We Best Love - No.1 For You (...

By FunzeeShu

21.9K 676 308

Judul : We Best Love - No.1 For You Tipe : Retelling Genre : Boyslove Sumber : Berdasarkan serial yang tayang... More

šŸ’œ Catatan Penulis : šŸ’œ
Chapter 1 - Part 1
Chapter 1 - Part 2
Chapter 2 - Part 1
Chapter 2 - Part 2
Chapter 2 - Part 3
Chapter 3 - Part 1
Chapter 3 - Part 2
Chapter 3 - Part 3
Chapter 4 - Part 1
Chapter 4 - Part 2
Chapter 4 - Part 3
Chapter 5 - Part 1
Chapter 5 - Part 2
Chapter 6 - Part 1
Chapter 6 - Part 2
Chapter 6 - Part 3
Chapter 6 -Part 4
šŸŒŠ Extra Chapter šŸŒŠ
šŸŒŠ Catatan Tambahan šŸŒŠ

Chapter 5 - Part 3

725 35 53
By FunzeeShu

Lesson 5 ~ Because It's You

~ Part 3 ~

🌊🌊🌊

Penerjemah/penulis :
Funzee Shu

Proofreader :
TheodoraMel
UeeMs94

🌊🌊🌊

Zhou Shu Yi menatap lekat-lekat layar ponsel yang diletakkan di atas tutup grand piano di hadapannya. Entah kenapa kaki tak bermatanya itu kembali membawanya ke ruangan musik ini.

Sudah setengah jam lebih ia melakukan hal itu, menatap kolom chat antara dirinya dan Gao Shi De dengan tatapan kosong. Menanti dentingan notifikasi yang menandakan ada pesan masuk. Menunggu Gao Shi De membalas pesan yang ia kirimkan.

Sejak hari dimana Gao Shi De membatalkan 'perjanjian' di antara mereka, tak sekalipun dia mengirimi Zhou Shu Yi pesan, bahkan beberapa pesan yang Zhou Shu Yi kirimkan beberapa hari sebelumnya tak juga dia balas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak!

Membuat Zhou Shu Yi jadi tak enak makan dan tak nyenyak tidur saja...

Jiang Yu Xin yang kini menemani Zhou Shu Yi di ruang musik hanya berdiri sambil menopang dagu tak jauh darinya. Sejak Zhou Shu Yi mengatakan 'perasaan sukanya' terhadap Gao Shi De pada Fang Zheng Wen saat itu, pria itu langsung memberitahukan berita mengejutkan itu pada kekasihnya.

Keduanya lantas bergantian 'menemani' Zhou Shu Yi, mengawasi kelakuan temannya itu yang kerap kali berjalan tanpa tujuan dengan pikiran kosong di lingkup kampus. Keduanya khawatir kalau-kalau Zhou Shu Yi akan mendapatkan masalah suatu hari nanti karena aksi 'berjalan dengan hati dan pikiran yang tidak menyatu' itu.

"Kalau kamu merindukannya, temuilah dia." Jiang Yu Xin mencoba 'menggerakkan' hati sahabatnya itu agar tak lagi menghindar dan keras kepala terhadap apa yang ia rasakan.

Sejak Zhou Shu Yi menyadari perasaanya itu, ia semakin gundah saja. Dirinya merasa syok dengan kenyataan yang sama sekali tidak diduganya itu.

Ternyata, rasa hampa dan resah gelisah yang dia rasakan serta himpitan yang terasa berat menekan dadanya hingga membuatnya kesulitan bernafas itu disebabkan karena rasa rindu berat dan kehilangan yang ia rasakan semenjak Gao Shi De menghilang dari kehidupannya.

"Apa kamu kira aku tidak pernah mencobanya?" jawab Zhou Shu Yi pelan.

"Lantas, kenapa kamu tidak beritanya langsung padanya saja?"

"Kenapa aku harus melakukan itu?" sungut Zhou Shu Yi. "Kalau dia sampai tahu aku sedang mencarinya. Itu akan sangat memalukan."

"Kamu ini seperti anak kecil saja. Kamu telah berkeliling kesana-kemari di kampus ini hanya agar bisa bertemu dengannya, 'kan?"

"Lalu kenapa?" Zhou Shu Yi merengut kesal seperti layaknya anak kecil yang tengah dinasehati oleh ibunya karena telah melakukan 'hal bodoh'.

Jiang Yu Xin hanya bisa tersenyum melihat mimik wajah yang dibuat temannya itu.

"Aku pikir....tidaklah susah untuk menemukan seseorang di era kemudahan informasi seperti sekarang ini. Sekarang baru kusadari, kamu tidak akan bisa semudah itu menemukan seseorang yang begitu ingin menghindar darimu." Zhou Shu Yi tersenyum kecut.

"Tapi, bagaimana dulu dia bisa menemukanku, ya?" guman Zhou Shu Yi dengan rasa penasaran. "Jelas-jelas kami berasal dari fakultas yang berbeda, tapi dulu aku bisa bertemu dengannya hampir setiap hari."

Jiang Yu Xin tampak ikut penasaran dengan apa yang dikatakan Zhou Shu Yi barusan.

"Mendengar perkataanmu itu, membuatku menyadari sesuatu... dari kecil hingga sekarang, dia selalu berada di dekatmu. Dimanapun kamu berada, dia selalu ada."

Zhou Shu Yi mengerutkan keningnya hingga alisnya nyaris bertaut. Karena apa yang dikatakan Jiang Yu Xin barusan membuatnya juga tersadar akan hal itu.

"Apa kamu ingat ketika dulu kita bermain petak umpet? Asalkan Gao Shi De yang kebagian jadi 'hantu' (yang mencari), bagaimanapun kamu bersembunyi, kamu selalu jadi yang pertama dia temukan."

Zhou Shu Yi mencoba mengingat-ingat kejadian waktu itu. "Kurasa memang seperti itu."

"Itu karena... dia selalu mengawasimu." Jiang Yu Xin mengatakan itu sambil tersenyum penuh arti.

"Benar-benar seorang stalker. Mengikuti kemanapun aku pergi," gumam Zhou Shu Yi, "Mengerikan!" alih-alih bergidik ngeri, seulas senyum justru terkembang di sudut bibir Zhou Shu Yi tanpa dia sadari.

Jiang Yu Xin beranjak mendekat, lalu duduk di samping sahabatnya itu.

"Zheng Wen pernah bilang padaku, kalau sebenarnya kamu pernah diam-diam menyukaiku, benar begitu?"

"Itu semua sudah berlalu," jawab Zhou Shu Yi sambil tertawa kecil.

"Tapi kamu tidak pernah menyadari kalau ternyata....orang yang selama ini selalu berada di sisimu itu adalah Gao Shi De." Jiang Yu Xin menoleh pada sahabatnya itu lalu menyenggol bahunya pelan.

"Shu Yi, kamu telah jatuh cinta padanya, 'kan?" ujar Jiang Yu Xin pelan.

Ucapan Jiang Yu Xin barusan membuat Zhou Shu Yi terbelalak.

Sejak dirinya menyadari bahwa perasaannya terhadap Gao Shi De tidaklah sesederhana itu, Zhou Shu Yi berulang kali berusaha untuk menyangkali perasaannya tersebut. Berharap apa yang ia rasakan itu salah, dan apa yang ia rasakan akhir-akhir ini hanyalah rasa rindu yang diakibatkan karena rasa kehilangan yang ia rasakan semenjak Gao Shi De tak lagi berada di sisinya. Rindu antar teman...bukan begitu?

Namun sejauh dan beberapa kuat dirinya berusaha mempercayai bahwa rasa rindu dan kehilangan yang ia rasakan selama ini hanyalah perasaan wajar yang terjadi di antara teman, Zhou Shu Yi tahu betul kalau itu hanyalah dusta yang ia percayai demi menahan gejolak perasaan yang dia rasakan sebenarnya.

"Lakukanlah apa yang seharusnya kamu lakukan..." Jiang Yu Xin paham betul kalau sahabatnya itu sedang dalam dilema dan membutuhkan dukungan agar dia bisa mantap mengambil keputusan. Keputusan yang sebenarnya sudah lama ada di lubuk hatinya yang terdalam dan menanti seseorang yang tepat untuk menariknya keluar, memberinya dukungan atas keputusan yang telah dia buat.

Jiang Yu Xin menepuk pelan bahu Zhou Shu Yi, mencoba menyalurkan energi positif pada sahabatnya itu,

"Aku tahu kamu bisa melakukannya. Semangat, ya!" Jiang Yu Xin mengepalkan tangan kirinya memberikan dukungan.

Untuk beberapa saat Zhou Shu Yi hanya terdiam, namun sesaat kemudian Zhou Shu Yi bangkit dari duduknya, menyambar ponsel dan tas ranselnya, lalu bergegas pergi meninggalkan Jiang Yu Xin yang tampak tersenyum puas melihat sahabatnya itu akhirnya berani mengambil langkah paling berani dalam hidupnya...

Mengejar cinta sejatinya....

~~~

Malam itu Gao Shi De pulang agak larut. Bermain kucing-kucingan demi menghindari Zhou Shu Yi cukup membuat dirinya lelah karena beberapa kegiatannya jadi tertunda. Gao Shi De sengaja menunda pulangnya setiap hari agar dirinya tidak berpapasan dengan Zhou Shu Yi. Membuat dirinya 'tak terlihat' adalah satu-satunya cara agar Zhou Shu Yi tak dapat menemukannya.

Gao Shi De banyak menghabiskan waktunya di ruang klinik, tempat yang ia tahu pasti tidak akan didatangi Zhou Shu Yi karena sikap sepupunya yang kerap kali bersikap sinis padanya. Meski Gao Shi De sebenarnya juga sebal dengan sepupunya itu, tapi tempat itu adalah tempat teraman bagi dirinya bila ingin menghindar dari Zhou Shu Yi.

Gao Shi De tengah berjalan melintasi jembatan penyeberangan yang setiap hari selalu dilewatinya bila hendak menuju stasiun MRT ketika ponsel di tangannya bergetar menandakan ada pesan yang masuk.

Gao Shi De menatap layar ponselnya itu dan menemukan pop-up berisikan pesan dari Zhou Shu Yi.

(Gao Shi De, kamu sedang apa? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu dimana-mana?)

Gao Shi De membaca pesan itu, lalu kembali mengunci layar ponselnya tanpa membalas pesan Zhou Shu Yi, memasukkan ponselnya ke saku belakang celananya dan kembali melanjutkan langkahnya sambil menatap ujung sepatunya.

"Gao Shi De!" panggil seseorang.

Gao Shi De mengangkat wajahnya dan mendapati sosok yang tengah dirindukannya itu tampak sedang menantinya dengan wajah kesal di tengah jembatan penyeberangan.

"Kamu ini benar-benar sedang menghindariku, ya!" dengan wajah kesal Zhou Shu Yi berjalan mendekati Gao Shi De, "Apa kamu tidak lelah terus menerus seperti ini, hah?!"

Gao Shi De terdiam untuk beberapa saat, lalu meraih ponselnya dari saku belakang celananya dan mengulurkan pada Zhou Shu Yi.

"Aku sudah menghapus videonya. Kamu bisa mengecek ponselku...," ucapan Gao Shi De terhenti karena Zhou Shu Yi menepis tangan Gao Shi De dengan kesal.

"Kamu mengancamku untuk menjadi 'pesuruhmu' dengan video itu, kamu sengaja melakukan itu karena kamu mengkhawatirkanku yang sedang patah hati, 'kan?!"

Gao Shi De memalingkan wajahnya dari Zhou Shu Yi.

"Kamu pernah bilang kalau aku bisa mengalahkanmu sekali saja, maka perjanjian itu pun berakhir dan aku akan bebas. Kamu sengaja melakukan itu hanya untuk mengalihkan perhatianku."

"Aku tidak sebaik itu," bantah Gao Shi De dengan wajah dinginnya, "Aku melakukan itu semua semata-mata untuk diriku sendiri."

Gao Shi De menahan kalimatnya sejenak, lalu menatap Zhou Shu Yi dengan lembut, "Aku hanya ingin kita menjadi dekat dan bisa menjadi teman hingga hari kelulusan tiba."

Mendengar perkataan Gao Shi De barusan membuat Zhou Shu Yi teringat kembali akan percakapan mereka ketika terjebak di ruangan klinik malam itu.

"Apa kamu tidak berencana untuk menyatakan perasaanmu padanya?"

"Kami baru saja berteman. Aku tidak berencana untuk merusak hubungan baik yang baru saja terjalin dengan susah payah ini..."

"Kamu ini bodoh, ya? Apa cukup hanya bisa berteman saja?" cecar Zhou Shu Yi kesal.

"Bukankah kamu juga melakukan hal yang sama terhadap Jiang Yu Xin dan Fang Zheng Wen."

Zhou Shu Yi hanya bisa terdiam mendengar kata-kata Gao Shi De itu. Mulutnya terasa terkunci tiba-tiba. Karena itulah yang ia lakukan ketika mendapati bahwa cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Zhou Shu Yi memilih diam dan merasa 'cukup' bila hanya bisa menjadi teman saja agar bisa selalu dekat dengan Jiang Yu Xin dan diam-diam membebat torehan luka yang menganga di hatinya kala itu. Kini, Gao Shi De pun mengambil langkah yang sama dengan yang telah terlebih dahulu ia lakukan, hanya agar bisa selalu berada dekat dengannya...

Dan tidak ada yang lebih memahami perasaan ini daripada Zhou Shu Yi.

"Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, aku pergi dulu." Gao Shi De berjalan melewati Zhou Shu Yi yang masih kehilangan kata-kata.

"Apa aku masih menjadi si 'orang yang beruntung' itu?" teriak Zhou Shu Yi sesaat kemudian.

Langkah Gao Shi De terhenti, lalu dengan perlahan berpaling menatap Zhou Shu Yi dengan ekspresi terkejut.

"Hari itu di klinik, aku mengatakan kalau seseorang yang kamu sukai itu adalah orang yang beruntung." Zhou Shu Yi berjalan mendekati Gao Shi De yang kini hanya terdiam mematung.

"Ketika aku tertidur, kamu mengatakan kalau seseorang yang 'beruntung' itu selama ini adalah aku..." Zhou Shu Yi yang kini berada tepat di hadapan Gao Shi De menatap lekat-lekat pria di hadapannya itu.

"Apa sekarang aku masih menjadi orang yang beruntung itu?" tanya Zhou Shu Yi lagi.

Gao Shi De yang masih tampak terkejut dan kehilangan kata-kata itu hanya bisa memalingkan wajahnya menghindari tatapan tajam Zhou Shu Yi.

"Jawab aku!" desak Zhou Shu Yi, "Apa masih aku?!"

Gao Shi De menghela nafas pelan, berusaha mengontrol perasaannya saat ini. Lalu melirik sekilas ke arah Zhou Shu Yi.

"Hal itu sudah tidak lagi penting sekarang," jawab Gao Shi De dengan tawa sumbang yang dipaksakan. Lalu bergegas pergi meninggalkan Zhou Shu Yi.

Dengan cepat, Zhou Shu Yi meraih tas ransel milik Gao Shi De yang tersampir di bahunya itu. Menariknya hingga terlepas dari pegangan Gao Shi De dan menghempaskannya, lalu meraih kedua lengan Gao Shi De yang masih tampak terpana itu dan mencengkeramnya erat.

"Gao Shi De. Aku bicara serius!"

Gao Shi De yang masih tampak syok hanya bisa menatap pria di hadapannya itu dalam diam. "Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja Zhou Shu Yi jadi bertingkah seperti ini?"

"Hentikan!" balas Gao Shi De yang seolah baru saja tersadar dari lamunannya sambil berusaha menepis cengkeraman Zhou Shu Yi pada lengannya.

Zhou Shu Yi menatap Gao Shi De dengan sorot mata serius yang membuat Gao Shi De terdiam. Zhou Shu Yi tak mengendurkan cengkeramannya sedikitpun, lalu perlahan memajukan wajahnya hendak mencium Gao Shi De. Namun dengan refleks Gao Shi De memalingkan wajahnya sehingga bibir Zhou Shu Yi tertahan hanya berjarak beberapa senti dari pipi kirinya.

Zhou Shu Yi tertegun. Gao Shi De menghindarinya...

Sementara raut kepanikan tampak jelas di wajah Gao Shi De. Dirinya tak pernah menyangka Zhou Shu Yi akan berani bertindak sejauh itu.

Setelah mampu mengendalikan rasa terkejutnya, Gao Shi De lantas mendorong tubuh Zhou Shu Yi dengan keras, membuat Zhou Shu Yi mundur beberapa langkah.

Dengan sorot tak percaya bercampur kesal, Gao Shi De mengunci tatapan Zhou Shu Yi yang ada di hadapannya.

"Zhou Shu Yi! Hentikan! Atau aku akan marah," desis Gao Shi De sambil berusaha keras menahan amarahnya.

Gao Shi De tak ingin Zhou Shu Yi mempermainkan perasaannya yang kini tengah tak menentu dengan perubahan sikapnya itu. Sudah cukup dirinya menahan semua siksaan perasaan cinta sepihak dan tak berbalasnya selama ini. Gao Shi De merasa tak sanggup bila harus meladeni 'permainan' Zhou Shu Yi lagi. Hati rapuhnya tak akan sanggup menanggungnya. Rasa kalut bercampur amarah yang kini ia rasakan sudah mencapai titik puncaknya. Nafasnya memburu, membuat dadanya naik-turun tak teratur.

"Yang seharusnya marah itu AKU!" bentak Zhou Shu Yi tak kalah emosi.

"Jadi sekarang jawab saja, apa aku masih menjadi orang yang beruntung itu atau tidak?!"

Mata garang itu kini tampak meredup, "Atau...apa yang kamu katakan saat itu hanya lelucon saja?"

"Zhou Shu Yi, apa yang sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Gao Shi De dengan suara lirih.

"KARENA AKU MENYUKAIMU!!"

Ucapan Zhou Shu Yi itu sontak membuat Gao Shi De tertegun. "Lelucon apa lagi ini?"

Untuk sesaat Gao Shi De hanya bisa terdiam, sorot tak percaya tampak jelas di wajahnya. Namun ekspresi wajah Zhou Shu Yi yang kini tengah menatapnya lekat-lekat itu tampak begitu serius. Pikiran Gao Shi De serasa membeku, debar di dadanya kian tak menentu. Dirinya tak tahu lagi mana yang harus ia percayai sekarang. Pendengarannya? Ataukah hatinya?

Rasa kalut itu kembali menerpanya, Gao Shi De merasakan sesak menghimpit dadanya. Dengan panik, Gao Shi De mengalihkan pandangannya ke berbagai arah kecuali arah dimana Zhou Shu Yi berada.

"Lantas, bagaimana dengan Jiang Yu Xin?" Gao Shi De tak tahu, kenapa pula ia menanyakan hal ini sekarang. "Bukankah kamu mengatakan kalau kamu tidak suka pria?"

Zhou Shu Yi berusaha mengontrol emosinya, menelan ludah beberapa kali sebelum akhirnya menjawab dengan pelan, "Karena orang itu kamu," kilauan bening itu tampak jelas di matanya. "...maka aku tidak punya pilihan."

Gao Shi De yang tengah berdiri di hadapannya kini tertawa kecil dengan raut tak percaya, membuat Zhou Shu Yi semakin ingin membuat pria di hadapannya itu berhenti meragukan kesungguhannya.

"Kamu tidak percaya padaku? Baiklah." Zhou Shu Yi lantas meraih kalung yang selama ini selalu menemaninya kemanapun ia pergi, menarik paksa kalung itu hingga terlepas, lalu tanpa keraguan sedikitpun bersiap melemparkan kalung pemberian Jiang Yu Xin itu ke jalan raya yang berada tepat di bawah mereka.

"Apa yang kamu lakukan?"

Namun usahanya itu gagal karena dengan sigap Gao Shi De menahan tangan Zhou Shu Yi, mencegahnya membuang kalung keberuntungannya itu.

Zhou Shu Yi menyentakan tangannya agar terlepas dari cengkraman Gao Shi De, "Kamu tidak percaya padaku," tantang Zhou Shu Yi, "Jadi aku hanya bisa melakukan itu untuk membuktikannya padamu. Apa kamu akan percaya padaku jika aku membuangnya?"

Gao Shi De menatap Zhou Shu Yi, lalu menggeleng pelan, "Membuang kalung keberuntunganmu itu tidak membuktikan apa-apa."

Mendengar itu membuat Zhou Shu Yi kembali kesal dan berniat membuktikannya dengan cara lain agar Gao Shi De bisa percaya.

Zhou Shu Yi lantas berbalik, lalu menaiki pagar jembatan penyeberangan itu. Melihat aksi nekat Zhou Shu Yi, dengan refleks bercampur panik, Gao Shi De meraih lengan Zhou Shu Yi agar tak terjatuh dari tepian pagar itu.

"AKU...," teriak Zhou Shu Yi lantang ke arah barisan kendaraan yang tengah melintas di bawah mereka, "... ZHOU SHU YI, MENYUKAI GAO SHI DE! SANGAT, SANGAT, SANGAT MENYUKAINYA!" dengan nafas terengah-engah, Zhou Shu Yi mencurahkan perasaan sukanya dengan sepenuh hati, "AKU BENAR-BENAR SUKA...."

Zhou Shu Yi berhenti sejenak, suaranya mengecil disertai isakan samar. "Dia satu-satunya orang yang kusukai di dunia ini. Aku sungguh-sungguh sangat menyukainya..."

Zhou Shu Yi tak mampu lagi menahan gejolak perasaannya. Luapan emosi yang dia rasakan dan menumpuk sejak Gao Shi De meninggalkannya kini merangsek keluar, air matanya tak lagi bisa dibendung. Mengalir deras membasahi wajah manisnya yang kini tampak kusut.

"Aku suka...," isaknya lirih.

Tak sanggup lagi melihat Zhou Shu Yi berlinang air mata dan mencoba membuktikannya perasaannya dengan cara yang ekstrim, Gao Shi De kemudian menyentak lengan Zhou Shu Yi dan menariknya turun dari tepi pagar itu.

"Sekarang kamu percaya padaku, 'kan?" tanya Zhou Shu Yi dengan wajah memerah dipenuhi linangan air mata.

Lalu dengan tangan kanannya, Zhou Shu Yi menarik leher Gao Shi De, mendekatkan wajah pria itu ke wajahnya dan mencium bibir Gao Shi De dengan sentakan keras. Mencium pria yang kini telah mengisi relung hatinya itu dengan segenap perasaan yang ada. Sementara Gao Shi De hanya mampu terdiam dan menatap pria di hadapannya itu dengan sorot tak percaya. Pria yang selama ini dicintainya itu...kini tengah menciumnya...

"Mimpikah ini...."

Tiba- tiba Zhou Shu Yi melepaskan ciumannya, lalu menatap Gao Shi De lekat-lekat dengan wajah yang basah oleh air mata.

"Apa yang sudah menjadi milikku adalah milikku," lanjutnya dengan suara bergetar. "Selamanya milikku!" tegasnya sambil meremas bahu Gao Shi De pelan.

Mendengar apa yang dikatakan Zhou Shu Yi barusan membuat Gao Shi De tak mampu lagi berkata-kata. Pria yang selama ini dicintainya dalam diam, kini justru sedang berbalik mengungkapkan perasaannya padanya.

Selama ini, Gao Shi De hanya bisa bermimpi dan berharap kalau suatu saat nanti senyum pria di hadapannya itu akan menjadi miliknya. Namun dirinya sadar kalau itu semua hanyalah angan semu belaka. Sebab tidak mungkin seorang Zhou Shu Yi akan 'melihatnya', apalagi jatuh cinta padanya.

Tapi saat ini, Gao Shi De melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau semua mimpi dan angannya itu kini telah menjadi nyata.

Zhou Shu Yi mencintainya....

Gao Shi De menatap pria di hadapannya itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Luapan emosi yang selama ini ditahannya akhirnya meluap, benteng pertahanan yang dia bangun untuk melindungi hatinya kini runtuh tak bersisa. Gao Shi De merasakan udara disekitarnya tersedot entah kemana, nafasnya menjadi sesak, pandangannya pun mulai kabur dan matanya mulai terasa hangat. Kepalanya berdenyut hebat. Dan akhirnya....air mata itu tak lagi bisa ditahannya.

Tangis Gao Shi De pun pecah. Bahu yang biasa tampak tegak itu kini tampak berguncang pelan. Gao Shi De tak tahu harus menatap kemana. Pandangan kaburnya terarah ke segala arah, mencari titik tak nyata yang bisa ia pegang. Lalu kembali tertunduk. Tangan kirinya terangkat menutupi matanya, mencoba menghapus deraian air mata yang tak kunjung mereda. Sementara itu di hadapannya, Zhou Shu Yi menatapnya dengan tatapan penuh khawatir.

Sesaat kemudian Gao Shi De menurunkan tangan yang tadi dipakainya menutupi matanya, menoleh ke kanan sejenak lalu tersenyum kikuk. Seolah masih tak percaya akan apa yang baru saja dia alami adalah nyata.

Melihat Gao Shi De yang tersenyum dengan wajah sembabnya itu, membuat Zhou Shu Yi ikut tersenyum.

"Apa itu tadi ciuman pertamamu?" tanya Zhou Shu Yi juga dengan wajah yang masih basah oleh air mata.

Gao Shi De tersenyum malu, lalu memalingkan wajahnya agar Zhou Shu Yi tak melihatnya. Sambil tersenyum canggung, Gao Shi De menggeleng pelan, lalu melirik Zhou Shu Yi sambil tersipu.

Mengetahui kalau itu bukanlah ciuman pertama Gao Shi De dan dirinya bukanlah orang pertama yang menciumnya, membuat Zhou Shu Yi tiba-tiba merasakan hantaman rasa cemburu yang hebat.

"Siapa orangnya?" tanya Zhou Shu Yi dengan nada cemburu.

Melihat Zhou Shu Yi yang tampak cemburu, Gao Shi De kembali tersenyum. Dicemburui oleh Zhou Shu Yi membuat perasaannya melambung bahagia. Dalam mimpi pun dirinya tak pernah membayangkan kalau Zhou Shu Yi akan cemburu padanya.

Setelah menelan ludah dan menarik nafas pelan Gao Shi De menjawab pertanyaan Zhou Shu Yi itu sambil tersipu malu.

"Hari itu...di kolam renang...," jawabnya dengan suara pelan, lalu memberanikan diri menatap pria di hadapannya itu melalui sudut matanya.

Mendengar pengakuan Gao Shi De yang mengatakan kalau ciuman pertamanya adalah ketika mereka 'berciuman' di kolam renang waktu itu, membuat perasaan Zhou Shu Yi kembali meledak. Bagaimana bisa Gao Shi De menganggap kejadian itu sebagai ciuman pertamanya. Hati Zhou Shu Yi merasa tidak terima dan sedih.

Dengan mata berkaca-kaca, Zhou Shu Yi menatap Gao Shi De lekat-lekat.

"Itu tidak masuk hitungan." Wajah Zhou Shu Yi tiba-tiba berubah serius.

Melihat itu, senyum di bibir Gao Shi De pun hilang seketika. Dirinya tidak tahu, mengapa ekspresi Zhou Shu Yi tiba-tiba berubah begitu. Wajah Gao Shi De kembali terlihat tegang menantikan apa yang akan Zhou Shu Yi lakukan selanjutnya.

Zhou Shu Yi menatap pria di hadapannya itu sambil terdiam selama beberapa saat, lalu menangkupkan tangannya di leher Gao Shi De, dengan perlahan menarik pria itu mendekat, kemudian mencium bibirnya. Kali ini Zhou Shu Yi melakukannya dengan lembut, mencurahkan segenap perasaannya melalui ciuman tersebut, seolah ingin mengatakan seberapa besar cinta yang ia rasakan terhadap pria itu.

Tidak seperti ciuman sebelumnya ketika Gao Shi De hanya terpaku, kali ini pria itu membalas ciuman Zhou Shu Yi. Dengan mata terpejam, Gao Shi De menyambut bibir Zhou Shu Yi dan melumatnya lembut. Seolah tak mau kalah, Zhou Shu Yi balas menghisap bibir bawah Gao Shi De kuat-kuat hingga erangan lirih terlontar dari bibir pria itu.

Bibir mereka pun bertaut, melumat satu sama lain untuk beberapa saat. Dengan napas tersengal, desahan dan cumbuan mereka kini bercampur dengan jejak derai air mata yang tersisa, menyatukan rasa yang selama ini tertahan...


Saat menyukai seseorang, apa itu hanya akan jadi masalahmu saja?

Karena orang itu kamu, maka aku tidak punya pilihan...

💧💧💧


🗂 Catatan penulis :

"Karena orang itu kamu, maka aku tidak punya pilihan...."

Ini adalah salah satu adegan ciuman terbaik yang pernah aku lihat. Cara mereka berdua menaruh semua emosi dan air mata pada adegan ini membuat ciuman itu terlihat sedih sekaligus indah. Salah satu adegan yang memorable bangetlah dari drama ini. Biarpun udah ditonton ulang beeeeerkali-kali, tetep aja bikin kupu-kupu di perut ini masih saja menggila 😁

Dan kalian udah ngulang ini adegan berapa kali?? Hayo, ngacung!! 😅

Oya, sedikit catatan singkat tentang tagline yang dipake di adegan ini....

Kalimat Mandarin yang dipakai sebenarnya adalah...

~ 因為那個人是你, 不喜歡也得喜歡 ~

Pingyin-nya : Yīnwèi nà gèrén shì nǐ, bù xǐhuān yě dé xǐhuān.

Yang kalau diterjemahkan sesuai bahasa Mandarin-nya, artinya...

Karena orang itu kamu, walaupun (aku) tidak ingin menyukaimu, tapi tetap saja suka.

Versi Inggris-nya...

Because it's you, I have no choice.

Di terjemahan aku sengaja pakai yang versi terjemahan Inggris-nya karena kalimat versi Inggris-nya itu yang resmi dijadikan tagline untuk inter-fans. Aku sengaja kasih penjelasan disini tuh biar kalian tahu kata-kata asli versi Mandarin-nya biar paham aja karena itulah yang sebarnya dikatakan Zhou Shu Yi saat itu.

Mungkin secara sepintas maknanya agak sama, cuma menurutku berasa 'geser' aja gitu deh. Dan jiwa OCD ku agak gak terima aja meski sama-sama benar dan gada yang salah. Ini cuma masalah dipemilihan kata aja sih sebenarnya, karena kadang emang susah-susah gampang nyari padanan katanya untuk bahasa Mandarin tuh. Jadi kadang memang terpaksa harus 'disesuaikan' biar lebih mudah dipahami dan ringkas.

Poin kedua yang mau aku bahas tuh dialog dimana Zhou Shu Yi mengatakan, "Hari itu di klinik, aku mengatakan kalau seseorang yang kamu sukai itu adalah orang yang beruntung."

Part ketika Zhou Shu Yi bilang begitu tuh sebenarnya gak ada di dramanya, aku sampe nonton berulang-ulang, nyari, kapan dia ngomong itu, dan tetep gak nemu. Tapi, kalau di novelnya sih ada. Jadi ya, aku curiga part yang pas dia ngomong itu tuh gak dimasukin alias di cut. Makanya jadi ambigu gitu dialognya. Karena Shu Yi tuh cuma bilang "Seperti apa orang yang kamu sukai itu", gak ada embel-embel "orang beruntung" itu. Tapi, di retelling ini pas part itu aku tambahin aja biar nyambung sama scene yang sekarang gitu deh 😅✌🏻

Dan kalau mau tahu seperti apa versi novelnya, silahkan mampir ke versi novel terjemahannya ya 😉

Oke, sekian dulu catatan ngalor-ngidul dariku.

Tengkyu sudah baca dan sabar menanti. Jangan lupa laik & komennya ya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H buat kalian yang merayakan.

Dan Selamat Merayakan Hari Kenaikan Yesus Kristus buat kalian yang juga merayakannya.

Tetep jalankan prokes, sehat dan bahagia selalu ya 🙏🏻

Luv,
Funzee Shu

~fs20210512

Note :

Sebenarnya yang aku upload tuh awalnya video yang versi 4 menitan (dari scene 'apakah aku masih jadi si orang yang beruntung itu' sampai ending), tapi di banned. Hiks....
Jadi aku upload lagi yang versi 2 menitan, dan gak kena banned, cuma kena global restrictions aja di beberapa negara kayak yang sebelum-sebelumnya 😅✌🏻
Heran, padahal liat beberapa cut serupa yang di up orang lain aman-aman aja tuh, kenapa punyaku kena. Apes emang 😂

Continue Reading

You'll Also Like

90.2M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...
22.1M 684K 29
"Ethan." Aiden pauses. "I want you." He softly bites my ear. "I want to kiss you more than you will ever know." Trying to avoid the daily beatings of...
1.8M 116K 200
**Story is gonna be slow paced. Read only if you have patience. šŸ”„** Isha Sharma married a driver whom she had just met. She was taking a huge risk...
455K 24.9K 17
š’š”š¢šÆššš§š²šš š‘ššš£š©š®š­ š± š‘š®šš«ššš¤š¬š” š‘ššš£š©š®š­ ~By šŠššš£š®źØ„ļøŽ...