Sepupu - Ateez

By skiestiny

7.9K 949 97

Punya delapan sepupu cowok semua?! Ganteng-ganteng pula, siapa sih yang gak seneng? Kehidupan Aurora yang bi... More

Perkenalan
1. Awalan
2. Grup Chat
3. Sampai Korea
4. Guru Bang Mingi
5. Jalan-jalan Bersama Bang San
6. Masak Bersama Bang Seonghwa
7. Bang Hongjoong Tidak Pelit
8. Antara Sumpit dan Bang Yeosang
9. Sepeda Bang Yunho
10. Ngomongin Bagas
~Baja Saja~
11. Jadian Sama Bagas?!
12. Tentang Bagas
13. Abang-abang Menghilang
14. Rahasia
15. Abang-abang Aku Debut!
16. Comeback
17. Mereka Benar-benar Sibuk
18. Rencana ke Korea
19. Hot News!
20. Ketemu Atiny di Sekolah!!
21. Pembohongan
22. Bang Wooyoung Ngeselin
23. Sebuah Kebetulan
24. Tidak Sesuai Ekspetasi
25. Melepas Rindu
26. Rahasia Terbongkar
27. Gibah
28. Yeji Nyasar
29. Kepo
30. Rapat Kecil
31. Temen Bang Wooyoung
33. Kak Haruto
34. Please Cover Up For Me, My Aurora
Tokoh Tambahan

32. Foto

98 12 0
By skiestiny

"Aurora semuanya sudah siap?" tanya ibu.

"Sudah, bu," jawabku.

"Beneran? Periksa lagi, nanti ada yang ketinggalan."

"Aih, bu. Udah aku siapin semuanya, bu. Ga bakalan ada yang ketinggalan," aku berusaha ngeyakinin ibu.

"Periksa lagi, Aurora!" ibu tetep nyuruh aku untuk periksa lagi.

"Lemarinya udah kosong, bu. Apa aku harus bongkar lagi kopernya?"

"Eh? Aurora aku akan membantu," tiba-tiba Bang Yeosang datang.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Tante tinggal saja, aku akan membantu Aurora," ucap Bang Yeosang ngga ngejawab pertanyaanku tadi.

Ibu pergi dari kamar ninggalin aku sama Bang Yeosang berdua.

"Abang kenapa? Ini sudah selesai semua," tanyaku bingung. Beresin koper aja ribet.

"Sudah selesai? Tapi kenapa tadi kamu berdebat dengan ibumu?" Bang Yeosang nanya balik.

"Ibu bikin kesel sih!"

"Benarkah? Kenapa?"

"Aku disuruh memeriksa perlengkapan, dan aku rasa ini sudah. Tapi ibu memaksaku."

Bang Yeosang ketawa. "Masalah kecil kamu besarkan?"

"Hah?"

"Harusnya kamu jelaskan saja pada ibumu."

"Sudah, bang."

"Lalu?"

"Ibu tetap menyuruh."

"Mungkin maksud ibumu baik. Sekarang lakukan saja."

"Ck!"

"Aku akan membantu."

"Tidak usah, bang."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Kalau begitu aku ingin membantumu."

"Untuk apa, bang?"

"Aku ingin menghabiskan waktu terakhir kamu di Korea sekarang. Aku tidak bisa menjamin akan punya banyak waktu seperti dulu."

"Maksud abang?"

"Kami sibuk."

"Bukannya kalian memang sibuk?"

"Mungkin kedepannya kami akan lebih sibuk. Kami harus pergi ke luar negeri. Menghadiri banyak acara."

"Selama ini kan begitu, bang?"

"Aurora kau tak paham maksudku?"

Aku menggeleng sambil natap muka Bang Yeosang.

"Hahaha, wajahmu lucu," Bang Yeosang ketawa pelan. Kemudian dia mengusap rambutku.

"Terima kasih, aku memang lucu," jawabku dengan percaya diri. Kata ibu aku harus percaya diri.

Bang Yeosang mencubit pipiku. "Kamu tidak berubah dari kecil."

"Berubah?"

"Iya, kamu tetap seperti dulu. Tetap menjadi Aurora yang menggemaskan."

"Aku menggemaskan? Seperti apa?"

"Kamu menggemaskan seperti Aurora."

"Terima kasih. Aku memang menggemaskan."

"Dan kamu selalu percaya diri."

"Hehe."

"Eyyoo!! Kalian sedang apa?!" itu suara Bang Wooyoung.

"Yeosang hyung? Aurora?" disusul suara Bang San.

"Kalian hanya berdua?" tiba-tiba ada suara Bang Jongho.

"Tidak mengajak kami untuk bergabung," sambung Bang Yunho.

"Ya sudah sini ayo gabung," ajakku.

"Aurora kamu sudah siap untuk pulang?" tanya Bang Seonghwa yang tiba-tiba masuk bareng Bang Mingi.

"Sudah siap semuanya," jawabku.

"Kamu tidak ingin memeriksa lagi seperti kata ibumu?" tanya Bang Yeosang.

"Tidak usah," aku yakin tidak ada yang tertinggal.

"Benar tidak ada yang tertinggal? Sebentar lagi kamu akan berangkat," Bang Seonghwa mastiin.

"Iya, bang."

"Lalu ini apa?" tanya Bang Wooyoung yang mengangkat sebuah kotak.

"Oh astaga! Aku lupa kotak itu!" seruku.

"Nah kan, Aurora. Kamu melupakannya," kata Bang San.

"Aku sengaja meningggalkannya," jawabku.

"Untuk?" tanya Bang Jongho kepo.

"Untuk kalian semua."

"Benarkah untuk kami?" tanya Bang Mingi semangat.

Aku ngangguk. "Apakah semuanya di sini?"

Bang Yunho noleh ke kanan dan kirinya. "Hongjoong hyung di mana?"

"Aku akan memanggilnya," Bang Wooyoung keluar dari ruangan.

"Apa isi kotak itu, Aurora?" tanya Bang San.

"Rahasia, tunggu semuanya berkumpul dulu, hehehe."

"Ada apa ini? Semuanya berkumpul di sini?" tanya Bang Hongjoong yang datang bareng Bang Wooyoung.

"Duduk saja, hyung," kata Bang Wooyoung.

Habis Bang Wooyoung dan Bang Hongjoong duduk, aku bukain kotak yang dari tadi aku pegang.

"Woah!!" mereka kompak berseru.

"Wah keren!" puji Bang Mingi.

"Ini sangat manis, Ra," lanjut Bang Yunho.

"Terima kasih, Aurora," sambung Bang Jongho.

"Sama-sama, maaf aku hanya bisa memberi kalian ini," kataku agak menyesal.

"Tidak masalah, Ra. Ini sangat cantik," ujar Bang Hongjoong.

"Lihat wajah Wooyoung! Hahaha!" Bang San ketawa.

"San hyung!" Bang Wooyoung kesel gara-gara diketawain Bang San.

"Sannie, Wooyoung, sudah lah kalian ini," Bang Seonghwa kayaknya udah bosen sama kelakuan Bang San sama Bang Wooyoung.

"Dari mana kamu dapat foto ini Aurora? Aku rasa foto ini sudah sangat lama," tanya Bang Hongjoong.

"Aku memintanya pada nenek, dan nenek masih menyimpannya," sahutku.

"Kamu meminta kepada nenek?" Bang Mingi kayaknya ga percaya.

"Iya, bang. Aku meminta foto ini pada nenek."

"Ternyata nenek masih menyimpannya," gumam Bang Seonghwa pelan, tapi masih kedengeran.

Benda yang ada di dalam kotak itu adalah sebuah foto lengkap dengan bingkainya. Itu adalah foto saat aku dan sepupuku masih kecil.

Foto ini udah lama. Kayaknya waktu itu umur aku 1 tahun. Difoto itu aku lagi ketawa bareng sepupuku. Foto itu ga sengaja diambil oleh kakek. Dan ternyata masih nenek simpan sampai sekarang.

Foto masa kecil kami udah banyak yang hilang. Kemarin pas aku lagi bongkar lemari nenek, ternyata ada sebuah foto yang dilihat dari bentukannya adalah foto lama. Tapi foto itu masih terawat dan bersih. Kayaknya nenek sengaja ngerawat foto itu.

"Aurora terlihat cantik," kata Bang San tiba-tiba.

"Pftt, hahaha!" Bang Wooyoung ketawa.

"Terima kasih, Bang San. Bang Wooyoung!!"

"Hahaha, maafkan aku, Ra," kata Bang Wooyoung sambil nyengir.

"Tapi Aurora menang terlihat cantik dulu," Bang Yeosang bersuara.

"Benarkah? Terima kasih, bang. Hehehe."

"Terlihat cantik dulu? Berarti sekarang Aurora tidak cantik lagi?" tanya Bang Yunho.

"Bang Yunho!!"

"Bukan aku yang bilang, Ra. Itu Yeosang!"

"Maksudku bukan begitu, Ra."

Astaga kakak adek bikin kesel. Untung aku sabar. Orang cantik harus sabar.

"Tidak usah bertengkar kalian," habis Bang Hongjoong ngomong, yang lain pada diem.

"Dulu kita seperti tidak ada beban. Kita tertawa sepeti di dalam foto ini," ujar Bang Seonghwa.

"Kita pasti akan jarang bertemu lagi," sambung Bang Mingi.

"Selama ini memang seperti itu, hyung," Bang Jongho menyela.

"Iya, ada benarnya juga, tapi..."

"Aku mengerti maksud Bang Mingi. Memang waktu tidak bisa diulang kembali, tapi apa salahnya jika kita menikmati sisa waktu kita?" ujarku.

"Kamu pintar, Ra," puji Bang San.

"Terima kasih. Hehe. Kalian suka memberi pujian ya?" tanyaku.

"Kami hanya mengikuti Atiny kami, dan ternyata memberi pujian adalah hal yang menyenangkan," jelas Bang San.

Memang benar, menurutku memberi pujian itu hal yang seru. Kita seperti menghargai orang lain, dan kita bisa mengubur rasa iri dan dengki.

"Besok kalian akan melakukan apa?" tanyaku.

"Besok kami sudah ada jadwal baru," jawab Bang Jongho.

"Jaga kesehatan kalian, istirahat yang cukup."

"Kami akan memastikan kami melakukan itu, Ra. Kamu juga, ya," kata Bang Seonghwa.

"Aurora, ayo pamit. Kita akan pulang," tiba-tiba ibu masuk ke ruangan.

Raut mukaku yang tadi gembira sekarang berubah jadi agak cemberut.

"Ibu tunggu di depan, ya," abis ngomong gitu ibu langsung pergi.

Kami bersembilan ikut nyusul ibu. Barang-barangku dibawa sama Bang San.

"Hei, jangan cemberut. Ayo senyum, Ra," Bang Wooyoung sadar perubahan raut wajahku.

Aku senyum agak terpaksa.

"Senyum yang lebar, kamu terlihat lebih cantik," tambah Bang Hongjoong.

Aku senyum lebar kayak yang Bang Hongjoong bilang.

"Nah, cantik," Bang Hongjoong mengusap rambutku.

Aku menghela napas pelan. "Bang, aku pamit."

"Hati-hati, Ra," kata Bang Seonghwa.

Yang lain senyum padaku. Aku memeluk mereka satu per satu.

"Nenek, kakek, Aurora pamit," aku mencium punggung tangan nenek dan kakek

"Hati-hati, Aurora."

Paman Jung yang bakal nganterin kami.

Aku udah di depan pintu mobil. Pintu udah dibuka, tinggal masuk. Aku menghela napas kasar. Lalu masuk ke dalam mobil.

"Jaga diri baik-baik, Ra," teriak Bang Hongjoong.

"Jika sudah sampai, jangan lupa kabari kami," Bang Yunho ikut teriak.

"Sampai jumpa nanti, Aurora!" sambung Bang San.

"Siap, bang. Aku akan mengabari kalian!" sahutku sambil teriak juga.

"Kami akan merindukanmu!" teriak Bang Jongho.

"Aku juga!"

Kami berteriak seakan ga ada siapa-siapa selain kami bersembilan.

"Kita berangkat, Ra," kata ayah. Dan mobil udah melaju meninggalkan kawasan rumah kakek dan nenek.

Terlihat dibelakang abang-abang, kakek, dan nenek melambaikan tangan. Aku balesin lambaian tangan itu.

Semua akan kembali lagi seperti sebelumnya.

●●●

Makasih vote dan comment nya.

Maaf kalau ada salah dan typo.

Continue Reading

You'll Also Like

502K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
112K 18.3K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
65.3K 4.8K 25
Jung Wooyoung tidak menyangka jika pertemuan dengan seorang pria yang mengenakan setelan malam itu akan merubah hidupnya. kehidupan yang tidak perna...
11.9K 1.3K 45
Hidupnya tak pernah bisa ditebak. Yn (bisa dibaca Ye Eun) terkejut, mempunyai kakak sambung berjenis kelamin lelaki. Min Yn Mahesa, perempuan berdara...