You Just Met The Wrong Person

By DrReno

29.6K 4.4K 192

(Sedang di revisi) Setelah kasus kesalahpahaman tersebut, Ken harus memulai hidupnya dari awal. Pindah sekola... More

Prolog
Pink!
Pink! (2)
Affection!
Affection! (2)
True Love Comes From Family!
Pink! (3)
Pink! (4)
True Love Comes From Family! (2)
True Love Comes From Family! (3)
True Love Comes From Family! (4)
True Love Comes From Family! (5)
Professional Or Plain?
Let Me Get This Straight!
Let Me Get This Straight! (2)
Something Wrong Happened Here!
Something Wrong Happened Here! (2)
Ken Jackson!
The Scapegoat!
The Scapegoat! (2)
Them!
The Scapegoat! (3)
The Scapegoat! (4)
The Scapegoat! (5)
Silly, How It Feel!
Like We Should And Say We're Good!
Like We Should And Say We're Good! (2)
Like We Should And Say We're Good! (4)

Like We Should And Say We're Good! (3)

302 103 2
By DrReno

Biasanya Ken menghabiskan waktu di bus dengan sebuah earphone, diikuti sebuah tatapan kosong keluar jendela, memperhatikan apa saja yang dilewatinya. Sesekali kalau beruntung ada orang-orang bahagia melambai padanya dari luar.

Ken selalu berharap dapat bahagia dalam waktu yang lama. Tidak. Ken selalu merasa penderitaannya datang setelah yakin hidupnya telah berubah. Orangtuanya bercerai, tetapi kemudian ibunya bunuh diri. Ayahnya sudah terbunuh, tetapi Neal datang bersama video palsu menjijikkan. Ken juga sudah menghabisi nyawa Neal dan tak akan ada lagi yang menuduhnya sebagai penjahat, tetapi ketenangan yang selalu diinginkan Ken tidak pernah bertahan lama.

"Soal Naegi, kau tahu, gadis itu agak ... bagaimana mengatakannya, yah ...?" Sebenarnya Ken tidak sendirian. Untuk pertama kali, Lucy bergabung dengannya di bus. "Maksudku, namanya sedikit tidak masuk akal. Itu nama laki-laki, kan?"

"Kalian memang suka membahas murid baru, yah?" celetuk Ken, masih menatap keluar jendela. Lucy terkikik.

"Bagaimana menurutmu?" sambung Lucy.

"Menurutku kau harus berhenti membahasnya," kata Ken. Lucy sontak menurunkan rahang. Ken mungkin punya maksud lain, tetapi dia terdengar tidak senang. Namun, gadis itu sadar bukan karena kebiasaannya yang sering membicarakan orang-orang. Ken secara spesifik tidak mau membahas gadis itu.

Ken memang tidak ingin membahasnya. Dia tahu nama itu sangat aneh, bahkan dengan rambut panjang bergelombang dan mata biru yang indah tersebut, Ken tak akan tertipu. Namun, dari seluruh tempat di kota ini, gadis itu malah pindah ke sekolah yang sama dengan Ken.

"Apa ada masalah?" tanya Lucy pelan-pelan, tetapi Ken diam saja. "Ken. Aku tahu kau sangat suka menyimpan masalah untuk dirimu sendiri, tetapi aku di sini untuk membantumu. Apa ada—"

"Aku baik-baik saja, okey!" tukas Ken, suaranya agak tinggi sampai-sampai terdengar ke seisi bus. Ken sendiri tak menyangka dirinya akan berteriak, sementara Lucy melebarkan mata karena terperanjat.

"A–Aku tidak bermaksud—maafkan aku, Lucy," ucap Ken dengan kepala menunduk. "Tapi aku sungguh baik-baik saja."

Sayangnya setelah itu, mereka jadi kehilangan pembicaraan hingga Ken akhirnya turun dari bus. Mereka memang berciuman sebentar, dan Lucy bergeser ke tempat Ken di samping jendela untuk melambai padanya di luar. Namun, benar-benar tak ada pembicaraan.

Akhirnya cowok itu menghabiskan malam dengan mengirimkan pesan permintaan maaf yang baru dibalas Lucy sekitar pukul sebelas malam.

"Kau tidak perlu meminta maaf, kau tahu? Aku tahu kau memang ada masalah, dan aku juga tidak mungkin memaksamu bercerita. Tapi kalau kau siap, aku akan selalu ada di sini."

Ken membalas: "Aku tahu. Aku mencintaimu."

Lucy sedang di restoran keluarganya saat melakukan perpesanan. Gadis itu jadi hanya senyum-senyum sendiri di ruang makan sebelum kembali melakukan tugasnya dengan kain lap dan penyemprot air.

"Lu ... apa kau punya waktu sebentar?" Lalu Rick muncul tiba-tiba, dan seperti biasa mengagetkan Lucy. Dengan menggerutu gadis itu berpindah ke meja lain, tetapi Rick masih saja mengikuti.

"Ayolah. Antara kita saja, saudara dan saudara ... maksudku, kita bisa berbagi rahasia, kan?"

"Kenapa tidak bersihkan saja lantai di sana dan jangan ganggu aku, Rick?"

"Kurasa kau tidak mendengarku dengan baik, tetapi ...." Rick berdehem sebelum melanjutkan. "Soal hubunganmu dengan Ken, kurasa hanya aku saja yang tahu soal itu."

Tangan Lucy langsung saja berhenti mengelap, bahkan saat Rick baru menyebut nama Ken. Setelah itu dia berbalik dengan mata seakan menyala. "Kau bilang apa?"

Rick tertawa canggung lalu mundur perlahan. "Okey ... kau sebaiknya menjaga sikap sekarang sebelum aku menceritakan ini ke semua orang."

Sementara Lucy maju dengan tangan tergenggam erat pada kain lap. "Kau sebaiknya tutup mulut sekarang sebelum aku menceritakan ke Andy kalau kau masih—"

"Andy? Sungguh? Itu ancaman terbaikmu?"

Lucy memutar mata, dan berkata dengan pelan, "diam saja, okey? Kau tidak harus mencampuri semua urusanku."

"Aku memang tidak mau tahu, tapi bukannya sudah jelas? Kau tidak mau pulang denganku tadi siang alih-alih malah duduk di halte bersama si Topi Pink. Jadi ...." Semangat Rick kembali, dia langsung mengambil duduk di tempat Lucy membersihkan. "Kau pulang terlambat hari ini. Apa kalian ... berkencan?"

Gadis itu membuka mulut tak percaya dengan perilaku Rick saat ini, tetapi kemudian hanya menghela napas. Dia teringat dengan Alisha ketika pertama kali berkencan dengan Cyan, mereka tak pernah menceritakan hal tersebut, tetapi semuanya tetap terlihat jelas dari interaksi keduanya. Rick benar, cepat atau lambat, teman-temannya aku tahu soal hubungan ini.

"Tidak, kami tidak kemana-mana," kata Lucy setelah mengambil duduk.

Rick mengenal nada suara itu, adik tirinya sedikit kecewa. "Woah, woah. Ada apa ini? Apa kalian bertengkar. Tunggu ... sebenarnya sudah berapa lama kalian berpacaran?"

"Kau tidak harus tahu semua detailnya, tapi ... yah, kami bisa dibilang bertengkar. Atau sebenarnya tidak. Dia hanya ...." Lucy menaruh tangan pipinya dengan lemas "Menjadi Ken seperti biasa, yang menyembunyikan semuanya."

"Oh. Okey. Kukira kalian bertengkar. Maksudku ... kau saja melarangku tahu segalanya tentangmu, kenapa malah kau yang tidak terima kalau Ken juga tidak ingin bercerita?"

Lucy dan Rick memang punya hubungan yang unik. Mereka merasa harus bertengkar setiap saat, tetapi itu malah membuatnya menjadi tipikal hubungan saudara tiri seperti di cerita dongeng yang membosankan. Mereka memang sesekali berdebat, dan biasanya Rick selalu benar untuk beberapa hal.

Kali ini Rick benar.

"Aku tahu itu, tapi ... aku ingin dia tidak menyimpan ini sendirian. Memang sekarang aku tahu kenapa dia pindah sekolah, kenapa dia bersikap aneh di hari-hari pertama, dan keluarganya, lalu anak laki-laki yang pernah dia ajak berkelahi, tetapi ... aku ingin dia tahu kalau aku akan selalu membantunya."

Bayangan wajah Ken merasuk kepala Lucy. Rambut lebat yang kini dipotong pendek meski selalu tertutup topi, mata hitam legamnya yang selalu berbinar, senyum kecil Ken yang seolah-olah berkata 'hei, aku baik-baik saja' dan padahal tidak. Dia adalah laki-laki yang kuat.

Khayalannya pecah setelah Rick bersiul. "Kau keren, Sis. Aku akan mendukung hubungan kalian, sepenuhnya. Jadi ... aku juga butuh bantuanmu sekarang."

Sepertinya cowok itu tidak terlalu peduli, dan Lucy kembali kesal setelah bercerita panjang lebar, tetapi dia coba menahan amarahnya. "Apa?"

"Kulihat kau cukup baik membuat hubungan dengan murid baru. Maksudku Ken, aku bertaruh ada banyak yang ingin mengajaknya kencan."

"Sebenarnya kau mau apa ...?" Lucy menghela napas kasar.

Sekali lagi Rick berdehem. "Menurutmu ... apa para gadis menyukai laki-laki dengan rambut botak? Atau aku juga harus memakai topi mulai dari sekarang."

Awalnya Lucy hanya menyeringai, hingga dia menyembur tawa karena tak tahan. Langsung saja Rick cemberut. "Apa kau menghinaku?"

"Oh, astaga. Apa ini soal murid baru itu? Naegi?"

"Y–Ya. Ini dia." Pipi Rick perlahan-lahan memerah. "Punya tips untukku? Maksudku? Apa yang harus kutanyakan padanya? Bagaimana kau bisa berhasil dengan Ken?"

Lucy mulai mendongak, coba mengingat kembali hari-hari saat bertemu dengan Ken pertama kali. Dia tidak begitu menaruh perasaan padanya dulu, hanya sekedar ingin menjadi teman baik dan memberinya sebuah tur sekolah.

"Bagaimana kalau mengajaknya berkeliling sekolah? Dia pasti masih asing dengan sekolah kita yang sangat besar."

"Keliling sekolah? Semacam tur?" tanya Rick, dan Lucy mengangguk. "Okey. Akan kulakukan. Terima kasih, Lu." Rick bangkit dan kembali ke sudut ruangan untuk mengambil sapunya, tetapi kemudian menoleh sekali lagi. "Rahasia saudara?"

Lucy tertawa lagi. "Rahasia saudara."

***

Ketika Senin tiba, satu-satunya yang dia butuhkan adalah menghindari masalah yang membuat kepalanya semakin sakit setiap detik. Sepanjang akhir pekan dia tak bisa tidur nyenyak karena puluhan nama seakan-akan bergulir di depan matanya. Daftar terkutuk: korban Ken berikutnya. Dia menyebutnya begitu.

Seorang bos ambisius mulai menerornya, Sean masih koma, lalu gadis bernama Naegi muncul di sekolah. Lucy memang ada di sana untuk membantunya, tetapi saat ini dirinya bahkan tak dapat menyembunyikan perasaan kalau kehadiran Naegi sangat mengganggunya.

Saat makan siang, Rick mengajak gadis itu untuk bergabung. Naegi duduk di hadapannya, tertawa pada setiap lelucon yang Rick lontarkan.

"Jadi ... kau berasal dari Jepang?" tanya Lang penasaran.

"Ayahku dari sana," ucap Naegi. "Aku tahu, namaku sedikit kurang masuk akal. Teman-teman lamaku juga berkata begitu. Mereka bilang aku punya nama laki-laki."

"Namamu keren. Aku menyukainya," tanggap Rick, dan membuat Naegi tertawa kecil.

Melihat itu membuat Ken benar-benar geram. Semuanya begitu palsu, tetapi teman-temannya mempercayai itu.

Lalu Naegi beralih pada Ken. "Rick bilang kau murid baru di sini. Kalau begitu kita pasti bisa jadi teman yang baik."

"Ya ... kita bisa," balas Ken, dan tangan kirinya jadi mengeras.

Ken bahkan tak dapat menahan dirinya. Setiap kali Naegi bertanya, Ken langsung menunjukkan sikap, tatapan, dan suara dingin. Teman-temannya tentu menyadari itu semua.

"Kau baik-baik saja, Ken?" tanya Shiro setelah menghabiskan minumannya, tetapi Ken sontak berdiri, masih belum mengalihkan tatapan dari Naegi.

"Aku mau ke kamar mandi." Lalu menyingkir dari sana begitu saja. Makanannya bahkan belum habis setengah.

Semuanya mengangkat bahu, tak begitu mengerti. Shiro kemudian menjelaskan pada Naegi yang juga keherenanan, "Ken punya banyak masalah akhir-akhir ini, tetapi dia orang yang baik. Jangan khawatir."

Lucy berbeda. Dia tahu ada yang salah, dan yakin itu ada hubungannya dengan Naegi.

"Aku akan bicara dengannya," ucapnya.

Lucy baru saja berdiri dan Naegi sontak menahan. "Biar aku saja, aku tidak tahu kenapa, tapi kurasa dia tidak suka padaku. Kalau memang dia punya masalah padaku, sebaiknya aku saja yang berbicara padanya."

"Uh ... sebaiknya tidak. Dia sedikit ...." Suara Lucy memelan saat Naegi sudah melenggang pergi.

"Sudahlah, biarkan saja mereka," ucap Shiro setelah memindahkan sisa makanan Ken ke nampannya. "Omong-omong, Lucy, kau sendiri kenapa? Apa ada sesuatu antara kau dan Ken?"

Mata Lucy melebar, Rick ikut tersedak minumannya. Dengan gugup, gadis itu berkata, "Apa?! Tidak ada apa-apa! Kita hanya teman! Kita semua teman!"

"Woah. Tenanglah. Aku hanya tanya."

"Pertanyaanmu tidak penting!" Lucy juga melesat pergi, meninggalkan kantin sebelum makanannya habis. Shiro yang tak begitu peduli mengambil nampan Lucy, tetapi Rick langsung memukul tangannya.

"Hei!"

"Apa kau serius?"

"Dia tidak mau memakannya. Lagipula sebenarnya ada apa ini? Hari Kesal Nasional?"

"Ini Hari–Saat–Shiro–Tak–Bisa–Menutup–Mulutnya. Berikan itu padaku," jawab Rick setelah merebut nampan Lucy.

***

Tangan Ken gemetar di basin, tetapi bukan karena air dingin yang membasahinya. Dia sudah ada di sana selama beberapa menit, dan terus berdiri menatap tajam cermin berembun itu seolah-olah ingin memecahkannya.

Sampai akhirnya dia mematikan kran ketika seseorang juga masuk ke kamar mandi. Ken mengeringkan tangan dengan kertas tissue, tetapi sebelum keluar, seseorang yang lain tiba-tiba muncul di pintu masuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?! Ini kamar mandi laki-laki!" sentak Ken, tetapi gadis itu tak peduli, dia justru mendorong Ken masuk.

"Aku ingin bicara denganmu!"

"Menjauhlah dariku, Gina! Bukannya kau bilang akan pergi dari kota ini!"

"Jangan panggil aku Gina! Namaku Naegi!" balas gadis itu lebih keras, dan meraih kerah baju Ken.

Tentu saja tenaganya tidak cukup kuat untuk menahan cowok itu, Ken menepis dengan mudah. "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengubah identitasmu semudah itu, tapi itu nama paling konyol dan bodoh yang pernah kudengar!" Ken justru berganti mendorong gadis itu. "Dan berhentilah menggangguku. Menjauhlah dariku, dan teman-temanku!"

"Tidak ada yang mengganggumu. Aku baik-baik saja sampai kau terus-terusan bersikap aneh."

"Bersikap aneh?! Tidak mengganggu?! Oh, yang benar saja. Dari semua sekolah di kota ini, kau memilih ini?! Kau memilih sekolah ini?! Akui saja, Gina. Kau kesepian!" tukasnya, dan berhasil membuat Gina terdiam.

"Kau punya masalah dan tidak ingin sendirian menghadapinya, jadi kau membawa siapa saja untuk menemanimu. Kau tahu sejak awal aku tidak memperkosamu, tetapi kau menyebut namaku agar kau tidak sendiri menghadapinya. Andai saja kita tidak bertemu di sana hari itu, andai saja kita tidak berteman, kau pasti akan menuduh Neal sebagai pelakunya."

Gina masih tak mengatakan apapun, karena Ken tahu dirinya benar.

Cowok itu menarik napas, berusaha menenangkan diri. "Tolong, jauhi saja aku, dan berdamailah dengan semuanya. Jangan ganggu aku."

"H–Hei! Woah! Ini kamar mandi laki-laki!" Laki-laki pertama yang tadi masuk kamar mandi sudah selesai dengan urusannya, dan langsung terkejut melihat Ken bersama seorang perempuan.

Mereka berdua mengabaikannya, dan meninggalkan kamar mandi begitu saja. Ken belok kiri, dan Naegi ke kanan.

Continue Reading

You'll Also Like

41.5K 7.7K 13
Mulanya Anggit tidak masalah dengan sistem pengacakan tempat duduk tiap beberapa waktu sekali. Namun, pendapatnya lantas berubah ketika ia mendapat t...
BROKEN By kincirmainan

General Fiction

71.4K 6.3K 24
BROKEN Cordelia tengah berada di puncak kebahagiaan ketika sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa Darya dan Bastian. Dia mencoba segala cara untuk...
2M 326K 37
TERSEDIA DI TOKO BUKU - SEBAGIAN BESAR CHAPTER SUDAH DIHAPUS Two faced: (adj) double-dealing, backstabbing, dishonest, hypocritical, etc. Abhi baru s...
359K 39K 22
Milo Sayaka mulai merasa tersisih saat sahabat yang selalu menjadi bayang-bayangnya akhirnya memiliki tambatan hati. Setelah belasan tahun ia selalu...