MISOPHONIA (HIATUS)

By jensrosemary

164K 12K 583

ICE GIRL telah berganti menjadi MISOPHONIA Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluru... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 23

2K 151 10
By jensrosemary

Hari ini adalah hari dimana para orang tua murid dan para guru mengadakan rapat, jadi seluruh kelas sedang jam kosong.

Suara riuh pun sudah tak asing di telinga, begitu juga Agatha, ia memilih pergi ke tempat yang sunyi. "Tha... lo mau kemana?" Tanya Verra heran.

Agatha hanya menjawab singkat, "keluar."

Ia sebenarnya lumayan bosan jika pergi ke Perpustakaan, karena hampir setiap hari ia pergi ke tempat tinggal para buku itu, jadi ia memilih untuk pergi ke Halaman belakang.

Saat sampai disana, ia pun mendudukan diri di sebuah bangku panjang dekat sebuah pohon besar. Tempat ini lumayan sepi, jadi sangat nyaman bagi pecinta kesunyian seperti Agatha.

Tring

Bunyi notifikasi ponselnya pun terdengar, ia pun melihat ponselnya.

Ada notifikasi grup yang cukup banyak ia senyapkan. Dan ada chat dari Arka, yang membuatnya jengkel.

Arka

Tha, bs tlg ambln bk g d prpus?
Bk IPA. Nnt lo k kls gue.

Agatha pun membacanya, lalu segera pergi ke Perpustakaan, awalnya sih ia tidak terlalu paham dengan ketikan Arka, tapi karena ia tergolong murid yang jenius, ia cepat menangkap apa yang Arka ketikan, bukannya bermaksud sombong, karena memang itu faktanya.

Sesampainya, ia menaruh sepatu di rak, lalu masuk kedalam perpustakaan. Ia mencari buku yang Arka maksud, dan meminjamnya ke ibu penjaga.

Setelah itu ia pergi ke Kelas Arka. Agatha pun langsung masuk begitu saja tanpa menghiraukan bisik-bisik dan tatapan aneh yang di tunjukan oleh orang-orang.

"Ar, tuh bebep lo dateng," seru Reza yang langsung mendapatkan tatapan maut dari Arka.

Agatha pun menaruh buku itu lalu pergi begitu saja, Arka yang hendak berbicara pada Agatha pun urung. Dan mereka pun menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas.

"Tidak ada perubahan!" ucap Wildan menggelengkan kepalanya sembari menatap kepergian Agatha.

Reza pun menatap Arka dan Agatha secara bergantian, "ck-ck inimah sama-sama es, emang bener ya, jodoh cerminan diri, hati-hati Dan nanti jodoh lo setan. Karena cerminan diri lo itu setan, iihhh serem!"

"Sembarangan lo, gue Malaikat gini dibilang setan," ucap Wildan dengan pedenya.

"Dih Malaikat apaan yang kek begini!" Sahut Arka tiba-tiba.

"Ampun dah, kalo yang ngomong pak Ketos mah," balas Wildan.

"Lo gak kasian apa Ar, dia lo jadiin babu," ucap Reza.

"Ya... kasian juga sih, tapi ya gue gak nyuruh dia terus kok."

"Terserah deh apa kata lo! Hayati lelah."

"Dih kek bencong lo!" sahut Wildan saat melihat Reza yang berlagat seperti orang lelah.

"Diem lo bekicot," balas Reza.

"Lo tuh mulut boncabe."

"Berisik, mau gue masukin nama lo berdua ke daftar siswa bermasalah!?" Ancam Arka yang sudah tidak tahan dengan kebacotan kedua sahabatnya ini.

Wildan dan Reza pun seketika diam.

"Ancemannya lur, serem. Kayak orangnya!" Bisik Wildan pada Reza.

"Percuma lo bisik-bisik ke gue Dan, orang yang lo omongin ada di depan kita."

"Hehe iya juga ya," Arka menatap Wildan dengan tatapan malas.

...

Leo yang hari ini masuk ke Sekolah pun menjadi pusat perhatian, karena ketampanannya yang membuat kaum hawa histeris.

Ia pun melihat ke arah Agatha yang baru saja keluar Kelas, Leo pun memutuskan untuk mengikuti kemana Agatha pergi.

Awalnya ia melihat Agatha yang tengah terdiam di halaman belakang, tapi saat ia ingin menghampiri gadis itu, Agatha pergi begitu saja setelah melihat ponselnya, Leo jadi penasaran dengan apa yang gadis itu lihat di ponselnya. Leo pun mengikuti Agatha yang tengah meminjam buku, dan begitu ia melihat Agatha yang memberikan buku itu pada Arka, ia sekarang mengerti.

'Sepertinya yang dilihat Agatha di ponselnya ada sangkut pautnya dengan Arka!' Batinnya.

Ia pun mengikuti Agatha lagi. Namun Kali ini Agatha pergi ke Rooftop. Leo pun masuk dan menghampiri Agatha yang tengah berdiri di pembatas.

"Ada hubungan apa lo sama Arka sampai kontakan gitu?" tanya Leo.

Agatha pun menjawab tanpa mengalihkan pandangannya yang tengah memandang langit cerah. "Bukan urusan lo."

Leo pun menghampiri Agatha, "oh, okay."

Leo pun ikut memandang langit, "ada satu pertanyaan yang selalu mengganjal di kepala gue, yaitu... kenapa lo selalu pakai Headphone begini? Apalagi waktu itu lo masih berumur 12 tahun, tapi lo udah pake Headphone, apa ngga budeg telinga lo?"

Agatha pun menoleh ke arah Leo, "lo tau dari mana kalo gue pake Headphone dari umur 12 tahun?"

Leo pun ikut menoleh hingga tatapan mereka bertemu dan sedikit terdiam. Agatha pun memutuskan tatapannya, membuat Leo pun melanjutkan ucapannya, "ada anak kecil yang ngasih tau, waktu itu dia mau ngambil bola basket di rumah sebelahnya, dia naik ke tembok batas, lalu dia bertemu dengan seorang anak perempuan yang tengah memainkan gitar, dengan Headphone menggantung di lehernya, mereka mengobrol, setelah itu anak itu pergi."

"Ternyata anak kecil itu elo," ucap Agatha datar.

Leo tergelak, "peka juga ya lo!" Ia pun menoleh ke arah langit, "tapi gak peka sama perasaan gue," ucap nya sangat pelan.

"Gue denger!"

Leo kaget dong, perasaan tadi dia ngucapinnya pelaaann banget, tapi kok ni orang bisa denger ya? Batinnya.

"Apa? Gue gak ngomong apa-apa!?" Elak Leo salah tingkah.

Agatha pun tak menanggappi. "Gue waktu itu, nungguin lo dateng, tapi lo nya ga ada."

"Kenapa?" Tanya Leo.

Oke, mungkin angin dari mana sampai Agatha yang selama ini irit bicara kini sedang mengajaknya bicara.

"Karena saat itu lo adalah orang pertama yang gue anggap sebagai teman."

"Sekarang kita masih temenan kan?" Tanya Leo memastikan.

"Nggak, karena lo termasuk orang yang gue benci!" Jawab Agatha pedas, ia pun masih menatap langit. "Ah-nggak seharusnya gue cerita," Agatha pun berbalik dan ingin melangkahkan kakinya namun Leo menahan tangannya. Ia pun menoleh dengan tatapan yang masih sama-datar.

"Kenapa lo benci gue?"

"Pikir sendiri!"

"Oke gue sadar waktu itu gue salah ngebela kembaran gue yang udah tentu salah."

Agatha pun menatap Leo malas.

"Tapi, Kalo lo mau cerita, cerita aja."

Agatha mengangkat sebelah alisnya.

"Gue siap kok jadi pendengar yang baik!" Lanjut Leo.

Agatha pun melepaskan pegangan Leo dan langsung pergi begitu saja.

"Hufft, susah banget ya cairin es kutub," gumam Leo, lalu kembali menatap langit.

...

Agatha melihat para orangtua murid keluar dari Aula, tak lama ia melihat Bi Inah keluar dari Aula.

Tampilan bi Inah seperti biasa terlihat sangat sederhana. Baju kaos berwarna biru langit, dengan bawahan rok plisket berwarna hitam, rambut dikuncir, dan tak lupa dengan wajahnya yang terlihat sangat kelelahan.

Agatha pun menghampiri bi Inah, dan hal itu tak luput dari perhatian para murid yang mulai berspekulasi.

"Eh liat deh, kayaknya itu ibunya deh. Tapi kok ibunya kayak orang miskin gitu ya?" Tanya salah satu siswi dengan rambut digerai pada teman disebelahnya.

"Iyaya, kok bisa sih nyekolahin dia di sekolah elit gini tanpa beasiswa!" Jawab siswi dengan rambut kuncir kudanya melihat Agatha dan Bi Inah dari atas sampai bawah.

"Jangan-jangan dia anak pembantu!" Terka salah seorang siswi lainnya yang melihat Agatha.

"Ih... anak pembantu kok gayanya sok banget sih apalagi ke Sarah."

Agatha pun berusaha untuk menulikan pendengarannya, tapi tetap saja tak bisa. Bi Inah yang mendengar pun melihat ke Arah Agatha dengan Tatapan sedih.

"Non ngapain nyamperin bibi, jadi bahan omongan kan, gara-gara non nyamperin bibi."

"Gapapa bi, gausah dengerin omongan mereka. Mama gak dateng?" Tanya Agatha.

"Nyonya gak mau dateng non, jadi nyonya nyuruh bibi. Nyonya juga udah setuju kok, non Agatha ikut Study Tour!" Balas Bi Inah dengan senyumnya yang menenangkan.

"Hmm. Makasih ya bi," bi Inah pun tersenyum lalu memegang bahu Agatha.

"Yaudah bibi pulang ya non," ucap bi Inah.

Agatha pun mengangguk lalu bi Inah pun berbalik dan pergi. Agatha pun memutuskan kembali ke Kelasnya.

Selama di koridor, anak-anak lain melihatnya dengan tatapan aneh, tidak suka, dan risih. Dan juga omongan-omongan mereka yang menyayat hati meskipun perkataan mereka tidak ada yang benar.

"Oh ini anak orang miskin yang gayanya sok banget."

"Dapet uang darimana ya ibu nya bisa nyekolahin anaknya di sekolah mahal kek gini!"

"Mungkin gak sih pake pesugihan atau apa itu yang jaga lilin?"

"Ngepet?"

"Nah iya tuh ngepet kali ya."

"Berani banget sih sama Sarah, di depak dari sekolah ini baru tau rasa tuh!"

"Iuh kok gue jadi jijik ya liat mukanya yang-"

Sreet

"Bisa, mulutnya dijaga?" Gadis yang tengah menjulid ria itu pun terkejut dengan gerakan Agatha yang tiba-tiba menarik kerah seragamnya. Dan juga sedikit ngeri dengan nada ucapan Agatha yang pelan dan datar namun serasa seperti di intimidasi. Agatha pun mendorong kerah gadis itu lalu langsung berlalu begitu saja.

Sepertinya berita dirinya yang menghampiri bi Inah sudah tersebar satu sekolah. Pikir Agatha setelah melihat orang-orang yang menatapnya dengan sinis. Ah tapi tidak peduli, masa bodoh dengan itu.

...

Bel pulang pun sudah berbunyi.

"Ar-Arka... ini deh lo harus liat ini."

"Ck. Apaan sih gue lagi rapihin buku!"

"Ini liat dulu," Reza pun menyodorkan ponselnya.

Arka pun melotot.

"Awas tuh mata keluar." Arka hanya mendelik.

Di ponsel itu berisi foto Agatha yang tengah berdiri dengan seorang wanita paruh baya, dengan kaos dan rok. Tapi yang membuat Arka terkejut adalah captionnya.

lambesma.angkasa

Agatha, ternyata anak orang miskin. Mungkin gak sih kalo dia di sekolahin di sekolah elit tanpa beasiswa? Pasti ibunya pake sesuatu buat bayar sekolah ini.

Bisa-bisa nya mereka membuat berita yang gak pasti kayak gini, ya biasalah admin Imstagramnya julid.

"Lo ngikutin ig si lambe? Cih pantes aja omongan lo pedes." Celetuk Wildan yang tadi melihat ponsel Reza.

"Bacot lo Udin!" Sentak Reza.

Arka pun membaca komen dari postingan itu dan banyak sekali kata-kata negatif atau yang biasa disebut hate-comment. Arka pun mengembalikan ponsel Reza, lalu merapikan buku-buku dan langsung bergegas.

Namun sebelum itu-

"Arkaa..."

Arka mendengus kesal. Kenapa sih ini kunti manja banget. Bercanda kunti.

Lucy pun menggenggam tangan Arka dengan manja.

"Lepas gak? Gue ada urusan!" ucap Arka datar.

"Kita makan yuk! Mcd!!" seru Lucy semangat.

"Nggak!" tolak Arka.

"Ihh nanti aku aduin loh ke bund-"

"Aduin aja gapapa, lo emang tukang ngadu. Lagipula, ini kesempatan terakhir lo bisa ngadu ke bunda gue! karena setelah itu gue bakal batalin pertunangan yang gak jelas ini!" sentak Arka melepaskan tangan Lucy lalu pergi meninggalkan Lucy yang terpaku.

"Za, lo jadi gak tuh deketin Lucy, udah gak ada pawangnya tuh," ucap Wildan berusaha menahan tawa.

"Bacot lo! Enek gue sama tuh cewek! Nyusahin."

...

Leo yang sudah merapikan bukunya pun menghampiri Agatha yang masih merapikan buku.

"Tha... pulang bareng gue ya!"

Hening Agatha fokus merapikan bukunya.

"OMG MAU BANGET LEO GUE PULANG BARENG SAMA LO..." teriak Chessi histeris lalu menghampiri Leo.

"Bukan ke elo bambang!"

Sebenernya Agatha sangat risih dengan mereka yang sangat berisik.

"Tha—"

"Iuh anak miskin! Sana lo pulang kampung aja sekalian." cibir Chessi menatap Agatha dengan jijik.

"Lo apa-apaan sih Chess! Gak usah sok tau jadi orang!" balas Leo menatap Chessi sinis.

"Ih Leo dia itu anak miskin, gak pantes sama lo yang Perfect. Mending sama gue."

"Pergi!!"

"Idih... najis banget. Ayo Leo kita pergi." Ajak Chessi sambil menarik tangan Leo yang langsung ditepis oleh Leo.

"Apaansih lo aja kali yang per–"

"Lo juga!"

"Tapi kan—"

"Pergi!" Akhirnya mereka menurut. Pergi keluar kelas meninggalkan Agatha sendiri.

Angin sore pun berhembus menembus kulit putih Agatha membuatnya ingin segera pulang, Agatha pun bergegas keluar dari kelas.

Saat Agatha berjalan menuju pintu... "Hohoo... udah lama nih kita gak maen!"

Agatha menoleh ke sumber suara. Dan ternyata Itu—

Sarah dan antek-anteknya.

Perasaanya kini sudah tak enak. Firasat nya buruk saat ini. Ia yakin hari ini ia tidak bisa pulang ke rumah.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jeng jeng jeng jenggg

Agatha Mouza Aurelia

Arka Zen Alister

Leo davidson

Jgn lupa vote komen ya, buat cerita tuh gak segampang itu🥲

Luv u all, makasih buat yg baca dan votmen💕

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 683 11
#1. BTNoc Universe. Tujuh hari di empat lokasi dataran New Zealand, dan aku mendapatkannya. [COMPLETE] 03.07.2020 #Short story. Ending on your head. ...
195K 6.2K 42
Chessy Basyura Gadis 14 tahun yang bernasip malang,Chessy anak baik,periang,polos dan manja itu sering di siksa oleh kedua orang tuanya karena menuru...
91.3K 7K 10
Bagaimana jika seorang gadis misterius yang memiliki sifat dingin tiba-tiba saja terbangun ditubuh seorang gadis yang sifatnya sangat manja dan angku...
106K 4.5K 46
Aziva Nanda Wirata, seorang Queen of Black Diamond yang terkenal dengan kekejamannya, kepintaran dan ketangkasan nya dalam bertarung harus mati menge...