Moonlight Stealth

By hayylaaa

2.1K 613 729

[ Fantasy - Slice of Life ] Aku menutup buku dongeng pengantar tidur. Tak lupa mengucapkan harapan bahwa keaj... More

00 | Before Moonlight Shining You
01 | They Cames
02 | A Strange Miracle
03 | First Plan
πŸŒ™ | Moonlight Stealth (1)
πŸŒ™ | Moonlight Stealth (2)
πŸŒ™ | Moonlight Stealth (3)
04 | The Truth Untold
05 | The Truth Untold (2)
06 | Love Project
07 | Love Project (2)
08 | Love Project (3)
πŸŒ™ | Visualisasi Karakter
09 | Become A Basket Manager
10 | Become A Basket Manager (2)
11 | Become A Basket Manager (3)
12 | Be A Good Manager
13 | Great Competition
14 | A Great Day
πŸŒ™ | Wawancara Ekslusif Bersama Fhea
15 | A Trip to Market!
16 | Art Exhibition
17 | Rumor Has It
18 | Bullying
19 | Bullying (2)
20 | Bullying (3)
πŸŒ™ | Wawancara Ekslusif Bersama Fhea (2)
21 | Bullying (4)
22 | Shocking News
- PENGUMUMAN -
23 | Plan - Survey!
24 | Plan - Sneak!
πŸŒ™ | New Cover UwU
26 | Welcome Home Mom!
27 | Warm Night

25 | Plan - Save!

34 9 7
By hayylaaa

"Baiklah kalau begitu, ayo kita bereskan semuanya malam ini!" seru Kayla.

Segera saja kami mulai bergerak membersihkan gudang ini. Dengan punggung kambing Kayla yang kuat, ia mengangkat barang dan memindahkannya sehingga lebih rapih. Gagak membantu merapihkan bagian atas, dan mengusir sarang laba-laba yang ada di setiap sudut gudang

Aku mengambil sapu dan mulai menyapu lantai gudang. Sementara Rara mengelap lantai dengan kain lap.  Arya dan Cici berpisah dari satu benda ke benda lain, sibuk mengelap dengan kain lap mereka agar tidak berdebu.

Setelah hampir satu jam membersihkan gudang, kami merebahkan diri di lantai. Menatap hasil kerja keras kami dengan bangga. Kini gudang sudah bersih dan rapih, juga terlihat lebih luas dan tersusun dari sebelumnya. Siap untuk ditinggali Moonlight Stealth selama beberapa hari!

"Akhirnya selesai!" teriak Cici sambil melompat-lompat.

"Yuk balik!" seruku lalu bangkit berdiri.

Setelah memastikan gudang tertutup rapat dan tidak meninggalkan jejak aneh yang mungkin akan mengundang rasa penasaran orang, kami mulai memanjat tembok seperti tadi.

Setelah berhasil keluar dari taman belakang secara diam-diam kami mulai berjalan. Baru selangkah kakiku bergerak, suara gemerincing kembali terdengar. Cahaya rembulan kembali terlihat dan mereka berubah manjadi sosok manusia lagi.

"Bagus, kita akan lebih mudah balik ke rumah dengan sosok kalian seperti itu!" seruku. "Sebaiknya kita cepat sebelum cahayanya kembali hilang!'

Kami berlari di jalanan hingga masuk ke gang-gang kecil, berusaha lari secepat mungkin tanpa meninggalkan suara. Namun gerakan awan sama sekali tak bisa diprediksi dan direncanakan. Suara gemerincing terdengar dan mereka berubah menjadi sekumpulan hewan lagi.

"Jangan panik! Kita tetap berjalan ke rumah tapi di pinggir jalan saja, agar bisa cepat sampai ke rumah, okey!"

Setelah memberi perintah, mereka mulai merapat ke tembok dan berjalan pelan-pelan di sana. Sementara aku kembali berjalan seperti biasa. Namun sepertinya Tuhan ingin menguji atau mungkin tidak puas mempermainkanku tadi.

"Siapa di sana?!"

Aku terperanjat kaget. Segera melihat ke sana-sini dengan tatapan menyala. Keringat dingin membanjiri, adrenalin melambung tinggi, jantungku kembang kempis, serasa dipompa. Apakah kita ketahuan?

Lelaki tegap berseragam polisi menghampiriku. "Hei Dik, sedang apa sendirian di gang malam-malam begini."

"Oh-ah, itu ... a-aku tadi habis mampir ke mini market untuk membeli makanan."

Ia menatapku, dari atas hingga bawah dengan tatapan tajam. Ekor matanya beralih ke tas yang kupakai sedari tadi, jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Ia

Manik hitamku bergerak-gerak mencari mereka yang sibuk bersembunyi di balik gerobak sampah. Semoga saja Pak polisi ini tidak sadar atas kehadiran mereka.

"Boleh saya cek tasnya?" Sepertinya pak polisi tidak percaya dengan alibiku. Ragu-ragu aku menyerahkan tas ransel yang hanya berisi tas hujan, minuman dan kantong plastik dan beberapa 2 buah snack yang rupanya lupa aku keluarkan dari tas.

Setelah mengecek, ia pun menyerahkan tas padaku kembali. "Lain kali jangan keluar tengah malam sendirian ya, apalagi di dalam gang sepi begini. Bahaya!"

Aku mengangguk. "Baik pak."

"Rumahmu di mana? Biar saya anter."

"Eh tidak usah pak!" Buru-buru aku bersuara, panik, nyaris berteriak. Pak polisi nampak terkejut dan bingung.

"Eh rumahku berada di dekat sini, di ujung situ." tunjukku pada sebuah jalan lurus yang memang mengarah ke rumahku. "Sebentar lagi akan sampai kok, saya takut merepotkan."

Pak polisi itu mengangguk. "Ya sudah, hati-hati ya!" Lalu segera pergi, menghilang di belokan gang.

Aku terduduk. Kedua tungkai kakiku lemas. Save! Nyaris saja mengompol di celana. Buru-buru aku bangkit dan menghampiri mereka yang berada di balik gerobak sampah. Untung saja gelap jadi tanduk kambing tidak kelihatan.

Aku menoleh ke kanan kiri. "Sudah aman! Ayo keluar!"

Mereka keluar pelan-pelan. Kami semua saling bertatapan dan mengembuskan napas bersama. Tak mau membuang waktu, kami segera berjalan menyusuri gang, dengan mereka yang berjalan merapat ke dinding.

Gemerincing kembali terdengar, aku menoleh dan menemukan mereka kembali ke tubuh manusia. Aku tersenyum, dengan begini kita bisa berlari lagi agar bisa sampai ke rumah dengan cepat.

"Oooii!"

Langkah kami terhenti, dengan  menoleh ke sumber suara. Rupanya ada bapak-bapak yang sedang mabuk. Mereka berjalan ke arah kami sambil melambaikan-lambaikan tangannya.

"Tandukmu!" bisik Cici ke Kayla. Buru-buru Kayla mengambil topi Arya, satu-satunya benda yang dapat menutupi tanduknya.

"Hei itu topiku!" geram Arya, namun Kayla tak mempedulikannya.

"Bagaimana dengan telingamu?" tanya Rara.

"Tenang saja, aku akan bilang bahwa ini bando!"

Bapak-bapak itu menghampiri kami, "Hei sejak kapan jalanan jadi bergelombang seperti ini ya?" tanyanya dengan suara serak.

Aku nyaris muntah mendegar bau alkohol yang sangat kuat keluar dari mulutnya. Sepertinya bapak itu sudah kehilangan kesadaran dirinya, apa dia tersesat sampai ke sini?

Aku inisiatif bertanya, "Maaf bapak mau ke mana ya? Mungkin bisa kami bantu?"

"Oh tadi aku jalan lurus terus mau ke rumahku, tapi jalannya bergelombang hingga aku bingung kekekekek."

"Rumah bapak di mana ya?"

"Rumahku di perumahan Bella Residence dekat Giant!"

Aku manggut-manggut, tak jauh dari sini rupanya. "Bapak jalan lurus saja ke sana terus belok kanan dan lurus terus, nanti sampai."

"Ahh begitu ya, hik! Terimakasih ya nak."

"Iya pak, hati-hati."

Bapak itu mulai pergi, sekilas matanya menatap ekor kelinci, namun buru-buru Rara tutupi.

"Lagi cosplay ya? Hahaha lucu sekali. Jangan-jangan kalian habis dari klub malam?"

"Ehh ... bukan pak!"

"Ckckck, dasar anak muda zaman sekarang ya!" Bapak itu melangkah pergi tanpa mempedulikan bantahanku.

"Sudah kubilang kan? Telinga ini terlihat seperti bando!" ujar Cici.

Setelah bapak itu tak terlihat. Kami melanjutkan perjalan kami berlari hingga sampai ke rumah dengan selamat.

"Huwaa akhirnya sampai!" jerit Rara sambil merentangkan tangannya ke atas.

"Ssttt ... jangan berisik!" seru Kayla.

Kami segera masuk ke dalam rumah. Gemerincing terdengar begitu mereka masuk ke dalam rumah, berubah kembali menjadi hewan karena caha rembulan terhalang oleh atap serta dinding.

Kami merebahkan diri di atas kasur. Diam sejenak, hanya terdengar napas terengah-engah yang memenuhi kamar. Membiarkan rasa penat menguar di udara.

"Tadi nyaris saja loh!" celetuk Cici.

Aku tertawa, "Kalian tidak tahu seberapa paniknya aku, nyaris saja aku mengompol di dalam celana setelah sekian lama! Hahaha ...."

"Aku juga tadi nyaris kentut! Untung saja tidak jadi haha!" tambah Arya membuat kita semua tertawa geli membayangkannya. Pasti akan lucu.

"Untung saja Grey segera menggetok kepala Arya dengan paruhnya jadi ia tidak jadi kentut! Bisa-bisa kita ketahuan! Aku tadi degdegan sekali. Sudah memikirkan bahwa kita akan berakhir di dalam sel penjara!" imbuh Rara dengan suara menggebu-gebu.

"Ya, untung saja tidak ketahuan. Aku takut tadi tanduk kambingnya akan terlihat. Syukurlah dia tidak sadar." ujar Kayla.

Kami semua tertawa sambil mengingat kejadian tadi yang cukup lucu. Setelah puas berceloteh, kami segera bersiap tidur. Esok aku sekolah dan harus tidur secepatnya agar bisa bangun pagi.

"Good night Fhea!" seru Cici.

Aku tersenyum dari balik selimut. "Good night juga Cici dan yang lain."

🌙🌙🌙

Good night juga buat kalian! (Anggap saja udah malam)

Sori yaa baru bisa update sekarang :(
Kemarin aku masih ujian. Tapi sekarang udah selesai kok yey!

Semoga aku bisa lanjutin ini sampai tamat! Aamiin ....

Mungkin aku ga akan bisa update rutin kek kemarin, tapi aku usahain bisa update selang-seling gitu perhari. Atau setidaknya 3 kali update dalam seminggu.

Once again terimakasih banyak yang udah baca cerita ini dan dukung cerita ini. Perjalanan Fhea masih sangat panjang sebenernya, bahkan ini baru awal, setelah sekian banyak Chapter wkwk.

Kuharap kalian masih mau menemani Fhea hingga setidaknya mereka pacaran—eh? Entahlah, mereka pacaran gak yaa, aku masih belum menentukannya.

Kalau begitu sampai bertemu di chapter selanjutnya readers tersayang UwU! Jangan lupa dukung aku dengan vote dan komen ya, karena dari situ aku sadar kalau kalian selama ini baca dan dukung aku <3

See you in next chapt!

- 🌙✨

Continue Reading

You'll Also Like

313K 27.1K 24
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
783K 2.7K 11
πŸ”ž cerita ini mengandung adegan dewasa
1.9M 126K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...
232K 19.5K 25
β€’β€’Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana memiliki sifat rendah hati dan ramah. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki...