Langkah Per Langkah

Από RillaHati

85 18 7

[Sebelum baca, follow dulu akun penulisnya. Terima kasih] Ini kisah tentang seorang gadis yang memiliki tingg... Περισσότερα

1- Sahabat
2 - Yang mengingatkan
3 - Tes olahraga

4 - Halaman rumah Pasha

2 2 0
Από RillaHati

Saat pulang sekolah, Andreas dan Pasha berjalan bersama menuju parkiran, karena hari ini Andreas akan membuat video dengan Sofia, maka dari itu hari ini Pasha pulang bersama dengan Andreas.

Selama perjalanan menuju parkiran, tak ada yang membuka topik obrolan, mereka sibuk denga pikiran masing-masing.

Andreas memiliki banyak penggemar, karena ia tak hanya memiliki wajah yang tampan, tetapi ia juga jago bermain gitar, dan memiliki suara yang bagus. Setiap ada acara pensi Andreas selalu tampil, dan itu adalah hal yang selalu dinantikan oleh para siswi Tamani, karena mereka hanya bisa mendengar suara indah Andreas saat pensi saja.

"Nih helmnya," ujar Andreas seraya menyerahkan helm ke arah Pasha.

Pasha menerimanya, lalu ia memakainya di kepala. Setelah selesai ia naik ke atas vespa tersebut.

Beberapa siswa yang masih berada di parkiran pun memandang ke arah mereka berdua. Lantaran mereka itu menggunakan helm yang sama. Beberapa orang pun mulai berbisik-bisik, mereka mengira Andreas dan Pasha itu berpacaran.

Melihat banyak sekali pasang mata yang menatap ke arahnya, Pasha tidak berani mengangkat kepalanya, sedari tadi ia terus menunduk sampai vespa milik Andreas benar-benar pergi meninggalkan area Tamani.

"Andreas." panggil Pasha dengan suara yang agak keras, karena suara vespanya lumayan berisik.

"Apa?"

"Gue kok baru tau sih kalau elo punya helm yang gambarnya sama kaya gini? Helm elo yang satu lagi mana?"

"Ada di rumah. Gue emang udah lama beli helm couple ini, tapi sama gue jarang dipake," jelas Andreas.

"Pasti karena elo gak punya pasangan yah helm ini jarang dipake?" Goda Pasha.

"Enggak juga, emang sengaja aja disimpen, biar enggak rusak."

"Iya deh," ujar Pasha pura-pura percaya.

Pasha ini selalu menjadi dirinya sendiri ketika bersama sahabat-sahabatnya, maka tak aneh kalau ia bersikap pendiam saat bukan bersama sahabat-sahabatnya.

"Lo bisa naik motor?" tanya Andreas.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Ya karena gue lebih suka dibonceng dari pada ngebonceng," jawab Pasha.

"Bisa mobil?"

"Enggak."

"Padahal kalau bisa naik kendaraan enak, kemana-mana enggak ngerepotin orang."

"Gue sering naik ojek online kok. Jarang banget gue minta anterin ke Bang Devon, apalagi Kak Sofia."

"Kalau kita punya kendaraan sendiri itu lebih hemat ongkosnya."

Pasha mengangguk pelan. "Dipikir-pikir iya juga sih. Boros juga selama ini gue pakai ojek online."

Andreas tersenyum simpul. "Kalau lo udah ada kemauan buat belajar naik kendaran, kasih tau gue."

Pasha mengerutkan keningnya. "Buat apa? Lo mau ajarin gue? Kayannya gausah deh, Bang Devon pasti mau kalau gue nyuruh dia buat ajarin gue naik kendaraan."

"Bukan mau ngajarin."

"Terus Mau apa?"

"Mau ngerekomendasiin sebuah kendaraan yang ngebuat lo memiliki teman banyak," jelas Andreas.

"Hah? Emang ada yah kendaraan yang kaya gitu?"

"Ada."

"Apa?"

"Nanti, kalau elo udah mau belajar naik kendaraan."

****

Pasha tengah duduk di belakang kameramen, ia tengah melihat Sofia dan Andreas yang sedang memasak. Andreas ini jago sekali dalam urusan masak-memasak, tetapi anehnya ia tidak ingin menjadi seorang chef. Karena makanannya enak makannya sesekali Sofia mengajak Andreas untuk collab.

"Tepungnya segini pas gak?" Sofia menaruh tepung ke sebuah mangkuk yang ukurannya lumayan besar.

"Dikit lagi," jawab Andreas seraya memperhatikan Sofia menuangkan tepung tersebut.

"Segini?"

"Ia, cukup."

"Andreas Andreas, Kayannya cewek yang dapetin elo bakalan beruntung banget deh. Gue aja yang cewek sering lupa resep masakan." Sofia berbicara pada kamera. "Ini dia yang cowok keliatan lancar banget lagi masaknya, insecure diri ini."

"Oh iya guys gue lupa bilang, Andreas ini sahabatnya Adik gue, makannya gue bisa kenal sama dia. Andreas ini masih SMA, dan dia juga masih jomblo."

"Buat kalian yang mau lebih kenal sama Andreas, nanti bisa dm aja yah ke instagramnya, nanti gue taro di bawah sini nama akunnya."

"Gausah taro akun instagram gue, buat yang nonton gausah dm-dm," kata Andreas dingin.

"Galak amat Masnya. Jangan-jangan Masnya udah punya calon ya?" goda Sofia seraya memicingkan matanya.

"Belum."

"Kalau gak ada, berarti nanti kalian boleh dm guys, tenang aja kalian gak usah takut, gue yang nyuruh," ujar Sofia pada kamera.

Pasha menggelengkan kepalanya. Kakaknya itu senang sekali menggoda Andreas, dan ekspresi Andreas itu lucu sekali saat digoda seperti itu.

***

Pasha tengah duduk di halaman rumahnya. Ia tengah menikmati suasana sore yang cerah ini seraya ditemani dengan garlic bread kesukaannya. Di halaman rumahnya ini terdapat dua buah ayunan, kolam ikan, dan satu pendopo.

Tiba-tiba Andreas datang lalu duduk di samping Pasha.

"Eh, An. Buat videonya udah selesai?"

"Udah. Di dalem panas makannya gue nyusulin elo ke sini."

"Lo mau?" tanya Pasha menawari  garlic bread di atas meja.

"Enggak. Udah bosen gue, soalnya sering bikin di rumah."

"Masa? Emang siapa yang suka roti ini juga?" Pasha kembali menggigit rotinya.

"Adik gue, hampir setiap minggu minta dibikinin ini."

"Enak ya jadi Adik lo, punya Kakak yang bisa masak."

"Elo juga enak punya Kakak youtuber."

Pasha menghela napas berat. "Ada enak sama gaenaknya sih..."

"Jangan suka iri sama pencapaian orang, gak baik tau," ujar Andreas mengingatkan.

"Punya Adik atau Kakak yang lebih pintar atau lebih berhasil dari kita itu berat. Bukan karena kita iri dengan kepintarannya yah, tapi karena waktu liat orang tua gue begitu bangga dengan mereka, jadi ada rasa takut di dalam hati kalau gue gak bisa bahagiain mereka seperti Kakak kita."

"Gausah takut, gue yakin elo pasti bisa bahagiain mereka dengan kelebihan yang elo miliki."

Andreas memegang pundak Pasha. "Semua orang pasti akan merasakan keberhasilan sesuai waktunya masing-masing, makannya berproses dari sekarang biar keberhasilan elo semakin dekat."

***

Pasha, Sofia, dan Nina tengah makan malam bersama. Malam ini Devon belum juga pulang, sepertinya pemuda itu masih futsal bersama teman-temannya.

"Sofia, Pasha," panggil Nina lembut.

"Iya, Mi?" sahut Sofia dan Pasha berbarengan.

"Besok kayannya Mimi harus pergi ke luar kota selama seminggu."

"Mau ngapain, Mi?" tanya Pasha.

"Ngurusin toko kue Mimi yang di luar kota, soalnya lagi ada masalah sedikit."

Nina memang memiliki lima toko roti yang letaknya di luar kota. Karena rasa kuenya enak makannya tokonya bisa sampai sebanyak itu.

"Mimi pergi ke kota mana?" tanya Pasha kembali.

"Ke Yogyakarta."

"Mimi berapa lama perginya?" tanya Sofia.

"Kayannya sekitar semingguan. Kalian hati-hati yah jaga rumah, Sofia jagain juga adiknya."

"Pasha udah gede, Mi. Dia bisa urus dirinya sendiri kok. Iya kan?" tanya Sofia pada Pasha.

"Iya, Mi. Mimi jangan khawatir," ujar Pasha beberapa detik kemudian ia tersenyum.

"Harusnya tuh kita yang bilang hati-hati ke Mimi. Mimi kan perginya sendirian," kata Sofia.

Nina tersenyum. "Kalian gausah khawatir, Mimi pasti bisa jaga diri. Oh iya, kalian mau dibeliin oleh-oleh apa nanti?"

"Mimi pulang dengan selamat. Itu oleh-oleh untuk Pasha," jawab Pasha.

"Kalau buat Sofia, Mimi bawain Mas crush dong ke rumah."

Nina menghela napas berat. "Kalau itu sih kamu minta tolong aja ke Abang kamu, bukan ke Mimi."

Sofia tersenyum polos seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pasha pun hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kakaknya itu.

"Mimi ke kamar duluan yah mau beres-beres, kalian habisin makanannya."

"Siap, Mi," sahut Sofia dan Pasha berbarengan.

Setelah kepergian Nina, di meja makan ini hanya tersisa Sofia dan Pasha, hampir tidak ada percakapan sampai makanan Sofia habis, Pasha juga sibuk dengan makanannya sendiri. Sekarang Sofia tengah memakan pisang untuk mencuci mulut.

"Assalamualaikum," salam Devon yang baru saja datang. Di belakangnya itu ada seorang pemuda yang bernama Austin, dia ini teman Devon, dan Austin ini adalah gebetannya Sofia.

"Waalaikum salam," sahut Sofia dan Pasha kompak. Mereka menoleh ke arah datangnya suara.

Sofia tersedak pisang yang ia makan saat melihat keberadaan Austin, dengan cepat ia langsung meneguk minumannya.

"Emangnya Bang Devon bilang yah kalau Bang Austin mau main ke rumah?" tanya Sofia pelan pada Pasha setelah selesai minum.

"Enggak, Kak."

"Ngeselin. Harusnya bilang, kan gue bisa dandan dulu tadi."

"Pasha. Nanti kalau kelakuan gue keliatan banget suka sama Austin, lo ingetin ya." sambung Sofia.

"Iya, Kak."

"Mimi kemana?" tanya Devon pada kedua adiknya.

"Di kamar, lagi beres-beres soalnya besok mau keluar kota," jawab Pasha.

Devon ber oh ria.

"Sini Tin duduk, kita makan dulu," ajak Devon pada Austin.

"Bukannya mandi, malah langsung makan," omel Pasha.

"Iya entar, gue laper." Devon mulai mengambil nasi dan beberapa lauk.

Austin pun mengambil duduk di hadapan Sofia, sedangkan Devon di hadapan Pasha. Austin memang sesekali sering menginap di sini, jadi hal ini sudah tidak aneh lagi.

"Bang Austin kok gak bilang sih mau main ke sini?" tanya Sofia pada Austin.

Sofia memang seperti itu, waktu ada orangnya dia manggil pake embel-embel Abang, tetapi kalau tidak ada orangnya dia langsung panggil nama.

"Iya, tadi ngedadak," jawab Austin.

"Udah kaya tahu bulat aja dadakan," ujar Sofia disertai kekehan.

"Kak. Apaan sih?" batin Pasha, lantaran sikap Kakaknya itu aneh.

Amira terus memperhatikan Austin yang tengah mengambil makanan, pemuda itu mengambil cukup banyak sambal, lantaran Austin begitu menyukai pedas. Pemuda itu pun memang sudah tidak malu-malu lagi jika berada di rumah ini, karena dia sudah biasa.

"Bang Austin suka makanan pedas ya?" tanya Sofia.

"Iya."

"Ih, kok bisa samaan gitu sih? Aku juga suka pedas tau, malah kalau makan gak ada sambal aku tuh kaya ngerasa ada yang kurang gitu, sambal itu udah kaya menjadi separuh dari jiwa aku Bang, makannya setiap aku makan itu harus ada sambal," jelas Sofia. Padahal ia itu tidak terlalu menyukai makanan pedas, Sofia lagi caper aja nyari-nyari kesamaan.

"Kebetulan banget ya."

"Iya. Jangan-jangan kita jodoh kali, kan cocok tuh sama-sama suka pedes," ujar Sofia antusias.

Austin bergeming di tempat.

Dengan cepat Pasha menyenggol kaki Sofia dengan kakinya. Lalu keduanya pun saling melempar pandang dengan Pasha sedikit memelototkan matanya.

Beberapa detik kemudian Sofia tersenyum ke arah Austin. "Canda, Bang. Gausah serius gitu nanggepinnya."

Sofia reflek mencocol pisang yang sedang ia makan ke sambal di hadapannya, lalu ia memakannya.

Pasha, Devon, dan Austin menatap ke arah Sofia dengan tatapan aneh.

"Kamu kayannya suka pedas banget ya? Sampai makan pisang aja pakai sambel," ujar Austin.

Sofia yang baru menyadari itu pun berhenti mengunyah, ia menatap pisang dengan Sambel bergantian beberapa saat, lalu ia tersenyum malu meratapi kebodohannya di depan Mas crush.

Pasha menghela napas lalu menggelengkan kepalanya pelan.  "Kasian, modus yang berujung tragis."

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

ARSYAD DAYYAN Από aLa

Εφηβική Φαντασία

2.1M 113K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN Από Diazepam

Εφηβική Φαντασία

3.9M 228K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
BADBOY DOYAN SUSU (END) Από Sexy Lexy

Εφηβική Φαντασία

6.2M 108K 25
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
Kak Elang: ELAZEL Από Ejl_Jk

Εφηβική Φαντασία

4.9M 369K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...