Dreamer [Park Jisung]

By hcnnieyeobo

35 6 0

"Jangan menyerah sekarang! Impianmu akan menjadi nyata, jika kau tidak berjalan hari ini, kau tidak akan bisa... More

1.1 -
1.3 -

1.2 -

10 2 0
By hcnnieyeobo

💚행복한 독서💚

.

.

Saat ini terdapat 2 orang perempuan duduk menghadap belakang mejanya, salah satunya sedang mencatat kembali apa yang telah dikatakan oleh guru, yang satunya lagi sedang menulis alat dan bahan yang diperlukan dalam laporan praktek kimia yang akan datang. Di samping kiri, Chenle baru saja mengambil gadgetnya lalu membuka google untuk mencari contoh laporan praktek kimia. 

Sedangkan si anak baru itu hanya diam melihat teman-temannya bekerja.

Tidak, bukan dia tidak mau membantu, masalahnya anak itu bingung harus melakukan apa, karena selama ini baru pertama kali kerja kelompok setelah 4 tahun lamanya. Terlebih lagi dia masih merasa canggung dengan mereka bertiga. Bahkan Jisung belum tau nama teman sebangku Allana itu.

Teman sebangku Allna menengok ke arah Jisung, yang ditatap hanya diam memperhatikan Chenle dengan bibir yang dimajukan sedikit.

"Hei Jisung." panggilnya. Yang dipanggil menoleh ke arahnya, alisnya terangkat seolah bertanya 'ada apa'. "Nih lanjutin cari tau apa aja alat dan bahan buat praktek kimia minggu depan." 

Jisung mengangguk dan mengambil alih kertas polio dari genggaman si perempuan berkacamata itu, ia membuka pulpennya dan mulai menyalakan gadgetnya lalu menambahkan nama-nama barang yang belum tersedia.

"Eh kita belum kenalan tau." Sahut perempuan yang sedang membenarkan posisi kacamatanya."Kenalin aku Deysha Namira, panggil aja Deys." 

Deys mengulurkan tangannya dengan kepala yang sedikit dimiringkan ke kanan dan sebuah senyuman cerah, Jisung membalas jabatan tangan Deys itu. "Salam kenal juga Deys." ketika hendak melepas jabatan tangan namun Deys mempererat jabatannya.

"Nanti kamu istirahat mau keliling sekolah?" tanya Deys penasaran.

"Iya bareng aku, kenapa?mau ikut juga?" balas Allana yang mendapat lirikan mata dari Deys.

"Maaf nih ya, saya tuh lagi nanya ke Jisung, bukan ke kamu." ucap Deys sembari menaikan bibir kirinya lalu beralih menghadap si anak baru itu lagi. 

"Jisung aku nanti bisa ikut keliling sekolah gaa?" Jisung memandang Allana ragu-ragu, menaikkan alis bertanya dengan bahasa tubuh yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala sebagai tanda dibolehkan. Jika dipikir-pikir berkeliling sekolah bersama Deys dan Allana akan lebih menyenangkan dan tidak canggung bukan dibanding jika hanya berdua dengan Allana?

"Boleh" jawabku.

"Yey, makasih jisung!!" ungkapnya dengan kegirangan.

Tidak lama dari itu bel istirahat berdering, menandakan jam pelajaran kimia telah habis. Sejak mereka mulai mempersiapkan laporan praktek kimia sebenarnya guru kimia sudah pergi lebih dahulu meninggalkan kelas. 

Hampir semua murid di kelas ini berhamburan keluar kelas. Ada yang pergi ke kantin, ada yang ke lapangan sekolah, ada juga yang ke perpustakaan, dan ada juga yang memakan bekal yang dibawanya dari rumah di dalam kelas.

"Jisung mau sekarang aja keliling sekolahnya?" tawar Allana sembari membenahkan alat tulis yang berceceran di atas meja. 

"Iya boleh." Jawab Jisung.

"Yaudah, ayo kita jalan-jalan!" Deys bangkit dari bangkunya, "Chenle kita tinggal dulu yaa!" Yang disebut namanya hanya berdehem dan lanjut fokus pada game PUBG di gadgetnya itu. Deys menarik lengan Allana menuju luar kelas. Jisung mengikuti dua perempuan itu dari belakang karena tak mungkin mereka bertiga berjalan dalam satu baris. 

Baru saja sampai di pintu kelas, datang seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Jisung, dia memakai luaran sweater abu dengan rambut yang sedikit berantakan namun tertutupi hoodienya itu. Kita sama-sama memakai kacamata namun sangat terlihat bedanya. Dia terlihat sangat-sangat mengagumkan dengan kacamatanya sedangkan aku terlihat culun dengan kacamataku. Padahal bentuk kacamata kita sama, sama-sama bulat. 

"Deys, kamu dipanggil sama bu Yeri. Disuruh ke perpustakaan buat ulangan susulan biologi sekarang juga." 

Deys diam sambil berpikir sebentar, dia sedang mencerna apa yang telah diucapkan laki-laki tadi. Seketika matanya membulat dengan mulut yang terbuka membentuk huruf o.

"Astaga!, aku lupa." Deys menepuk-nepuk jidatnya. "Kalian duluan aja deh, aku lupa kalau harus ulangan susulan Biologi." Deys kembali memasuki kelas dan keluar dengan cepat membawa alat tulisnya. 

"Aku duluan yaa. Dah kaliaann!!" Pamit Deys lalu berlari meninggalkan mereka bertiga.

"Good luck, hati-hati jalannya jangan lari-lari!" balas Allana dengan suara yang sedikit ditinggikan. 

Laki-laki berhoodie abu itu belum pergi, dia masih berada di depan kelas. Sedari tadi dia memperhatikan Jisung bergitu rinci dari ujung bawah atas, tatapannya mungkin lebih sedikit datar dibanding tatapan Allana saat pertama kali bertemu. Allana yang paham tatapan penasaran laki-laki itu langsung menjelaskannya.

"Dia Park Jisung, anak baru di kelas aku pengganti Lami." Ujar Allana kepada laki-laki berhoodie abu sambil melihat ke arah Jisung, "Dan ini si anak brandalan berkedok ketua osis, Hwang Hyunjin." 

Hyunjin tertawa kecil akan deskripsi dirinya dari Allana barusan. Allana juga tertawa, tapi ntah apa yang dia tertawakan, dia hanya ikut tertawa saat melihat Hyunjin tertawa. 

Sedangkan Jisung bingung sendiri, "Perasaan gaada yang lucu deh." batinnya.

"Halo, salam kenal." Aku mengulurkan tangan berniat menjabat tangan sebagai tanda perkenalan.

"Ahh anak baru yah, salam kenal juga deh." Tangannya membalas jabatan tanganku. 

"Kalian sekarang pada mau keliling sekolah nih? ikut doong, gabut nih hehe." Entah mengapa setelah mendengar kalimat Hyunjin membuat Jisung sedikit tidak ingin sang ketua OSIS itu ikut berkeliling sekolah bersama.

"Dih ogah banget keliling sekolah bareng kamu, Jisung ayo tinggalin dia ajalah." Allana langsung menarik lengan Jisung sebelum dia sempat mengucapkan selamat tinggal kepada Hyunjin.  

Allana membawa Jisung ke bagian luar gedung kelas. Dia menunjuk beberapa gedung sembari menyebut nama dan kegunaannya. Dimulai dari gedung olahraga indoor, lapangan sepakbola, parkiran, gedung perpustakaan, dan 3 gedung lainnya. Setiap gedung selalu di batasi dengan taman kecil yang di hiasi dengan bermacam bunga dan sepasang kursi panjang taman. Tepat di tengah area sekolah terdapat air mancur yang menjulang tinggi.

Dia menjelaskan tata letak sekolah dengan sangat detail. Disela perjalanan ketika mereka melihat guru atau petugas sekolah pun Allana memberi tahu namanya masing-masing.

Sekolah ini benar-benar luas. Terdapat banyak sekali taman kecil yang tertata rapih, pohon tumbuh di setiap pingir jalan namun jalanan tetap bersih, dan hampir semua bangunan di sekolah ini bernuansa eropa. Sangat keren bukan? 

Mereka sempat melewati kantin dan membeli beberapa cemilan. Jisung membeli susu rasa pisang dan Allana membeli yogurt rasa strawberry dengan satu potong sandwich. Mereka memutuskan untuk makan di tempat mereka pertama kali bertemu tadi pagi. Awalnya Jisung ingin menolak karena merasa takut di sana, tapi merasa sepertinya itu merupakan tempat favorit Allana, dan perempuan itu juga  sempat meyakinkan Jisung kalau disana itu tidak semenakutkan apa yang dibayangkan, jadi Jisung tidak enak untuk menolaknya.

Dan kini mereka berdua berakhir bersender pada pohon beringin tua itu sambil memakan yang dibeli tadi. Benar apa yang dikatakan Allana setelah beberapa saat duduk disana Jisung dapat merasa nyaman dan tenang, suasananya tidak terasa mencekam sedikitpun. Dari tempat itu juga mereka dapat melihat lapangan sepakbola yang ramai itu. 

"Gimana, sekolah kita bagus kan?." tanya perempuan itu setelah meneguk hampir setengah botol yogurtnya.

"Bagus, aku suka sekolahnya. Keliatannya luas banget, sedikit elegan dan bersih." 

"Kamu nanti harus coba masuk ke gedung perpustakaan, gila sih, bagus banget disana tuh." Ujar Allana dengan semangat.

"Kenapa kita ga kesana aja sekarang?"

"Mana boleh bawa makanan ke perpus Jisuung." yang disebut namanya menggaruk-garuk kepala belakang yang tidak terasa gatal. Ahiyaya, Jisung lupa kalau di perpustakaan ga boleh membawa makanan/minuman. Dia terkekeh sendiri dengan pertanyaannya.

"Kayanya kamu aga kaku ya orangnya?" tanya Allana sambil menyedot yogurtnya, pandangannya lurus menghadap lapangan. Tak kunjung dapat jawaban dari sang empu membuat Allana mengingat pertanyaan yang baru saja ditanyakannya itu. "Eh maksud aku bukan jel-"

"Iya paham ko, aku emang suka kaku kalau sama orang, apa lagi itu orang yang baru aku kenal." Jelasnya.

"Introvert ya berarti?" kali ini Allana bertanya sembari menoleh kearah Jisung, menunggu tebakannya itu benar atau salah. Jisung menganggukan kepala tanda menjawab pertanyaannya.

Hening beberapa saat, hanya terdengar suara siswa-siswa lain yang sedang bermain sepak bola di lapangan bawah. Perempuan yang berada di samping Jisung kini sedang menghabiskan minuman yogurt yang barusan di belinya, setelah itu dia tidak langsung membuang, dia memperhatikan lamat-lamat botol kemasan minuman itu. 

Perempuan itu masih fokus memperhatikan botol kemasan minuman yang transparan, kini keningnya mengerut, dia memutar-mutarkan botol minuman yang sudah kosong itu. 

"Kenapa?" tanya Jisung, anak itu penasaran apa yang Allana pikirkan sejak tadi.

Gadis itu memutar kepalanya kearah Jisung.

"Nggaa.. aku cuma mikir aja, kenapa benda botol ini diberi nama botol? kenapa ga kertas aja? siapa yang pertama kali kasih nama benda ini? apa namanya botol di ambil dari nama si penemu botol?" lanjutnya "contohnya aja kaya satuan gaya yang diberi nama newton karena penemunya bernama newton"

Jisung diam sambil ikut menatap botol susu miliknya yang masih tersisa setengah. 

"Hei, gausah dipikirin, tadi aku cuma ngoceh doang." dia terkekeh menatap Jisung yang ikutan menatap lekat-lekat botol susu miliknya.

"Ngga ko, kirain cuma aku doang yang mikir hal ga penting kaya gitu. Eh ternyata kamu juga punya pikiran yang kaya gitu." Jawab jisung yang langsung mendapat tatapan kaget dari Allana.

"Wah, baru nemu orang yang mikir hal kaya gitu juga di sekolah ini." ucapnya sambil menatap Jisung dengan pupil yang sedikit membesar.

"Iya aku juga kadang mikir gini, kenapa kata 'aku' itu artinya harus 'aku', kenapa artinya itu ga 'kamu' aja. Siapa yang pertama kali nemuin bahasa itu." Jelas Jisung yang langsung di balas anggukan dari Allana.

Kriingg!!!

Suara bel memekik telinga, suaranya sangat berisik. Seketika Jisung tersadar jika waktu istirahatnya sangat sebentar. Perempuan yang tadi ingin membalasa ucapan Jisung itu langsung berdiri sembari memasukan sandwichnya kedalam mulut dalam satu kali suap. Dia membersihkan rok belakangnya akibat duduk di rerumputan. Pipi tirusnya seketika berubah menjadi bulat.

"Awoo ke keas seaarang uga." gadis itu berbicara dengan mulut yang penuh sandwich, Jisung yang melihatnya tidak kuat untuk tidak menahan tawa, lucu sekali mukanya. Allana yang melihat Jisung tertawa langsung melemparkan tatapan datarnya.

Jisung yang merasa terintimidasi langsung menghabiskan susu rasa pisang itu dan menghancurkan botol susu tadi lalu berdiri menuju ke tong sampah dekat bangku taman. 

"Ayo Jisung, sekarang waktunya pelajaran fisika. Aku gamau ketinggalan kelas." Setelah menyelesaikan kalimatnya perempuan itu berjalan duluan meninggalkan Jisung yang sedang membuang sampah

Jisung berlari kecil dengan maksud menyusul Allana yang jalannya entah mengapa menjadi sangat cepat. Padahal dia memiliki kaki yang pendek tapi mengapa jalannya cepat sekali. Sampai akhirnya ada seseorang menambrakku.

"Ck, minggir"

###

Allana POV

Untung saja saat sampai di kelas pak Chen belum datang. Bagaimana dengan Jisung? biarkanlah, dia pasti tau jalan menuju kelas. Yang perlu aku lakukan sekarang hanya bersiap-siap menyambut pak Chen dengan buku fisika yang sudah siap di atas meja. 

Yap benar begitu.

Kemudian Aku berjalan menuju bangku milikku, mengeluarkan buku paket dan buku catatan fisika dari tas kuning yang sudah menemaniku sejak kelas 10, lalu aku menata kembali bagian mejaku dan meja Deys.

Aku harus bersabar sebangku dengan Deys yang sangat payah dalam menjaga atau pun menata barang-barang miliknya. Dia sering kehilangan alat tulis, sudah berapa kali kubilang kepadanya  setelah memakai barang-barangnya untuk langsung di simpan di tempat pensil dan memberi nama di setiap alat tulisnya agar kalau hilang lebih mudah ditemukan, dia hanya mengiyakan tanpa melakukannya. 

Huft, sangat sebal untuk memaklumi sifatnya itu. Tapi bagaimana pun juga aku harus menerima sifat dia seburuk apapun itu. Aku juga sadar, aku tidak sebaik yang orang-orang kira, dan pasti Deys juga memaklumi sifat terburukku sekalipun.

Pak Chen mulai memasuki kelas, namun kedua orang itu belum memunculkan batang hidungnya. 

Mungkinkah Deys masih mengerjakan soal? Tapi soal ulangan biologi tak memerlukan waktu banyak untuk mengisinya. Dan sekarang Jisung dimana?! tidak mungkin kan dia tersesat, tadi aku sudah menjelaskannya dengan detail mengenai tata letak sekolah ini. Mereka pada kemana dulu siihh?

Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di dalam benakku.

Sampai dia kena hukuman dari pak Chen akibat terlambat masuk kelas aku akan bersikap bodo amat terhadapnya. Liat saja nanti.

Tapi bagaimana pun juga dia dari awalnya bersamaku, pasti kalau dia kenapa-kenapa yang disalahinnya aku kan? Arghh, mau ga peduli tapi kasian juga kalau dia beneran kesasar. 

"Semuanya perlihatkan tugas fisika yang bapa beri pada pertemuan minggu kemarin di atas meja masing-masing." Aku yang sedari tadi sudah menyiapkan buku paket maupun buku catatan hanya menatap pintu dengan sedikit gelisah tanpa memperhatikan pak Chen.

Terus berharap jika sebentar lagi Jisung datang ke kelas, namun sampai pak Chen mengelilingi bangku batang hidungnya pun masih belum terlihat. Aku mengusak rambutku pelan sembari mendecih, ya tuhan kuharap Jisung cepat kembali.

"Allana, Jisung sama Deys mana?" bisik Chenle dari belakang.

Aku menghembuskan nafas dan sedikit memutarkan badan. "Aku juga gatau, padahal tadi dia bareng sama aku kok." 

"Lah kok bisa? masa dia kesasar- "

"Allana."

Kalimat Chenle terputus ketika pak Chen menyebutkan namaku. Aku yang sadar langsung menatap pak Chen dengan tatapan penuh akan tanya.

"Silahkan tulis hasil jawaban tugas minggu kemarin yang bagian essai no 3 di depan."

"Eh, saya pak?" 

"Iyalah siapa lagi." Ucap pak Chen sambil merebahkan dirinya di kursi guru.

"Sial"  batinku.

Aku harus menulis hasil jawaban yang bahkan aku sendiri ragu jawaban milikku ini benar atau salah, ya memang teman-temanku memandang aku sebagai siswa paling pintar di kelas ini, bahkan seisi sekolah ini mungkin. Tapi perlu aku tekankan, aku merasa bodoh di saat pelajaran fisika. Karena sejujurnya aku bahkan tidak terlalu mengerti materi yang minggu kemarin sempat dijelaskan.

Yang bisa kulakukan hanya pasrah, aku berdiri dari bangku milikku lalu mengambil buku tulis dan menghampiri meja pak Chen untuk mengambil spidol. 

Saat hampir 1/3 jawaban milikku tertulis di papan tulis berwarna putih itu terdengar suara ketukan pintu kelas yang sangat kencang, membuatku refleks menoleh kearah datangnya suara tadi. Biar kutebak, pasti yang berada diluar pintu kelas adalah Deys. Siapa lagi yang berani mengetuk pintu kelas dengan keras saat kegiatan belajar berlangsung, ditambah gurunya sudah berada di kelas.

Ketika si sang ketua kelas berdiri dari kursinya untuk membuka pintu. Aku yang jaraknya lebih dekat dengan pintu menghentikan langkahnya.

"Gapapa, biar sama aku aja."

Sang ketua kelas kembali duduk. Aku menutup spidol biru itu dan mulai berjalan menuju pintu kelas hendak membukakan pintu. Ketika ku buka pintu aku mendapatkan 2 orang yang kupikirkan sedari tadi kini .

To Be Continue^^



Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 34.6K 60
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that. -Completed-
1.4M 32.2K 60
In which Daniel Ricciardo accidentally adds a stranger into his F1 group chat instead of Carlos Sainz.
209K 5.6K 69
Zero already has a boyfriend that she loves but finds out that he is cheating but she tries to work it out and stay with him. But then she goes to th...
1.9M 83.6K 127
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC