[1] shame • winter•hyunjin

By im_alozers

320 64 8

Winter yang tidak sadar kalau sifat nya yang pemalu, justru menarik perhatian banyak orang March, 2021 More

pro.log
fa•ce

sa•tu

90 21 2
By im_alozers

Warning!
Hars word, gaje, typo

-----


Winter & Spring

............

Bagi Spring, membiarkan Winter bersekolah ditempat yang berbeda dengan dirinya, merupakan keputusan yang salah.

Dirinya akan jadi sangat protektif terhadap adik beda sepuluh menit nya itu. Setelah sang papa pergi menghadap Tuhan enam tahun yang lalu, Spring dituntut untuk bisa melindungi dua perempuan terpenting dalam hidup nya, mama dan Winter.

Hidup bersama sejak dalam kandungan, menjadikan Spring orang yang paling tahu Winter luar dalam, bahkan melebihi sang mama.

Spring tahu Winter itu pendiam, pemalu, tapi menggemaskan. Spring tahu Winter tak akan pernah bisa lepas dan berpisah dari nya.

Maka saat Spring berujar dia akan bersekolah di asrama, untuk mengejar cita cita nya menjadi pilot, dia amat sangat terkejut ketika Winter memutuskan untuk tetap bersekolah dari rumah. Dengan alasan tidak ingin meninggalkan sang mama.

Keputusan Winter tersebut sedikit banyak mempengaruhi keputusan Spring. Dirinya bimbang, apa harus tetap melanjutkan study nya di asrama, yang mana itu merupakan keinginan terbesar almarhun papa nya, namun dengan resiko meninggalkan kedua keluarga nya. Atau tetap sekolah dilingkungan rumah, yang mana Spring dapat melindungi dan menemani Winter dan Mama, tapi harus menghentikan cita cita dirinya dan sang papa.

Maka jalan satu satu nya adalah, Spring harus bisa membujuk Winter, untuk mau bersekolah di tempat yang sama dengan nya.

Kalau seperti itu kan, Spring bisa menjaga salah satu dari mereka. Biarlah mama sendiri, toh masih ada kakek dan nenek dari kedua belah pihak yang mengawasi sang mama.

Untuk itu disinilah Spring, bersisian dengan sang adik yang tengah melipat baju jemuran, sambil menonton televisi di ruang tengah.

"Dek, lo yakin gak mau ikut sama abang?"

Mendengar suara sang kakak, Winter tahu kalau topik sensitiv ini akan dibahas lagi.

"Kan kita udah sepakat loh bang,"

Spring kembali menghela napas, "adek kenapa sih gak mau ikut abang, hmm? Gak takut gitu pisah sekolah? Nanti adek jajan kekantin sama siapa? Pulang bareng siapa? Emang berani naik bus sendirian?"

Winter tertegun, sejujurnya dia ragu. Dia belum pernah berpisah dengan kakak nya. Hidup nya terlalu bergantung pada Spring. Bahkan sampai detik ini, jika sang mama jaga malam di Rumah Sakit, Winter akan meminta ditemani tidur.

Dia kembali menutup mata mengingat sekelebat ingatan yang cukup menyakitkan. Samar samar memori nya memutar peristiwa, dimana dia mendengar segerombolan orang yang menertawakan dan mencemooh ke-kikuk kan dirinya.

Winter memang pemalu, penakut dan cengeng. Dirinya sadar kalau dia benar benar payah.

Untuk itu dia sadar, dan mencoba untuk berhenti bergantung pada Spring. Kembaran nya itu punya hidup nya sendiri, tidak selalu berputar untuk menemani atau menjaga dirinya.

Mungkin ini saat nya dia membuktikan pada mendiang papa, kalau dia bisa melindungi dirinya dan sang mama.

"Adek berani kok bang. Masa cuman naik bus aja gak berani."

Spring memejamkan mata, dia lupa. Kalau selain pemalu dan pendiam, Winter juga keras kepala.

"Adek,"
Spring bergerak mengelus surai Winter.

"Adek tahu kan kalo abang khawatir. Adek tahu kan kalo abang takut adek ada yang gangguin. Makanya abang ngajak adek buat sekolah di tempat yang sama, sama abang."

Mendengar ucapan Spring, kontan Winter mendongkak untuk melihat sang kakak. Mata cantik nya berbinar binar karena sudah dilapisi linangan air mata.

"Pisah sama abang, bukan cuman tentang naik bus sendirian. Tapi lebih dari itu sayang." Ada jeda sedikit, saat spring merasakan sesak dalam rongga dadanya.

"Adek harus bisa ke mini market sendiri, bicara sama mbak kasir nya sendiri, adek harus berani ambil air kalo haus tengah malem sendiri. Dan yang lebih penting lagi, adek harus bisa jaga pola makan sendiri. Adek sanggup?"

Sempat tertegun sejenak, Winter kemudian menganggukkan kepala nya tegas. Benar! Ini sudah saat nya Winter bisa hidup mandiri, sudah saat nya Winter tidak berpegang lagi pada Spring. Dirinya sudah 16 tahun! Sudah saat nya Winter hidup dengan jalan nya sendiri, tidak melulu dengan Spring, kakak nya.

Meyakinkan sang kakak, Winter berujar. "Adek bisa kok bang! Adek berani, hehe."

Spring menghembuskan napas lelah. Lelah mengadapi kekeras kepalaan Winter, dan sifat sok bisa nya itu.

"Abang, adek kan udah besar, udah enam belas tahun. Mau gak mau, berani gak berani, adek harus bisa hidup sendiri. Mungkin nanti adek bakal buat jadwal makan di hp, biar kalo lupa ada alarm yang ngingetin, hehe."

Winter kemudian bergerak menyamping, menghadap Spring. "Terus terus, nanti adek bisa ambil botol gede ke kamar biar kalo haus gak usah kebawah ambil air. Terus adek juga bisa kok ke mini market sendiri, kalo takut boleh lah tinggal bawa moogi, tuh kucing rakus pasti mau kalo diajak ke mini market, apalagi di jajanin whiskas, hehe."

Pandangan Spring menerawang, iya benar, ternyata memang mereka sudah besar, sudah 16 tahun hidup bersama, mungkin memang ini saat nya mereka berjuang masing masing buat gapai impian sendiri.

Spring tersenyum, "aduduhhh, adik siapa siih? Dewasa banget. Sini sini peluk dong abang nya."

Winter tergelak, namun tak ayal tetap menerjang kakak nya, memeluk tubuh tinggi besar itu. Tubuh yang selalu ada kapan saja dan dimana saja, kala Winter membutuhkan bantuan.

"Winter sayang banget sama abang."

Spring mendongkak, mencoba menghalang air mata yang berusaha turun dan menerobos pertahanan nya. Spring tahu, Winter pasti sedang berusaha untuk tidak menangis, maka dari itu Spring juga harus. Dirinya tak boleh membuat sang adik semakin bersedih.

"Hmm, abang juga sayang banget sama adek Winter, adek yang paling nyebelin dan pemaksa."

Mendengar ucapan Spring, kontan membuat Winter merengek kecil, sambil menyembunyikan wajah nya pada dada sang kakak, takut jika wajah sembab nya dilihat Spring.

Mendengar rengekan menggemaskan itu, kontan membuat Spring tergelak dengan kencang. Meramaikan suasana malam yang cukup dingin, tanpa kehadiran sang mama.

Tanpa tahu, bahwa sejak awal pembicaraan mereka, wanita yang telah melahirkan mereka ke dunia tersebut mendengar semuanya.

"Mas, kamu lihat kan? Anak anak kita sudag besar, dan mereka begitu manis."

Tanpa terasa setetes air mata itu jatuh dari pelupuk indah wanita 40 tahun tersebut.



-----


Alm. Papa Jeff & Mama Rosi

_____



Shame•
Anezimaa_

Continue Reading

You'll Also Like

78.2K 5.6K 25
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
827K 87.4K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
81.1K 7.8K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
68.1K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...