HEAVEN

By naravc_

27.5M 2.4M 751K

Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak me... More

1. IN HEAVEN
2. CHAPTER 1
3. CHAPTER 2
4. CHAPTER 3
5.CHAPTER 4
6. CHAPTER 5
7. CHAPTER 6
8. CHAPTER 7
9. CHAPTER 8
10. CHAPTER 9
11. CHAPTER 10
12. CHAPTER 11
13. CHAPTER 12
14. CHAPTER 13
15. CHAPTER 14
16. CHAPTER 15
17. CHAPTER 16
18. CHAPTER 17
19. CHAPTER 18
20. CHAPTER 19
22. CHAPTER 21
23. CHAPTER 22
24. CHAPTER 23
25. CHAPTER 24
26. CHAPTER 25
27. CHAPTER 26
28. CHAPTER 27
29. CHAPTER 28
30. CHAPTER 29
OPEN GC WA+TELE
31. MUTIA MULAI POSESIF
32. KHILAF TERINDAH
33. HEAVEN = T-REX
34. MIMPI BURUK MUTIA
35. DANGEROUS
36. MIRIS AKHLAK
37. DRUGS
38. 360 DEGREE
39. AWAL MASALAH
40. RETAK
41. MISING YOU
42. TERJEBAK HUJAN
43. SAKIT?
44. EVERY TIME
45. OBGYN
46. BABY
47. FLASHBACK [spesial chapter]
48. KITCHEN
49. TESLA
50. CEYSIA ANGELYN
51. TERUNGKAP
52. HIGH HOPE
53. FOR MY LOVE
54. PENGAKUAN
55. TYPO
56. 831
57. NIGHT ON THE BEACH
58. NIGHT ON THE BEACH 2
59. GIFT
60. BUAS
61. FOTO?
62. FITTING
63. RENCANA JAHAT
URGENT
64. PESTA PETAKA
65. PATAH
67. Kamu, disampingku.
68. TO HEAVEN (End)
70. A DREAM (END)

21. CHAPTER 20

434K 39.3K 6.2K
By naravc_

Hallo dear, happy reading..

Call me kak Nara ya...

Aku harap kalian stay sama Heaven sampai akhir.

Seru nggak?

Seru dimata orang yang suka, biasa aja dimata orang yang biasa aja. Dan aku nggak bisa maksa kalian menyukai yang kalian aja nggak suka.

Enjoy ya..

Yok bisa 4k vote+ 2 k komen.


20. HEAVEN ANGRY

Ini cakep banget, aku sampe cape jerit..

Heaven

Heaven megangkat tubuh Mutia yang gemetar duduk dilantai, dengan hati hati Heaven membawanya ke sofa yang berada ditengah tengah kamar Mutia.

"Gimana mau nikah kalo kelakuan kamu nggak bener," omel Mutia yang berpegangan pada lengan cowok itu, takut Heaven berubah pikiran tiba tiba menjatuhkan dirinya ke lantai.

Tadi Heaven begitu agresif sampai membuat Mutia ketakutan, cowok itu memang tak bisa terkontrol hormon testosteron-nya jika sudah berdua dengan Mutia. Suka bablas.

"Gue mana bisa ngerusak mahkota lo tanpa izin," sambil mengelus pelan pucuk kepala Mutia dia kemudian ikut duduk disampingnya.

"Mau janji nggak?" ucap Mutia serius.

"Buat?"

"Buat nggak ngulangin lagi. Mutia takut kalau kamu kaya gitu," dengan menarik napas pelan, cewek itu melanjutkan ucapannya "Nggak ada bedanya sama Kriss." lirihnya.

Heaven mengangguk pelan lalu kepalanya disenderkan ke sadaran sofa. Dia mendongak dan menatap langit langit kamar yang agak temaram, "Nggak janji," balas cowok itu enteng.

"Heh!" seru Mutia ikut mendongak. Tak ketinggalan tangannya memukul dada cowok itu kuat, biar makin tahu rasa.

Heaven tidak keberatan mendapat pukulan tangan kecil Mutia, sakitnya tak sebanding besar cintanya. Maklumilah kaum bucin satu itu.

"Nggak janji sama lo," ungkapnya datar. " Gue janji sama diri gue sendiri."

"Janji apa?!" tanya Mutia mempertegas.

"Janji nggak bakal ngent sebelum sah!?" jawabnya lalu menangkup gemas pipi Mutia, dikecupnya seluruh wajah kecuali bibir. Sekarang sedang mode sayang, bukan mode pengin.

"Udah pake serum, Kak," dumalnya kemudian melepaskan diri.

"Kalau khilaf, ingetin gue ya Ya," jujurnya dengan mengelus pungung Mutia pelan, bertujuan menenangkan sekalian merasakan tali bra yang mengait di punggung cewek itu. Sensasinya ada kali.

Mutia tak sadar, dia hanya mengangguk pelan.

"Eh," Mutia mendongak lagi. " Enak aja, ntar kamu modus ngakunya khilaf," tuduhnya.

Heaven terkekeh lalu menunjukkan smiksnya. Dasar cowok super modus. Kalau saja Trackers geng tahu ketuanya hanya sebatas cowok kang grepe sungguh harga diri Heaven bisa jatuh kedalam palung lautan.

"Ya Tuhan...," Mutia mengelus dada setelah menyebut. Mutia itu aneh, gampang marah gampang memaafkan. Jadi mau bagaimanapun Heaven, dia bisa sabar menghadapinya.

"Modus cuma sama lo Ya," kata Heaven sambil menyugar rambutnya.

"Sama yang lain nggak modus gitu? Serius? iya?" sahut Mutia, entah kenapa Heaven ini gampang di suuzoni.

"Gue nggak punya yang lain, gue cuma punya lo," balas Heaven.

"Bulshit!" Mutia langsung mencebikan bibirnya, "Scarlett heboh banget tuh, abis kamu apain dia sampek segitunya," sinis nya sambil mengambil bantal sofa yang berada disamping cowok itu.

"Awas tete lo kesenggol sama gue," peringat Heaven dengan frotal.

SIAL

Heaven ini memang ya, selain pandai dalam belajar, modus, dia juga pandai mencari alibi.

"Kak!"

"Hmm," balas Heaven datar.

"Aku lagi bahas cewek nggak jelas itu kamu ngelak terus, jangan jangan emang bener ya kelakuan kamu--" ucapnya terpotong, masih melototi Heaven yang hanya cengar cengir nggak jelas.

Sumpah Heaven. Kalau sedang bersama Mutia, seperti penderita DID. Kepribadiannya ganda.

"Percaya sama gue Ya," tekannya dengan raut serius. Mau menjelaskan panjang lebar lagi, ah sudah lah. Fetty sahabat kesayanganya itu membantu sepenuhnya untuk meyakinkan Mutia.

Mutia menggeleng lagi. " Mutia sampai detik ini nggak percaya sama kamu, kayanya kedepannya juga nggak bakal percaya,"

Heaven menghela napas kasar, "Keras banget, harus bener gue lemesin," ujarnya menahan emosi. Maksudnya Mutia kenapa sangat keras kepala.

"Tuh..." Mutia kembali melotot.

"Gue gantuk By," Heaven melihat layar ponselnya, melihat angka sudah menunjukan pukul 02.00 AM. Malam semakin larut.

Lah, baby lagi. Kadang yang, kadang baby. Mutia memakin tidak percaya Heaven punya satu wanita.

"Tidur, Mutia juga mau tidur," mata Mutia semakin sayu, tapi enggan beranjak dari sofa. Terlalu nyaman bersama si cowok meresahkan itu, padahal bisa saja memangsanya sewaktu waktu.

Heaven berdiri, membuat Mutia tersentak pelan. " Kenapa?"

Tak menjawab ucapan Mutia, Heaven langsung membopong tubuh ringkih itu keatas ranjang, perlahan cowok itu menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis yang masih kaget dan kaku.

"Lo tidur," ujarnya setelah mengecup pelan kening Mutia.

"Gue balik kamar, kalo lo pengin, tinggal chat,"

Mutia seketika melotot saat Heaven kembali memggodanya.

Heaven emang sialan.

"Ya udah sana balik ke kamar, kamu!?" suruh Mutia lalu berbalik membelakangi Heaven.

"Ntar dulu,"

Heaven menarik tangan Mutia agar cewek itu kembali terlentang.

Cup.

Bibirnya kena lagi.

Mutia kembali tercengang, sering sekali Heaven membuat jantunganya kerepotan.

"Gue keluar ya. Jaga anak kita baik baik ya by," ujarnya lalu mematikan lampu kamar.

Mutia menghela napas pasrah saat Heaven berhalusinasi. Kebiasaanya kan gitu, Mutia sudah belajar memaklumi.

Heaven kesurupan jin islam atau bagaimana? kok berubah alim. Biasanya saja langsung ikut nimbrung tidur satu ranjang. Minta proyek bayi kembar lah, minta elusin yang aneh aneh lah. Tumben dia bener, nggak gesrek otaknya.

Tak lama, Heaven akhirnya keluar dari kamar Mutia.

Heaven

Fetty habis melabrak salah satu teman kelasnya karena baju yang dipakainya sama. Cewek itu memang sensitif, kalau ada yang menyamai apalagi masalah fashion. Untung Heaven dan yang lainnya segera melerai, kalau tidak bisa babak belur wajah mulus Fetty. Cewek itu bar bar kalau urusan bertengkar.

"Baju yang dia pakek samaan kaya aku, by, kesel kan. Mana dia tuh suka liatin kamu sampek nggak kedip loh!" oceh Fetty mengeluarkan unek uneknya.

Arnold mengangguk paham, "Besok lagi nggak usah pakek berantem ya, apa lagi masalah baju," ujarnya memeluk kekasihnya.

"Beradaptasi sama black card yang aku kasih," imbuh Arnold menenangkan.

"Tapi samaan, aku nggak suka disama samain," singut Fetty, langsung diperagakan oleh Shaka.

"Awas lo," sangat gemas Fetty mencakar Shaka yang ada disampingnya. " Mampus!"

"Argh, sakit njing!" keluh Shaka malah ditertawakan sama yang lainnya.

"Lo diem, hidup lo aman," peringat Heaven.

Shaka anak ayah bunda mana bisa diam, menjahili Fetty adalah salah satu prioritas dalam hidupnya. Tapi prioritas utamanya tetap nana nin sama cewek. Dasar playboy rombeng.

Ciko yang hanya duduk manis tak berekspresi sama sekali, padahal Shaka merangkulnya bermaksud minta dibela.

"Tolongin gue Cik," ringis Shaka merasakan perih di lengannya.

Ciko yang risih digesek gesek langsung mendorong kasar tubuh Shaka sampai limbung, "Belok lo,"

"Belok matamu!" balas Shaka makin kesakitan karena jatuh kelantai.

Heaven si tukang fitnah tak menyia nyiakan waktunya, "Ngaku lo, gue pernah-"

"Gue nggak belok sat!" pekik Shaka kesal setengah mati, dia berdiri sempoyongan sambil mengedumel entah berbunyi apa. Seperti mantra yang akan digunakan untuk menyatet keempat sahabatnya.

"Bangun lo," Tangan Heaven menjulur agar Shaka meraihnya.

Dreet..

Dreet..

Jr. Riko is calling...

"Wasap bang!?" sapa junior Trackers yang juga meresahkan, Riko, titisan Shaka.

"Hm!?" sahut Heaven.

"Tadi gue lihat Mutia boncengan sama Galang bang," ucap Riko.

Heaven langsung bangkit. "Kemana!"

"Ke toko bunga bang," jawab Riko takut.

"BANGSAT," berang Heaven terbakar emosi.

Shaka cengengsan, sedangkan yang lain tercengang. Heaven jarang uring uringan seperti ini, tapi semenjak bertunangan cowok itu menjadi gampang emosi.

"Bini nya," ucap Shaka memberitahu temany temannya.

"Gue cabut!" Heaven tergesa gesa mengambil kontak motornya.

"Tiati, nggak usah ngebut," peringat Ciko penuh perhatian. Heaven mengangguk dengan raut wajah garang, kemudian melenggang pergi.

Heaven

Mutia terpaksa menerima permintaan Galang untuk menemaninya ke toko bunga. Kata cowok itu, dia tak bisa memilihkan bunga yang paling bagus untuk Kakaknya yang baru saja meninggal.

Karena Mutia kasihan, akhirnya dia mau. Toh sebentar, setelah itu langsung pulang.

"Warna putih, menurut gue yang paling bagus," ucap Mutia sembari mengamati bunga hidup yang berjejer rapi.

"Kasih gue alasan," sahut Galang tak berhenti mengamati wajah cantik gadis itu.

"Alasan? Maksud lo bunganya?" Mutia kemudian mengambil satu bunga yang ada di wadah besar. Mawar berwarna putih.

"Nyokap gue suka," sambungnya tersenyum dia memberikan bunganya kepada Galang.

Galang menerimanya sampai berdebar-debar. Saking gugupnya.

"Kata nyokap, makna mawar putih itu kesetiaan sama cinta abadi, Gal. Tapi sih, gue nggak percaya. Mana ada cinta sejati, nyokap gue juga nggak dicintai sama papa gue," ujarnya lalu memilih bunga lagi.

"Gue cinta," Galang tersentak saat Heaven tiba tiba ada dihadapannya.

"Kenap-" Mutia menonggak, ternyata sudah ada sosok mengerikan didepannya.

Seperti gejala penyakit jantung. Jantung gadis itu kini berdebar tak karuan, rasa gugup sekaligus takut menyatu sampai membuat rautnya pucat.

"Pilih, bayar, balik," tiga kata yang terucap dari cowok yang tengah menatapnya begitu menusuk.

"Gue yang ngajak dia kesini," ujar Galang berani. " Biar Mutia balik sama gue,"

"Lo siapa," tanya Heaven datar.

Tak mau berbuntut panjang Mutia segera mendekat kearah Heaven, tapi sebelum itu dia memilihkan Galang bunga mawar putih tadi. " Gal, yang ini aja. Bagus. Sorry, gue balik dulu ya,"

"Mutia, lo balik sama gu-"
Galang berusaha mencegah, sayangnya Mutia lebih dulu menggeleng. Memberi isyarat agar tidak menahannya.

Heaven meraih tangan Mutia lembut lalu ditariknya keluar dari dalam toko bunga. Cowok itu sekuat tenaga menahan emosinya yang hampir meledak, tidak lucu jika dia menghancurkan dagangan orang karena amarahnya.

"Naik," ucapnya Heaven dingin, tapi tetap memakaikan helm pada tunangannya.

Karena merasa bersalah Mutia mengangguk pelan, biasanya cewek itu keras kepala, harus drama dulu sebelum naik kendaraan, " bawa motornya pelan ya," ucapnya setelah duduk diatas motor.

"Nggak janji!"

Heaven

"Kak Heaven?" Mutia tercengang melihat wajah Heaven penuh luka memar dan lecet. Dia lalu mengikuti langkah Heaven menaiki anak tangga.

Dari tadi Mutia menunggu Heaven pulang sampai ketiduran sofa ruang keluarga, Heaven entah kemana, ponselnya juga tidak aktif. Cewek itu berniat menjelaskan sekaligus meminta maaf, mau bagaimanapun Mutia tetap salah.

"Kak," panggilnya terus mengikuti langkah besar cowok itu.

"Kak Heaven," Mutia ikut meringis ngilu saat darah mengalir dari lengan cowok itu. Karena tidak hati hati kakinya menginjak darah yang ada dia anak tangga.

"Awh," pekik Mutia hampir kepeleset, untung Heaven segera meraih dan menggendongnya menaiki tangga, padahal badannya babak belur berdarah darah, tapi demi Mutianya dia kuat.

"Lo bandel," ujar Heaven yang membawa cewek itu masuk kedalam kamarnya. Mumpung orang tua lagi keluar negeri.

"Kamu juga bandel," dumalnya lalu duduk diranjang cowok itu.

Heaven segera melepas kaosnya yang basah akibat darah yang mengalir dari luka dipundaknya.

"Astagfirullah Kak," Mutia kaget sampai keringat dingin.

"Ayo ke rumah sakit sekarang, lukanya parah banget Kak, ini dalam banget," tunjuk cewek itu panik bukan main, sayangnya tidak diharaukan Heaven.

"Kak Heaven!" pekik Mutia semakin panik, hanya dilirik oleh cowok itu.

"Ini nggak sebanding sama yang lo lakuin ke gue tadi siang," sindirnya lali membuka kotak P3K. Berniat mengambil kasa untuk sekadar menghentikan perdarahan.

"Iya Mutia salah, tapi harus ke RS sekarang!" tangisnya pecah. Saking takutnya melihat darah yang terus menetes kelantai.

"Duduk sini, nggak usah nangis," ucap nya lembut. Tak tega melihat Mutia menangis tersedu sedu.

"Nggak, harus kerumah sakit sekarang!" pinta Mutia memaksa.

Heaven mengangguk, " Iya. Ayo ikut," langsung meraih baju baru dan menggengam tangan Mutia yang begitu dingin.

Heaven

Mom is calling..

Heaven menyuruh Mutia mengangkat panggilan itu.

"Hallo Ma, ini Mutia," ucap Mutia pelan. Heaven menyuruhnya duduk disampingnya agar sama sama mendengarkan.

"Hallo sayang, kak Heaven mana?" tanya Elena sedikit khawatir.

Heaven menggeleng pelan, supaya tidak menceritakan keadaanya.

"Kak Heaven lagi..."

"Oma mau ngomong, Nak." ujar Elena terdengar terisak diseberang telpon.

"Oma Kak," lirih Mutia pada Heaven.

"Ya udah ngomong," balas Heaven lirih.

"Hallo Oma," sapa Mutia sopan.

"Hallo, ini Mutia ya..." terdengar suara monitor dari seberang sana. Memang Omanya sedang berada di ICU

"Iya Oma, cepat sembuhnya Oma," bola mata Mutia beradu saat Heaven juga menatapnya.

"Mungkin umur Oma nggak lama lagi, minta tolong ya Nak, Oma mau lihat cicitnya Oma sebelum Omanya pulang," pinta ibu dari Elena.

Mutia mendelik, sedangkan Heaven dengan tampang tanpa rasa bersalahnya.

"Gimana Nak, jadi kalian mau nikah kapan?"

Nikah? Oh my god...

"Minggu depan Oma," balas Heaven.

"Ka.."

Tut.. Panggilan itu terputus.

•Heaven•

Yang nanyain kapan Heaven nikah..

SPAM KOMEN

MUTIA HEAVEN

NIKAH PUNYA BABY CERAI

NIKAH PUNYA BABY HEAVEN MENINGGOI

NIKAH PUNYA BABY HAPPY ENDING

SPAM KOMEN YANG BANYAK AGAR HATIKU SENANG

TERIMAKSIH

5 September 2021
Ig @naravc09
@hheaven09

Heaven Higher Favian

Mutia Shavikha

Shaka Dirgantara

Ciko Herdian

Fetty peti mati

Arnold sultan

Continue Reading

You'll Also Like

35.8K 278 60
Kebanyakan yg udah tamat, jadi gak usah nunggu author nya up. Rekomendasi cerita yg pernah saya baca. Dari mulai teenfiction, fanfiction, young adult...
4.2M 337K 61
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alam...
30.6K 1.6K 49
(Lanjutan dari I Love You Ketua OSIS ya) Dalam kehidupan ini Anya berhasil melewati masa-masa yang sulit dalam hidupnya, dia kehilangan kedua orangtu...
16M 1.6M 72
Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Riri : My Childish Girl, Bucinable, Gala...