We Best Love - No.1 For You (...

By FunzeeShu

22.1K 676 308

Judul : We Best Love - No.1 For You Tipe : Retelling Genre : Boyslove Sumber : Berdasarkan serial yang tayang... More

πŸ’œ Catatan Penulis : πŸ’œ
Chapter 1 - Part 1
Chapter 1 - Part 2
Chapter 2 - Part 1
Chapter 2 - Part 2
Chapter 2 - Part 3
Chapter 3 - Part 1
Chapter 3 - Part 2
Chapter 3 - Part 3
Chapter 4 - Part 1
Chapter 4 - Part 2
Chapter 4 - Part 3
Chapter 5 - Part 2
Chapter 5 - Part 3
Chapter 6 - Part 1
Chapter 6 - Part 2
Chapter 6 - Part 3
Chapter 6 -Part 4
🌊 Extra Chapter 🌊
🌊 Catatan Tambahan 🌊

Chapter 5 - Part 1

738 31 13
By FunzeeShu

Lesson 5 ~ Because It's You

~ Part 1 ~

🌊🌊🌊

Penerjemah/penulis :
Funzee Shu

Proofreader :
TheodoraMel
UeeMs94

🌊🌊🌊


Gao Shi De menurunkan badannya perlahan-lahan dan berjongkok di hadapan Zhou Shu Yi. Tatapannya tak pernah lepas dari pria itu sedikitpun. Namun, kini wajah itu tak lagi dingin, tatapan Gao Shi De berubah lembut, semburat senyum tipis bermain di sudut bibirnya. Seolah ingin berkata kepada sosok di hadapannya, "Tenanglah...aku tidak akan menyakitimu..."

Gao Shi De mengangkat kaki kanan Zhou Shu Yi, lalu menggunakan paha kirinya sebagai tumpuan untuk meletakkan kaki yang terkilir itu.

Melihat Gao Shi De yang berubah tenang seolah tidak sedang terjadi apa-apa sesaat sebelumnya membuat Zhou Shu Yi menjadi serba salah.

"Gao Shi De...," panggil Zhou Shu Yi pelan ketika tangan Gao Shi De mulai menggulung ujung celana panjangnya dan menarik kaos kakinya sehingga bagian pergelangan kaki itu terlihat.

"Kita selesaikan ini dulu baru bicara, oke?" potong Gao Shi De sambil tersenyum, lalu mengambil perban dari atas meja dan mulai membebat kaki Zhou Shu Yi dengan sangat hati-hati.

Zhou Shu Yi memperhatikan Gao Shi De yang tengah membebat kakinya, "Aku tidak sengaja mendengarnya...," suaranya terdengar pelan.

Gao Shi De tidak langsung memberikan reaksi terhadap apa yang dikatakan Zhou Shu Yi, wajahnya tetap menunduk, fokus pada pergelangan kaki dipangkuannya.

"Jadi... karena itu kamu berusaha menghindariku?" setelah terdiam beberapa saat, Gao Shi De mengangkat wajahnya, menatap Zhou Shu Yi sejenak, lalu kembali menundukkan kepalanya sembari mengeluarkan suara 'tch'. Zhou Shu Yi merasakan lidahnya menjadi kelu dan hanya menatap Gao Shi De dengan perasaan bersalah.

"Ingin cari pacar, ya?" Gao Shi De tersenyum kecut dengan wajah yang masih tertunduk.

"Aku...." Zhou Shu Yi terdiam sejenak, untuk sesaat dirinya mengalami kesulitan untuk memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini. Zhou Shu Yi lalu menghela nafas, "Aku tidak ingin jatuh cinta pada seorang pria..." lanjutnya pelan.

Tangan Gao Shi De yang tengah membebat kaki Zhou Shu Yi tiba-tiba terhenti. Perkataan yang keluar dari mulut Zhou Shu Yi barusan telah menohoknya cukup keras. Gao Shi De merasa dunianya berhenti seketika, tubuhnya serasa membeku dan otaknya terasa kosong. Udara di sekelilingnya terasa tersedot keluar hingga dirinya merasakan sesak. Gao Shi De berusaha mengatur nafas dan mengontrol gejolak emosi yang melandanya.

"Aku tahu," jawab Gao Shi De sesaat kemudian setelah berhasil mengendalikan perasaanya.

"Tapi kamu tidak perlu tergesa-gesa mencari pacar hanya karena masalah ini," Gao Shi De kembali tersenyum kecut, "Itu tidak adil bagi gadis yang akan jadi pasanganmu nanti." Gao Shi De memberanikan diri melirik sekilas ke arah Zhou Shu Yi.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal seperti itu." Zhou Shu Yi tersenyum canggung.

"Baguslah kalau begitu," jawab Gao Shi De dengan perasaan lega meski di saat yang bersamaan hatinya terasa bagai diiris-iris, namun Gao Shi De tidak ingin Zhou Shu Yi tahu itu.

Untuk sesaat Gao Shi De kembali terdiam, ada gumpalan awan kelam yang kini terasa menghimpit dadanya, membuatnya sulit bernafas. Gao Shi De berjuang sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Menelan ludah beberapa kali, lalu menghela nafas dengan perlahan dan mencoba tersenyum.

"Temukan gadis yang benar-benar kamu sukai, dan perlakukan dia dengan baik," Gao Shi De berusaha untuk mengatakan itu dengan tenang, "Cara terbaik mengobati patah hati adalah dengan jatuh cinta lagi," lanjut Gao Shi De lalu menyematkan kait pengaman pada balutan perban di pergelangan kaki Zhou Shu Yi.

"Aku doakan semoga kamu bahagia," ucapnya tulus, lalu mengangkat wajahnya menatap Zhou Shu Yi sambil tersenyum.

"Gao Shi De...,"

"Nah, sekarang cobalah berdiri. Kita lihat apakah kamu bisa berdiri," potong Gao Shi De tak ingin mendengar apa yang akan dikatakan pria di hadapannya itu, lalu berdiri dan menunggu Zhou Shu Yi menuruti perkataannya dan mencoba berdiri.

Zhou Shu Yi tahu Gao Shi De sengaja melakukan itu. Pasti sekarang ini perasaan Gao Shi De sedang tidak karuan, namun dia berusaha keras untuk menutupinya. Zhou Shu Yi jadi merasa serba salah dan tidak enak hati melihat keadaan Gao Shi De yang tampak berusaha tetap tegar. Sebenarnya, Zhou Shu Yi ingin sekali menghibur Gao Shi De mengingat kedekatan mereka belakangan ini. Setidaknya...itu, 'kan yang dilakukan seorang teman pada sahabatnya?

Tapi kini yang ada di antara keduanya adalah rasa canggung, dan Zhou Shu Yi tidak tahu harus bagaimana.

"Sudah mendingan," jawab Zhou Shu Yi setelah berdiri dan mencoba menjejakkan kakinya. "Terima kasih."

Zhou Shu Yi memberanikan diri menatap Gao Shi De yang berdiri di hadapannya. Mencari dan menerka perasaan Gao Shi De sekarang melalui sorot matanya. Namun Zhou Shu Yi mendapati wajah Gao Shi De kini terlihat biasa saja. Tak ada bedanya dengan ekspresi yang selalu dilihatnya dulu ketika keduanya belum begitu akrab. Normal...seolah tidak pernah terjadi apa-apa...

Melihat Zhou Shu Yi yang sudah bisa berdiri dan tidak terlalu merasa kesakitan lagi, Gao Shi De merasa tugasnya sudah selesai, lalu segera berbalik, menyambar tas ranselnya yang tergeletak di atas meja panjang di dekatnya, menyampirkan tas itu di bahu kirinya kemudian beranjak menuju pintu.

Namun sesaat kemudian, Gao Shi De menghentikan langkahnya.

"Zhou Shu Yi...," panggilnya, lalu menoleh ke arah Zhou Shu Yi yang masih berdiri di tempatnya, "Menyukaimu itu keinginanku," Gao Shi De terdiam sejenak lalu mengalihkan pandangannya dari Zhou Shu Yi, "...tidak ada hubungannya denganmu."

Gao Shi De mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba mengendalikan emosinya, menghela nafas pelan, lalu menatap Zhou Shu Yi sekilas dengan senyum yang tampak dipaksakan.

"Lupakanlah apa yang kukatakan kemarin," lanjutnya, lalu bergegas ke arah pintu dan pergi.

Untuk sesaat, Zhou Shu Yi hanya bisa terdiam, matanya terus mengikuti Gao Shi De hingga sosoknya menghilang di balik pintu.

Sepeninggal Gao Shi De, Zhou Shu Yi terduduk lemas di kursinya. Hatinya berkecamuk, pikirannya pun tak menentu. Entah mengapa, dirinya merasa seolah ada sesuatu yang hilang bersamaan dengan kepergian Gao Shi De dari hadapannya.

"Ada apa ini? Kenapa perasaanku jadi begini...."

Setelah larut dalam pikirannya sejenak, Zhou Shu Yi lantas meraih sepatunya, memakainya lalu pergi meninggalkan ruangan klinik dengan langkah gontai.

~~~

Ketika makan malam, mood Gao Shi De masih belum membaik. Pikirannya yang kusut membuat selera makannya terganggu. Sudah setengah jam Gao Shi De hanya duduk diam di meja makan. Nasi di mangkuknya tak tersentuh sama sekali sementara sepasang sumpit di tangan kanannya yang dipakai menopang wajahnya tampak tergantung pasrah menantikan pemiliknya untuk menggerakkannya.

Melihat anaknya melamun di hadapannya, ibu Gao Shi De lantas menepuk kedua tangannya di depan wajah anaknya yang tengah diam mematung itu, dan membuat Gao Shi De tersadar dari lamunannya.

"Ternyata masih hidup, ya?" ibu Gao Shi De menatap penuh selidik.

"Ibu pikir anak Ibu sudah berubah jadi The Thinker*) sekarang," lanjutnya sambil menopangkan wajahnya dengan tangan kanannya.

*) The Thinker (Prancis: Le Penseur) adalah patung perunggu karya Auguste Rodin, yang biasanya diletakkan di atas alas batu. Karya tersebut memperlihatkan sosok laki-laki telanjang berbadan kekar dan sedang duduk di atas batu bertumpu pada dagu di satu tangan seolah tenggelam dalam pikirannya, sering dijadikan gambar untuk merepresentasikan filosofi. Ada banyak versi dari karya Rodin ini. Dan salah satunya berada di The Musée Rodin di Paris.

"Ada apa? Sesuatu sedang mengganggu pikiranmu?"

Gao Shi De menaruh sumpit itu di atas mangkuknya sambil mendesah, "Tidak, tidak ada apa-apa."

"Tidak ada apa-apa bagaimana? Kamu itu anak Ibu. Dan Ibu ini sangat mengenalmu dengan baik. Jadi tidak usah bohong pada Ibu. Katakanlah, ada apa?"

Gao Shi De terdiam sesaat, mendesah pelan lalu mengangkat wajahnya, "Aku hanya sedang memikirkan...bagaimana caranya melepaskan orang yang kita sukai..."

"Apa kamu...sudah mencoba mengejar orang itu?"

Gao Shi De menggeleng pelan.

"Hmm, lantas...kenapa kamu menyerah tanpa berusaha terlebih dahulu? Ibu pikir kamu punya nyali. Seingat Ibu kamu ini cukup berani. Apa keberanianmu itu sekarang hilang?" ibu Gao Shi De mengatakan itu dengan alis berkerut.

"Apa kamu mau Ibu membantumu untuk mendapatkannya kembali?" lanjut ibunya dengan nada sedikit menggoda.

"Bukan begitu, Bu...," balas Gao Shi De dengan senyum yang dipaksakan.

"Jika kamu menyukai seseorang, bila tak ada yang menghalangi langkahmu, berusahalah semampumu untuk mendapatkan hatinya. Jika kamu bahkan tidak mencoba, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya," ujar ibu Gao Shi De dengan tatapan simpati, "Tanpa berusaha, kamu akan menyesal nanti," lanjutnya kemudian.

"Bagaimana jika...aku sudah tahu kalau aku pasti akan gagal... Apa aku harus tetap mencoba?"

Mendengar anaknya yang seolah sudah merasa kalah sebelum mencoba, ibu Gao Shi De merasa perlu memberinya semangat.

"Aiyah, ada apa dengan anak Ibu yang tampan ini, hmm?" ibu Gao Shi De segera beranjak mendekati anaknya itu lalu menepuk-nepuk bahunya. "Ayolah, percaya diri sedikit!" lanjutnya sambil menarik kursi yang ada di samping kanan Gao Shi De dan duduk di sana.

"Kamu 'kan bukan dia. Bagaimana kamu bisa tahu jawaban apa yang akan dia berikan padamu?"

Gao Shi De hanya terdiam.

"Tentu saja kamu harus mencobanya. Bahkan jika tidak berhasil pun, ya sudah, mau bagaimana lagi?"

Gao Shi De menghela nafas panjang lalu menoleh ke arah ibunya yang baru saja meninju pelan lengannya memberinya semangat.

"Melangkah mundur sejenak akan membuat seorang pria tampak lebih menarik."

Gao Shi De hanya bisa tersenyum mendengar nasehat ibunya itu.

"Tapi kamu 'kan masih harus ikut dengan Ibu ke Amerika. Kalau kamu lebih memilih kekasihmu daripada Ibumu ini, itu tak tahu terima kasih namanya," keluh ibu Gao Shi De dengan nada setengah merajuk.

"Tidak mungkin, 'lah, Bu. Aku akan menepati janjiku."

"Bagus kalau begitu. Sekarang saatnya makan. Jarang-jarang Ibumu ini masak, loh!" seru ibu Gao Shi De dengan nada riang, lalu meraih berkas kerja yang ada di meja di hadapannya.

"Iya, Ibu memang jarang sekali masak. Jadi sekarang saatnya makan juga." Gao Shi De menyambar berkas kerja yang ada di tangan ibunya lalu meletakkannya kembali di tempatnya semula, kemudian menutup laptop kerja ibunya.

"Dilarang kerja!" Lalu meraih mangkuk nasi milik ibunya dan meletakkannya di hadapannya.

"Baiklah, anakku tersayang," jawab ibunya sambil mengangkat sumpitnya lalu mengambil sepotong lauk dan menaruhnya di mangkuk nasi Gao Shi De.

"Makanlah...ini semua makanan kesukaanmu," sambil menambah potongan lauk lain ke mangkuk anaknya. "Makan yang banyak, jangan terlalu banyak berpikir, oke?"

"Oke," jawab Gao Shi De sambil memasukkan potongan lauk ke dalam mulutnya dan tersenyum.

Perkataan ibunya barusan sedikit banyak telah membuat mood nya sedikit membaik. Gao Shi De mencoba menenangkan pikirannya dan menghabiskan makannya. Apa yang akan ia lakukan esok biarlah dipikirkan nanti setelah makan malam ini usai.

~~~

Zhou Shu Yi duduk termangu di sofa dalam kamar tidurnya. Sudah sejam lebih dirinya mencoba membaca buku yang dipegangnya itu, namun tak satupun kalimat yang dibacanya itu dapat dicerna dengan baik olehnya. Entah mengapa sejak pulang dari kampus sore tadi dirinya didera rasa gundah tak berkesudahan. Pikirannya pun tak tenang. Konsentrasinya entah lari kemana. Tatapannya berulang kali tertuju pada perban yang kini membungkus pergelangan kakinya.

Zhou Shu Yi mencoba menggerak-gerakkan pergelangan kakinya itu. Masih terasa sedikit sakit bila digerakkan.

Zhou Shu Yi kembali menatap perban yang membalut rapi kakinya itu, menjulurkan tangannya untuk menyentuh perban itu, lalu merabanya pelan untuk beberapa saat, kemudian mulai melepas balutan perban itu perlahan.

Namun baru setengah jalan dirinya melepas bebatan itu, tiba-tiba tangannya terhenti. Hantaman kenangan yang pernah dilaluinya bersama Gao Shi De tiba-tiba kembali membayang di pelupuk matanya...

Gao Shi De yang terjun ke dalam kolam dan menanyakan kakinya yang kram saat itu...

("Kamu tidak apa-apa?")

Gao Shi De yang menariknya pergi dengan dalih 'makan siang' saat dirinya terjebak dalam suasana yang tidak mengenakkan di hadapan kedua sahabatnya...

("Akhirnya aku menemukanmu!")

Gao Shi De yang mendekatkan wajahnya dan mengendus lehernya di ruangan musik...

("Hmm...baunya seperti bedak bayi...")

Gao Shi De yang mengajaknya makan hotpot dan mengupaskan udang untuknya...

("Eh, apa udangnya sudah bisa dimakan?"

"Tentu saja.")

Gao Shi De yang tengah menggeser layar ponselnya dan 'mengancamnya' dengan video 'tangisan di kolam renang'...

("Keren...")

Gao Shi De yang menggodanya di area permainan...

("Kukira...kamu sedang mengajakku kencan.")

Gao Shi De yang memapahnya ke ruang klinik ketika kakinya terkilir...

("Aku akan membawamu ke klinik.")

"Tidak usah!"

Haruskah aku menggendongmu di belakang atau menggunakan kedua tanganku? Pilih mana?")

Gao Shi De yang membiarkan dirinya tertidur di bahunya ketika berada di dalam kelas...

Lalu...

Gao Shi De yang tengah berbisik lembut di telinganya....

("Zhou Shu Yi...aku menyukaimu...")


"Bukan urusanku bagaimana!" umpat Zhou Shu Yi dengan wajah kesal sembari melepaskan perban yang melilit pergelangan kakinya itu dengan sedikit emosi.

"Yang kamu sukai itu aku, tentu saja itu menjadi urusanku!" dengusnya kesal.

Tiba-tiba ponsel Zhou Shu Yi yang tergeletak di atas rak buku tak jauh darinya bergetar. Zhou Shu Yi meraih ponselnya itu dan melihat ada pesan masuk dari 'si bodoh' (Gao Shi De)

[Perjanjian di antara kita telah berakhir. Aku sudah menghapus videonya. Terima kasih telah mau menjadi temanku di waktu yang singkat ini.]

"Waktu singkat apanya!" Zhou Shu Yi mengumpat kesal. "Kapan aku bilang kalau urusanku denganmu sudah selesai, hah?"

"Baiklah, kalau begitu kita tidak perlu lagi berteman. Siapa juga yang peduli!" Zhou Shu Yi melempar ponselnya dengan kesal ke atas tempat tidur lalu berjalan terpincang-pincang menuju kamar mandi.

~~~

"Kamu suka makan hotpot yang pedas, 'kan?" Liu Bing Wei yang berjalan di samping Zhou Shu Yi tampak sangat antusias, "Minggu lalu aku pergi ke salah satu restoran yang keren. Hotpot-nya enak sekali, loh. Bagaimana kalau kita pergi kesana? Ajak saja Gao Shi De sekalian."

"Pergi makan dengan dia membuatku tak berselera," jawab Zhou Shu Yi sambil mempercepat langkahnya menyeberangi lobi yang menuju gedung kampus yang berada di seberangnya.

Sementara itu di saat yang bersamaan, Gao Shi De tengah berjalan menaiki tangga lobi bersama Shi Zhe Yu dari arah berlawanan.

"Hei, Shi De. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita jalan ke kampus bersama." Shi Zhe Yu merasa senang ketika pagi ini Gao Shi De mengajaknya pergi ke kampus bersama.

"Oooh...kalian sedang bertengkar, ya?" sahut Liu Bing Wei dengan mimik serius. "Jadi itu sebabnya aku tidak melihat kalian berdua bersama lagi belakangan ini."

"Bukan begitu...," ucapan Zhou Shu Yi terhenti tiba-tiba ketika matanya beradu pandang dengan Gao Shi De yang kini juga tengah menatapnya dari ujung lobi.

"Eh, itu Gao Shi De," bisik Liu Bing Wei.

"Ada apa?" tanya Shi Zhe Yu ketika melihat temannya itu tiba-tiba terdiam di sebelahnya, lalu mengikuti arah pandangan Gao Shi De.

Gao Shi De buru-buru mengalihkan pandangannya dari Zhou Shu Yi dengan canggung, "Aku lupa membawa ponselku," gumamnya pada Shi Zhe Yu, lalu berbalik meninggalkan temannya itu.

Dengan wajah kesal Zhou Shu Yi juga berbalik meninggalkan lobi.

"Eh, Shu Yi, kelas kita ada di arah sana. Kamu mau kemana?" tanya Liu Bing Wei kebingungan ketika melihat temannya itu justru berbalik ke arah sebelumnya. Lalu berbalik menatap ke arah Shi Zhe Yu yang juga tampak kebingungan.

"Ada apa ini sebenarnya?" batin Liu Bing Wei sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

🌊🌊🌊

🗂 Catatan penulis :

Ngeliat Gao Shide berusaha sekuat tenaga untuk nahan perasaan dan air mata pas disini tuh aslik bikin nyesek banget dah. Bawaanya jadi pingin peyuk eratssss 😭

Dan inilah alesan kenapa aku suka banget sama mas Sam ini, bukan hanya karena penampilannya yang keren, tapi juga karena ekting sekil dia yang wokeh banget!!

He's indeed a good actor!! *angkat topi-salut*

Tengkyu sudah meluangkan waktu buat baca retelling ini. Jangan lupa laik & komennya ya. Maturtengkyu 😉

Oya, jangan lupa untuk mampir juga ya ke edisi terjemahan nopelnya. Biar kita bisa baper bareng, okeh?

Lop lop,

~fs20210428

Continue Reading

You'll Also Like

13.1M 435K 41
When Desmond Mellow transfers to an elite all-boys high school, he immediately gets a bad impression of his new deskmate, Ivan Moonrich. Gorgeous, my...
1.2M 65.1K 59
π’πœπžπ§π­ 𝐨𝐟 π‹π¨π―πžγ€’ππ² π₯𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐑𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐒𝐞𝐬 γ€ˆπ›π¨π¨π€ 1〉 π‘Άπ’‘π’‘π’π’”π’Šπ’•π’†π’” 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
2M 110K 96
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...
22.1K 947 32
Hyunjin likes Minho and wants Minho to pay attention to him. Minho likes Hyunjin and doesn't want Hyunjin to pay attention to him. A little bit of Mi...