyerupai bercak permanen.

Naga terkekeh mengingat kebohongan yang ia berikan pada keluarganya mengenai sumber luka-luka tersebut. Ada yang dia bilang karena cakaran kucing, anjing, sampai jatuh dari motor. Padahal semua itu diterimanya karena ia beradu kekuatan dengan orang-orang yang mencari masalah dengannya.

Namun, satu hal yang tidak ia sangka. Entah mengapa kekurangan tersebut justru semakin menjadikan Nagara Kusuma sebagai idola para gadis di kampus. Belum lagi tubuh menjulang dan berototnya yang seperti berhasil membuat para perempuan—tanpa melihat usia, kesulitan menelan ludah tiap melihatnya.

Mungkin kebanyakan kaum Hawa zaman sekarang memegang prinsip seperti salah satu quotes dari Ian Mcshane yang berbunyi "The bad boy always more fun". Sekalipun tampilan Naga jauh dari kata selayaknya pemuda baik-baik, tidak masalah bagi mereka karena justru itulah yang menjadi daya tarik.

Dirasa sudah cukup bersih, napasnya pun telah terasa segar, Naga mulai beralih membasuh wajah dan rutinitas mandi selanjutnya.

***

Usai menurunkan Naga tepat di depan gerbang kampus, mobil sedan mewah tersebut kembali berlalu, melaju membelah jalan raya.

Di dalamnya, sepasang suami istri tampak berbincang sesekali bersenda gurau. Usia yang tidak lagi muda bukan alasan untuk enggan bermesraan. Meski begitu, sang wanita tetap merasa ada yang kurang.

Kelengkapan. Ya, dalam hidupnya kini, Nagalah yang menjadi pelangi dunianya. Berjalan-jalan berdua dengan Raka memanglah menyenangkan bagi Keira, tapi alangkah bahagianya bila Naga juga turut ikut ke mana pun Keira pergi.

Sayang, bukan hanya jadwal kuliah yang menjadi penghalang, kalaupun tidak ada kelas, pemuda itu juga tetap tidak akan mau menjadi "nyamuk" kedua orang tuanya yang kerap memiliki dunia sendiri.

Hal tersebut membuat Keira kerap berpikir ingin punya anak lagi, tapi tidak mungkin! Usianya tidak lagi muda. Raka, suaminya pun sudah alot. Semua akibat rezeki berupa Nagara-nya yang cukup lama ia dapat setelah menikah.

Ciiit ... BRUK! Mobil direm mendadak membuat kedua penumpang di dalamnya terkejut.

"OH MY GOD!" Keira sontak mendekap dadanya yang berdebar kencang. Wajahnya mendadak pucat pasi mendapati pemandangan di depannya. "Papi hati-hati dong!" pekik wanita itu.

Raka tidak membalas. Pria itu bergegas membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil. Dengan langkah menderap, Raka tampak menghampiri seorang gadis yang kini berjongkok dengan kepala menunduk sambil menutup telinganya rapat-rapat.

Keira yang ikut penasaran akan keadaan gadis malang tersebut pun segera menyusul. "Ya ampun, ya ampun. Are you okay, Honey?"

"Dia nggak mau ngomong."

Ucapan Raka mau tidak mau membuat Keira mengernyit. Terlebih saat ia menyadari bahwa tubuh yang meringkuk itu sedikit gemetar.

"Kinara ... Mama datang, Sayang!"

Suara yang terdengar dari kejauhan tersebut lantas membuat gadis itu bangkit dan bergegas menyembunyikan diri di balik tubuh besar Raka. Tanpa sepatah kata, tindakanya itulah yang membuat Keira berpikir gadis ini ketakutan. Gadis ini merasa tidak aman.

Karena sosok Raka sepertinya dipercaya oleh gadis bernama Kinara itu, Keira memberi isyarat pada Raka untuk menuntun Kinara masuk ke dalam mobil. Raka menurut tanpa pikir panjang. Untunglah, Kinara tidak mengeluarkan penolakan sedikit pun.

Usai keduanya masuk ke dalam mobil, Keira menyusul. Ia lantas menyuruh Raka untuk cepat berlalu dari sana.

Dari pantulan spion tengah mobil suaminya, Keira melihat sosok mengerikan itu muncul saat mobil mereka sudah mulai mengambil jarak. Sesosok wanita dengan rambut kusut, pakaian lusuh, serta tubuh kurus kering kini mengamati sedan hitam yang belum menghilang dari pandangannya.

Tapi bukan hanya itu yang membuat Keira bergidik ngeri. Keira melihat—meskipun tidak begitu jelas— wanita tersebut tampak mengunyah sesuatu dalam mulut kemudian melepehkannya di atas sendok besi sambil menyeringai lebar. Terlalu lebar hingga Keira sempat mengira kalau mulutnya robek.

Begitu Raka membelokkan kendaraannya, Keira pun menghela napas lega. Helaan yang membuat suaminya menoleh dan mengeluarkan pertanyaan penuh perhatian. Meyakinkan bila istrinya baik-baik saja.

Keira hanya mengangguk samar. Tanpa memedulikan ekspresi Raka yang masih belum puas akan jawabannya, ia menoleh dari balik bahu. Memandangi Kinara yang tengah terduduk di belakang Raka sambil memuntir jemarinya di atas pangkuan.

"Pi, mampir dulu ke butik," titah Keira pada sang suami tanpa mengalihkan pandangan dari gadis penuh misteri tersebut.

Continue Reading

You'll Also Like

185K 4.7K 11
Mia Montgomery yakin bahwa rencananya untuk dipergoki bersama kekasihnya akan berhasil. Ia percaya bahwa Ayahnya akan menyetujui dirinya menikah deng...
699K 33.1K 51
Ketika hidup yang Vanessa jalani terlalu sulit, lamaran Gilbert terasa seperti satu-satunya hal terindah yang ia dapatkan. Namun ternyata, pernikahan...
66.3K 3.1K 54
Hehe disini aku cuman posting gambar/foto anime. Gambar/foto anime yang aku suka ada disini.
18.4M 797K 47
Lebih banyak drama! Turn On Season 2 sekarang sudah tayang di Vidio. *** Andreas bersikap dingin terhadap perempuan serta menderita imp...