.
.
.
.
.
Di ruang rekreasi Gryffindor, terlihat Hermione dan teman-temannya tengah bermain bersama. Mereka tertawa dan mengejar satu sama lain.
Tapi tampaknya ada yang kurang dari anggota mereka. Oh ya, kurang Dean. Di antara mereka, hanya Dean yang tidak berada di ruang rekreasi itu.
Di mana dia?
Ternyata, Dean berada di kamarnya dan dia sedang duduk di depan sebuah kuali. Ia tengah mengaduk sesuatu dalam kuali itu.
Di ruangan rekreasi, Harry bertanya pada Seamus tentang Dean. "Seam!" si empu pun menoleh. Namun malang, dia terkena bantal sofa yang dilempar oleh Ginny.
Ginny mendekati Seamus. "Maafkan aku, Seamus. Tadi aku ingin melempar kepada Hermione." setelah mengatakan itu, Ginny mengambil bantal yang tadi menghantam wajah Seamus dan segera menjauh mencari keberadaan Hermione.
Harry tertawa sambil mendekati Seamus. "Kau tidak apa-apa, kan?" Seamus hanya memandang Harry datar.
"Tidak." Harry tertawa lagi. Mereka kini berbicara sambil bersiaga, takut diserang seperti Seamus tadi.
"Mana Dean?"
"Tidak tahu,"
"Tidak mungkin kau tidak tahu, kau kan sahabatnya?"
Seamus mengedipkan bahunya. "Akhir-akhir ini, dia mulai aneh. Setiap selesai kelas, dia langsung masuk ke kamarnya dan meramu sesuatu. Tapi, aku tidak tahu dia sedang membuat ramuan apa. Dia juga berubah jadi pendiam dan jarang ikut kumpul bersamaku dan yang lainnya."
"Ck, kenapa kembaran Blaise itu." Seamus mengedipkan bahu lagi. Untung saja Blaise tidak mendengarnya Harry:(
Tapi alis Seamus menyatu, pertanda ia tengah berpikir sesuatu.
"Apa dia sedih karena terus ditolak oleh Parvati?" Harry yang mendengarnya terkejut. Ia memandang Parvati yang sedang bersenang-senang dengan Hermione dan Ginny.
"Kurasa bukan. Kalau masalah ditolak..." Harry melirik Ron. "Ron juga sama depresinya dengan Dean, Seamus. Mereka sama-sama menyukai kembar Patil," Seamus menatap Harry dengan wajah datar.
"Dean dan Ron jelas berbeda, Harry! Ron menyukai Padma beberapa minggu yang lalu. Sedangkan Dean, anak itu menyukai Parvati setelah dia sudah move on dari Ginny!" yup! Itu artinya, Dean telah menyukai Parvati saat mereka di tahun keenam Hogwarts.
....................
Keesokkan harinya, Dean kembali berkumpul seperti biasa di Great Hall. Tapi hal itu membuat teman-temannya menjadi heran padanya.
Dean yang akhirnya sadar telah diperhatikan pun menoleh kepada teman-temannya. "Hei, man! Kenapa kalian menatapku seperti itu?" pertanyaan Dean berdasar, siapa yang tidak heran ketika melihat teman-teman kalian cengo menatap dengan ekspresi yang menggelikan.
"Hentikan ekspresi menggelikan kalian itu!" seru Hermione memperingati. "Kalian membuat kami tidak nafsu makan,"
"Tapi Hermione, kami sangat heran! Kenapa Dean langsung berubah secara drastis seperti ini?" jelas Neville yang masih memasang wajah cengo. Ginny yang mendengarnya langsung memutar bola matanya, di sampingnya Astoria, tengah memperhatikan interaksi para Gryffindor dengan senyum manis.
'Mereka semua sangat lucu.' pikirnya. Tiba-tiba saja, ia teringat kegaduhan di meja Slytherin saat hubungan dia dengan teman-temannya masih baik.
"Saat aku menyendiri, kalian heran. Saat aku kembali bersama kalian sekarang, kalian juga heran. Mau kalian apa sih!" ucap Dean sambil memasang wajah malas menatap teman-temannya.
"Oh, ya. Aku lupa sesuatu!" pekik Hermione secara tiba-tiba.
"Kau lupa apa, Hermione?" tanya Ginny kalem.
"Aku harus memasang peraturan kepala sekolah bersama Drac-" ucapan Hermione terpotong dengan Draco yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya, karena Hermione duduk membelakangi meja Slytherin.
"Mione, kita harus segera memasang peraturannya sekarang!" perintah Draco.
Hermione menatap Draco. "Baiklah Drac, aku harus berkemas dulu." Hermione segera bersiap dan berdiri di samping Draco.
"Sampai jumpa, teman-teman!"
Harry dan yang lain menatap kepergian Draco beserta Hermione.
"Aku tidak menyangka hubungan mereka sampai pada tahap ini," komentar Ginny dan yang lainnya hanya mengangguk, termasuk Astoria.
"Mereka dulunya saling membenci, puncaknya saat pertempuran Death Eaters vs Orde Phoniex di Hogwarts." ucap Ron sembari mengingat pertempuran terbesar dalam hidupnya itu.
"Tapi mereka justru disatukan menjadi sepasang Ketua Murid," Dean ikut menambahkan.
"Berawal dari Malfoy dan Granger, lalu Draco dan Hermione, sekarang Drac dan Mione. Aaaaaaaaa! Co cweet!" Parvati berseru kegirangan ala fans Drama Korea.
"Aku baru sadar Malfoy memanggil Mione tadi." ucap Ron yang kepalanya dipukul oleh Harry.
"Bodoh!" Ron hanya bisa meringis kesakitan.
Astoria menatap pintu masuk Great Hall, tempat terakhir Hermione terlihat. 'Apa aku juga bisa memanggilnya dengan sebutan Mione?'
..................
Di Asrama Gryffindor, terlihat Parvati yang berjalan masuk ke kamarnya diikuti oleh Padma dan Ron.
"Rasanya aku masih menyimpan di sini. Tunggu sebentar, aku akan mencarinya." Padma dan Ron hanya mengangguk. Sementara Parvati telah melesat mencari perkamen yang berisi penjelasan ramuan tahun keenam. Bukan mengapa, tapi kertas itu sangat mereka butuhkan saat kelas ramuan professor Slughorn. Secara kebetulan, Padma berpasangan dengan Ron dan Parvati berpasangan dengan Dean.
Padma menatap sebuah kasur. "Apa itu kasur Hermione?" tanyanya pada Parvati sembari menunjuk.
Parvati menoleh sebentar. "Oh, iya. Itu kasur yang dulunya ditempati oleh Hermione. Sebelum dia, kau tahu? Pindah." kemudian ia sibuk mencari perkamennya.
"Dan ini kasurnya Lavender." gumam kecil Ron sembari mengelus seprai kasur itu. Namun, tiba-tiba ia melihat sebotol minuman di atas kasur Parvati.
"INI DIA! Ketemu!" Parvati segera mendekati Padma.
"Apa ini?" kedua perempuan itu menatap Ron yang tengah memegang sebotol minuman.
Parvati menoleh. "Oh, itu minuman. Mungkin dari salah satu fansku," ia mengedipkan bahunya acuh, sementara Padma menatap sinis kembarannya itu. "Memangnya kau punya fans?"
"Ya, sudah. Aku minum ya, soalnya aku sangat haus sekali Parvati." Ron segera membuka botol itu dan meminum isinya sampai habis.
"Eh, Ron. Jangan sembarangan minum itu." kedua Patil berdiri di sebelah Ron, tapi Ron sudah menghabiskan minuman itu hingga tidak tersisa setetes pun.
"Kau bagaimana sih! Bagaimana jika di dalamnya terdapat racun!" protes Parvati yang berdiri di sebelah kiri Ron.
"Iya, Ron. Jangan sembarangan minum pemberian orang yang tidak dikenal!" sekarang giliran Padma yang berdiri di sebelah kanan Ron yang protes.
Ron ingin menjawab protesan kedua gadis itu, namun ia merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya.
"Ada yang aneh pada tubuhku?" gumamnya.
"Apa yang aneh, Ron?" ternyata Padma mendengar gumaman Ron tadi.
"Dean?" tiba-tiba saja ia berucap nama Dean.
"Apa Ron?!" seru Parvati.
Tiba-tiba saja, pintu kamar Parvati didobrak. Lalu muncullah Dean dengan setangkai bunga di tangannya disertai pakainnya yang bukanlah seragam Hogwarts Gryffindor, melainkan setelan jas berwarna putih. "Akhirnya kau meminumnya juga," ia menyeringai pada Parvati yang cengo menatap Dean. Bukan hanya Parvati, tapi juga Padma sama herannya melihat Dean. Kecuali Ron yang berbinar-binar mata menatap Dean.
"Parvatiku, sayang." Dean meletakkan bunga mawar itu di giginya sembari mengedipkan mata pada Parvati. Sementara itu, Parvati melongo melihat tingkah Dean.
"Apa kau sudah gila Dean!" seru Parvati galak. Bisa-bisanya pemuda itu bertingkah absurd seperti ini.
Tapi Dean justru bingung. 'Kenapa tingkahnya seperti tidak terjadi apa-apa? Tapi, kan dia pasti meminum ramuan itu karena mantra deteksi yang kutinggalkan di botol itu menandakan botol itu sudah diminum?' Dean merasakan ada yang tidak beres. Ia menatap ke samping Parvati, yaitu Ron.
Entah kenapa, ia seperti melihat Ron terlihat begitu terobsesi padanya?
Tunggu! Sepertinya mata Dean salah lihat. Dia mengedipkan matanya beberapa kali, berharap itu hanya salah lihat.
Tapi lengkingan Ron, membuat Dean sadar bahwa ini bukanlah mimpi.
Bersambung.
.
.
.
.
.
Hai readers^^
Sebenarnya, author mau pub ini waktu sudah selesai ujian. Tapi, karena author dapat libur selama 3 hari, makanya author sempet²in publish cerita ini^^
Siap² perutnya dikocok di chap selanjutnya kwkwkwkkw