We Best Love - No.1 For You (...

By FunzeeShu

21.9K 676 308

Judul : We Best Love - No.1 For You Tipe : Retelling Genre : Boyslove Sumber : Berdasarkan serial yang tayang... More

šŸ’œ Catatan Penulis : šŸ’œ
Chapter 1 - Part 1
Chapter 1 - Part 2
Chapter 2 - Part 1
Chapter 2 - Part 2
Chapter 2 - Part 3
Chapter 3 - Part 1
Chapter 3 - Part 2
Chapter 3 - Part 3
Chapter 4 - Part 1
Chapter 4 - Part 2
Chapter 5 - Part 1
Chapter 5 - Part 2
Chapter 5 - Part 3
Chapter 6 - Part 1
Chapter 6 - Part 2
Chapter 6 - Part 3
Chapter 6 -Part 4
šŸŒŠ Extra Chapter šŸŒŠ
šŸŒŠ Catatan Tambahan šŸŒŠ

Chapter 4 - Part 3

707 38 21
By FunzeeShu

Lesson 4 - The Hidden Secret

~ Part 3 ~

🌊🌊🌊

Penerjemah/penulis :
Funzee Shu

Proofreader :
TheodoraMel
UeeMs94

🌊🌊🌊

Keesokan harinya, Fang Zheng Wen menemukan Zhou Shu Yi tengah duduk melamun di dalam kelas. Tumben sekali temannya itu sudah berada di kelas pagi-pagi begini.

Fang Zheng Wen berjalan mendekati Zhou Shu Yi lalu menyapa sahabatnya itu, "Tumben sekali kamu sudah berada di kelas sepagi ini. Ini hal yang sangat langka!" lanjutnya, lalu duduk di bangku sebelah Zhou Shu Yi.

"Eh, kemarin itu kamu benar-benar keterlaluan, deh." salah satu teman sekelas Zhou Shu Yi yang duduk di depannya yang semalam juga ikut menjadi panitia pada permainan 'rumah hantu' ikut menimpali. "Bisa-bisanya kamu mengatakan kalau permainannya membosankan dan pergi meninggalkan lokasi begitu saja."

"Iya nih!" timpal Fang Zheng Wen. "Kemarin malam kami sudah bersusah-payah mencari cara untuk membuatmu ketakutan. Tapi kami bahkan tidak melihatmu sama sekali."

Zhou Shu Yi tidak menanggapi apa yang dikeluhkan kedua temannya itu dan tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Eh, apa kamu punya catatan pelajaran dari kelas kemarin? Berikan padaku," pinta Fang Zheng Wen sambil menjulurkan tangannya ke arah teman di depannya.

"Tentu saja tidak. Aku bahkan tidak membawa buku kemarin."

"Kamu ini bagaimana sih! Payah!" balas Fang Zheng Wen kesal.

Sementara itu, Zhou Shu Yi tampak tidak menghiraukan kedua teman di sampingnya.

"Eh, apa kamu punya catatan dari kelas kemarin? Berikan padaku," Fang Zheng Wen langsung mengambil buku catatan milik Zhou Shu Yi yang ada di atas meja.

"Catatan apa?" seolah baru saja tersadar dari lamunannya, Zhou Shu Yi balik bertanya pada Fang Zheng Wen.

"Catatan yang diberikan oleh profesor kemarin itu, loh, yang akan keluar pada ujian nanti," jawab Fang Zheng Wen sembari membolak-balik buku catatan milik Zhou Shu Yi.

Zhou Shu Yi tampak kembali tenggelam dalam pikirannya, tak menanggapi perkataan Fang Zheng Wen di sebelahnya.

"Bisakah kamu menanyakan pada Yu Xin...apakah akan ada 'pesta kencan'* dalam waktu dekat ini?"

*) 聯誼 [Liányì] - lit. Persahabatan - adalah sejenis 'dating party' yang biasa dikenal di kalangan anak muda di Jepang, Hongkong dan Taiwan.

Liányì bisa dikatakan sebagai ajang atau 'pesta' tempat berkumpulnya para mahasiswa untuk bertemu teman baru, terutama lawan jenis. Biasanya kegiatan yang dilakukan meliputi acara makan bersama, melakukan 'pendekatan' dan bertukar kontak pribadi dengan siswa dari sekolah lain, terutama bagi sekolah-sekolah khusus yang hanya memiliki murid pria atau wanita saja.


Fang Zheng Wen berhenti membalik-balik halaman buku di hadapannya lalu menatap Zhou Shu Yi sambil mengerutkan kedua alisnya, "Kamu ingin mencari pacar?"

"Tentu saja," jawab Zhou Shu Yi cepat. "Coba kalian kenalkan beberapa gadis untukku."

Fang Zheng Wen tampak makin terkejut dengan permintaan Zhou Shu Yi itu, "Apa yang membuatmu tiba-tiba berubah pikiran?"

Zhou Shu Yi lantas menatap temannya itu dengan wajah kesal, "Siapa suruh kalian berdua pamer kemesraan di hadapanku setiap hari!"

"Aku akan balas dendam pada kalian berdua!" lanjutnya.

"Dasar gila!" Fang Zheng Wen tertawa mendengar alasan konyol sahabatnya itu.

"Aku mohon...," Zhou Shu Yi lalu menangkupkan kedua tangannya di hadapan wajahnya sembari membuat mimik memohon yang menggemaskan.

"Baiklah...baiklah...Aku akan bicara pada Yu Xin," balas Fang Zheng Wen tak tahan melihat sikap sok imut Zhou Shu Yi yang tengah memohon padanya.

Zhou Shu Yi tersenyum sejenak lalu kembali tampak larut dalam pikirannya. Senyum itu kini tak tampak lagi di wajahnya.

Malam itu Zhou Shu Yi tampak mondar-mandir di dalam apartement-nya. Sebentar-sebentar tatapannya mengarah pada layar ponsel dalam genggamannya. Setelah berada dalam kegelisahan beberapa saat, akhirnya Zhou Shu Yi memutuskan untuk menghubungi nomor ponsel pemberian Jiang Yu Xin yang ada di kontaknya.

"Halo? Aku Zhou Shu Yi. Apakah besok kamu mau pergi makan denganku?" tanyanya pada gadis di ujung telepon yang menjawab panggilannya.

~~~

Zhou Shu Yi mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Sudah sekitar 15 menit dirinya duduk di café ini, menunggu gadis yang akan kencan dengannya hari ini. Sesekali tatapannya mengarah ke pintu café setiap kali bel di pintu itu berdenting yang menandakan ada pengunjung datang memasuki café itu.

Letak café itu tidak jauh dari area kampus, karena gadis yang dikenalkan Jiang Yu Xin padanya kebetulan tinggal di salah satu asrama pelajar yang tak jauh dari lokasi kampus.

Karena banyak pelajar yang tinggal di area asrama di dekat-dekat situ, banyak cafe-café yang cukup nyaman dengan harga terjangkau yang buka di seputaran kampus ini. Termasuk café tempat Zhou Shu Yi menunggu teman kencannya hari ini.

Entah kenapa, perasaan Zhou Shu Yi jadi tak menentu sejak dirinya memutuskan untuk mengajak keluar gadis yang dikenalkan temannya itu. Ya, faktanya memang dirinya belum pernah berkencan sebelumnya karena selama ini yang dia inginkan adalah Jiang Yu Xin. Yang ada dipikirannya pun hanya teman sepermainannya itu. Zhou Shu Yi bahkan sudah membayangkan masa depan dan hari-hari yang akan dilaluinya bersama Jiang Yu Xin. Menyatakan cinta, berkencan lalu menikah.

Tapi impiannya itu kini sirna sudah, karena gadis yang selama ini dia cintai secara diam-diam justru mencintai sahabatnya yang lain. Dan yang lebih menyakitkan lagi, kini kedua teman sepermainannya sejak kecil itu sedang berpacaran, meninggalkan dirinya yang merana meratapi kisah cinta bertepuk sebelah tangannya yang kandas bahkan sebelum dimulai. Sungguh menyedihkan...

Bel pada pintu masuk itu kembali berdenting. Seorang gadis manis dengan tubuh ramping memasuki café lalu menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan yang tak terlalu besar namun nyaman itu. Gadis itu lantas melambaikan tangannya sambil tersenyum manis ke arah Zhou Shu Yi yang membalas lambaian tangannya disertai anggukan kepala dan senyuman yang dia usahakan tampak semenarik mungkin.

"Sudah lama menunggu?" tanya gadis manis berambut panjang itu ramah.

"Belum," jawab Zhou Shu Yi singkat.

Zhou Shu Yi mengamati gadis di hadapannya itu secara cermat. Wajahnya berbentuk oval dengan pipi tirus serta hidung yang lumayan mancung. Make up tipis yang menghias wajahnya membuat kulit wajahnya yang putih jadi tampak natural dan bersemu kemerahan. Kemungkinan besar karena dia baru saja berlari-lari kecil karena tergesa-gesa untuk bertemu dengannya di sini. Rok terusan berwarna ungu pudar dengan sentuhan motif bunga-bunga kecil semakin mempermanis tampilannya.

"Silahkan, pesan apa saja yang kamu mau. Aku yang traktir." Zhou Shu Yi mencoba tampak tenang dan tersenyum seramah mungkin. Bukankah kesan pertama itu penting ketika berkencan? Dan Zhou Shu Yi ingin kencan pertamanya ini berjalan sempurna, meski sebenarnya dirinya merasa panik, cemas dan gugup disaat bersamaan. Tapi, mungkin inilah langkah terbaik yang bisa diambilnya saat ini demi menghindari Gao Shi De.

Shi De....

Dulu, setiap kali nama itu terdengar olehnya, emosinya akan langsung naik dan membuatnya kesal. Tapi entah kenapa ketika nama itu melintas di pikirannya kini, yang Zhou Shu Yi rasakan adalah....

Zhou Shu Yi buru-buru menepis pikiran itu dari benaknya dan mengingatkan dirinya sendiri kalau saat ini dia sedang berkencan, dan kini gadis yang berada di hadapannya itu tengah membutuhkan perhatian penuh darinya, bukan?

Persetan dengan Gao Shi De!

"Baiklah...," gadis di hadapannya itu tersenyum manis padanya, lalu mulai memilih-milih makanan yang tertera dalam daftar menu.

Tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Zhou Shu Yi mengeluarkan ponsel itu dari saku dan melihat ada notifikasi pesan masuk dari Gao Shi De.

"Bisa-bisanya dia mengirim pesan di saat-saat seperti ini." Zhou Shu Yi membuka pesan dari Gao Shi De itu dan membacanya secara diam-diam ketika teman kencannya sedang asyik dengan daftar menu di tangannya.

[Kamu dimana?
Bukannya kita janji mau makan malam bersama hari ini?
Apa kamu lupa?]

Tulis pesan yang dikirimkan Gao Shi De pada dirinya.

"Apa ada masalah?" tanya gadis di hadapannya ketika melihat Zhou Shu Yi yang tampak terdiam dengan alis berkerut.

Tersadar dirinya tengah diperhatikan gadis di hadapannya, Zhou Shu Yi lantas buru-buru mengunci ponselnya lalu memasukkannya kembali ke saku celananya. "Tidak ada apa-apa," jawab Zhou Shu Yi, "Mau makan apa?" tanyanya ramah.

~~~

Di perpustakaan, tampak Gao Shi De masih menatap layar ponselnya, menantikan Zhou Shu Yi yang tak kunjung membalas pesannya dengan penuh tanya. Jelas-jelas Zhou Shu Yi telah membaca pesannya.

Ada apa?

Perasaan Gao Shi De tiba-tiba menjadi tidak enak. Instingnya mengatakan kalau ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Zhou Shu Yi. Sebenarnya, Gao Shi De sudah merasa kalau sikap Zhou Shu Yi padanya agak sedikit berubah beberapa hari ini, tak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Pria itu seolah sengaja menghindarinya. Tapi kenapa?

Gao Shi De menengadahkan kepalanya dan menatap langit-langit gedung perpustakaan yang menjulang tinggi. Segala dugaan berkecamuk dalam benaknya. Lalu mulai memijit pelan keningnya yang tiba-tiba terasa berat. Gao Shi De memejamkan matanya sejenak dan ketika dirinya membuka matanya, Gao Shi De menangkap sosok Fang Zheng Wen dan Jiang Yu Xin yang tengah melintas tak jauh darinya.

Gao Shi De bergegas berdiri dan menghampiri keduanya, "A-apa kalian tahu di mana Shu Yi? " tanyanya gugup.

Gao Shi De memicingkan mata penuh tanya ketika melihat kedua sahabat Zhou Shu Yi itu tak langsung menjawab pertanyaannya tapi justru malah saling tatap dan tampak serba-salah.

"Ada apa?" tanyanya lagi kali ini dengan tatapan serius. Gao Shi De merasakan alaram tanda bahaya berbunyi keras di kepalanya.

"Shu Yi....dia...."

~~~

"...lalu aku memutuskan untuk mulai belajar berenang. Karena kalian semua tampak hebat dan keren ketika berenang. Aku juga mengambil beberapa foto diriku ketika berenang di laut...," gadis di hadapannya itu tengah asyik bercerita tentang dirinya dan aktivitasnya sehari-hari, namun pikiran Zhou Shu Yi justru melayang entah kemana.

Pikirannya baru kembali fokus ketika gadis itu menunjukan layar ponselnya yang menunjukkan foto dirinya tengah berada di pantai. "Lihatlah."

Zhou Shu Yi melihat foto itu sekilas lalu tersenyum kikuk, tak tahu harus berkata apa. Sesaat kemudian pikirannya kembali melayang.

"Atau...bagaimana kalau kita pergi dan menonton pertandingan baseball? Biasanya kalau aku ada waktu luang, aku pergi menonton pertandingan baseball dan ikut menyoraki pemainnya."

"Oh, iya. Berenang...berenang sepertinya boleh juga." Zhou Shu Yi tiba-tiba menanggapi meski apa yang dikatakannya agak tidak nyambung. Dirinya seolah-olah tersadar dari lamunannya sesaat.

Gadis di hadapannya tampak agak kesal karena Zhou Shu Yi kedapatan terlihat kurang fokus pada obrolan mereka. Tapi dia berusaha untuk tidak terlalu mengindahkannya dan berusaha membangun topik obrolan lain dan berharap kali ini Zhou Shu Yi akan lebih memperhatikannya.

Gadis itu tampak kikuk sejenak sebelum akhirnya berusaha melempar topik baru, "Atau....mungkin kita bisa mencoba bermain bowling...."

Sementara Zhou Shu Yi kembali tampak tengah larut dalam pikirannya sendiri.

~~~

"Shu Yi bilang....kalau dia ingin punya....pacar?" ulang Gao Shi De dengan suara pelan.

"Beberapa hari yang lalu, Shu Yi tiba-tiba bilang padaku kalau dia ingin punya pacar." Fang Zheng Wen menjelaskan pada Gao Shi De dengan perasaan serba salah.

"Dan kebetulan aku kenal salah satu junior yang sudah lama menyukai Shu Yi. Jadi aku kenalkan dia pada Shu Yi," Jiang Yu Xin menimpali.

Gao Shi De mendadak merasa sulit bernafas ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Fang Zheng Wen dan Jiang Yu Xin barusan. Dadanya terasa sesak, otaknya mendadak kosong, pandangannya pun serasa kabur seketika. Untuk sesaat Gao Shi De hanya bisa terdiam, tatapan kosongnya terus menatap titik tak nyata di hadapannya.

"Jadi...," suara Jiang Yu Xin terdengar penuh simpati, "....uhm, kamu dan Shu Yi terlihat sangat dekat belakangan ini..." Jiang Yu Xin sengaja menahan kalimatnya sejenak, "Apa kalian berteman baik?" lanjut Jiang Yu Xin dengan tatapan penuh selidik. Karena walau bagaimanapun, berdasarkan instingnya yang kuat, Jiang Yu Xin yakin kalau hubungan di antara Gao Shi De dan sahabatnya itu lebih dari sekedar teman biasa. Dan melihat bagaimana reaksi Gao Shi De saat ini ketika mendengar Zhou Shu Yi yang sekarang sedang berkencan dengan seorang gadis, semakin memperkuat dugaannya. Kalau hubungan keduanya tidaklah sesederhana itu.

"Teman baik?" Gao Shi De tampak tersadar dari lamunannya. "Oh, ya...benar...." Gao Shi De berusaha menahan emosinya, "....teman," lalu tersenyum kecut.

Teman....

Ada perasaan sakit yang menghimpit dadanya ketika kata 'teman' itu terucap dari bibirnya.

"Kami berteman baik," tegasnya lalu meraih minuman kaleng yang ada di hadapannya, kemudian meneguknya hanya sekedar untuk mengalihkan pikirannya yang sedang kalut. Gao Shi De merasa perlu melakukan sesuatu untuk mencegah air mata yang sedari tadi coba ditahannya agar tidak menetes. Meski jauh di dalam sana, dirinya yang lain tengah menangis pilu di sudut hatinya yang terdalam.

Gao Shi De hanya berharap kedua teman baik Zhou Shu Yi itu tidak melihat kaleng minuman ringan di tangannya bergetar karena menahan luapan emosi yang berusaha ditahannya hingga membuat jari-jarinya gemetar.

Inikah akhir dari segala usahanya selama ini?

~~~

Hidangan utama yang mereka pesan akhirnya tiba juga. Seporsi udang rebus serta sayap ayam yang dibalut dengan cincangan daging ayam dan udang. Semuanya tampak menggiurkan.

"Aku sangat suka udang," ujar gadis itu kembali mencoba membuka percakapan, "Bagaimana denganmu? Apa kak Shu Yi suka udang?"

"Suka," jawab Zhou Shu Yi singkat disertai senyuman palsu. Lalu mengambil sepotong sayap ayam dengan sumpit kemudian menyantapnya. Membiarkan gadis yang berada di depannya kembali merasa terkejut dan kecewa karena sebagai seorang pria sudah selayaknya Zhou Shu Yi bersikap gentleman dengan mendahulukan teman wanitanya mengambil makanan lebih dulu atau diambilkan olehnya. Sia-sia gadis itu mengharapkan Zhou Shu Yi akan mengupaskan udang untuknya, karena Zhou Shu Yi justru tampak tengah menikmati sayap ayamnya tanpa memperdulikan gadis yang berada di hadapannya.

Gadis itu lalu mengambil udang, mengupasnya kemudian menjepit udang itu dengan sumpitnya dan menyodorkannya ke arah Zhou Shu Yi.

Sebenarnya Zhou Shu Yi merasa sedikit enggan, namun akhirnya ia memutuskan untuk menerimanya dan bersiap membuka mulutnya menerima udang tersebut. Namun tiba-tiba sosok gadis yang tengah menjulurkan udang dengan sumpit itu perlahan berubah menjadi sosok yang sedari tadi telah mengganggu pikirannya. Ya, Gao Shi De!

Bayangan 'Gao Shi De' yang kini menjelma di hadapannya tampak tengah tersenyum manis padanya sambil berkata, "Makanlah!"

"Kenapa aku malah memikirkan dia!" mata Zhou Shu Yi melebar seketika. Selera makannya kini benar-benar lenyap sudah!

Sial!!!!


Setelah membayar, Zhou Shu Yi pun beranjak keluar dari café itu yang diikuti oleh gadis teman kencannya.

Keduanya berjalan berdampingan menyusuri area pejalan kaki yang terdapat di sepanjang ruas jalan menuju area kampus.

"Kak Shu Yi, bagaimana makanannya tadi?" gadis itu mencoba memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Karena Zhou Shu Yi hanya diam membisu dan seolah larut dalam pikirannya sendiri semenjak mereka meninggalkan café.

"Apa besok kakak ada waktu? Bagaimana kalau besok kita pergi nonton film?"

Zhou Shu Yi masih saja berjalan dalam diam.

"Makanannya enak," jawab Zhou Shu Yi tiba-tiba meski reaksinya agak terlambat.

Awalnya gadis itu tampak senang karena seniornya itu akhirnya menanggapi pertanyaannya, namun kemudian wajahnya tampak bingung karena jawaban Zhou Shu Yi ternyata bukan untuk pertanyaannya yang terakhir tetapi justru untuk pertanyaannya yang sebelumnya.

"Ah, iya aku rasa makanannya juga enak," timpalnya dengan senyum yang tampak dipaksakan.

"Apa kak Shu Yi suka makanan Korea? Aku tahu salah satu restoran Korea yang cukup enak. Mungkin kita bisa mencobanya besok."

"Besok aku ada urusan," jawab Zhou Shu Yi datar. "Kemungkinan tidak bisa pergi," lanjutnya masih dengan tatapan kosong ke depan.

Sepanjang bercakap-cakap dari café hingga area kampus, tak sekalipun Zhou Shu Yi menatap ke arah gadis yang berbicara di sampingnya itu. Tatapannya tetap di arahkan lurus ke depan dengan ekspresi wajah datar.

Sia-sia saja gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menarik perhatian Zhou Shu Yi, karena pada akhirnya sikap seniornya itu tetap tidak berubah. Diam, sedikit bicara dan seolah tak menganggapnya ada.

"Kenapa tidak ada reaksi begini?" gumam gadis itu yang kini mulai merasa kesal dan kehilangan kepercayaan diri. "Apa usahaku kurang gigih dalam mendekatinya? Kurang agresif?"

Gadis itu sudah cukup lama menyukai Zhou Shu Yi, dan ketika tiba-tiba saja salah satu seniornya yang adalah teman baik Zhou Shu Yi mengatakan padanya bahwa seniornya itu tengah mencari teman kencan, tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, bukan? Kapan lagi dia bisa berkesempatan mendekati senior-nya yang banyak digilai para gadis itu secara langsung. Lewat 'jalur khusus' pula.

Oleh karena itu dia bertekad untuk memenangkan hati Zhou Shu Yi dalam kencan pertama mereka ini. Meski itu berarti dirinya harus agak sedikit 'agresif'.

"Hei, Zhou Shu Yi!" panggilan keras gadis itu cukup membuat Zhou Shu Yi tersadar dari lamunannya. Lalu berbalik ke arah gadis yang tengah berlari-lari kecil ke arahnya itu.

"Apa kamu*) kurang enak badan?" tanya gadis itu setelah berhenti di hadapannya.

*) T/N : disini ada perubahan pemakaian panggilan yang awalnya 'Kak Shu Yi' (aslinya term yang dipakai adalah 前辈 [Qiánbèi] atau senior) 'menjadi 'kamu' (你 [Nǐ] atau you) karena kekesalan memuncak yang dirasakan gadis itu.

"Seharian ini kamu kelihatannya tidak fokus sama sekali," raut wajah gadis itu tampak kesal namun juga khawatir karena mengira fokus Zhou Shu Yi yang kerap terpecah mungkin saja dikarenakan seniornya itu yang kurang enak badan.

Zhou Shu Yi terlihat agak menyesal karena telah mengacaukan acara kencan gadis itu dengannya karena dirinya yang acap kali hilang fokus akibat pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Zhou Shu Yi memberanikan diri menatap wajah gadis itu dan bersiap hendak meminta maaf, namun entah kenapa wajah di hadapannya itu kini kembali berubah menjadi wajah seseorang dengan sorot khawatir yang sangat dikenalnya.

"Kak...," gadis itu memanggilnya lagi, namun yang Zhou Shu Yi dengar adalah suara Gao Shi De yang memanggil namanya lembut penuh nada khawatir.

"Shu Yi...."

Bayangan Gao Shi De di hadapannya itu kini perlahan beranjak mendekatinya, lalu menutup kedua matanya sambil memajukan bibirnya seolah tengah menantikan ciuman darinya.

"AKU TIDAK MAU!" tolak Shu Yi dengan nada panik, lalu menarik mundur dirinya secara refleks.

Gadis di hadapannya kini tampak sudah benar-benar kesal dan kehilangan kesabarannya. Dengan wajah penuh amarah, gadis itu lantas menginjak ujung kaki kanan Zhou Shu Yi dengan sekuat tenaga.

"Ouch!" seru Zhou Shu Yi kesakitan.

"Sudahlah!" bentaknya kesal, "Kamu memang benar-benar tidak berniat berkencan denganku, 'kan?!"

"Ada apa lagi ini, heh?" Zhou Shu Yi yang masih meringis kesakitan tak tahu kenapa gadis di depannya itu tiba-tiba tampak begitu kesal.

"Aku masih ada kelas nanti. Terima kasih atas waktumu hari ini!" seru gadis itu penuh emosi lalu berbalik memasuki area kampus dan meninggalkan Zhou Shu Yi dalam keadaan meringis kesakitan.

Tiba-tiba Zhou Shu Yi merasakan seseorang menepuk bahu kanannya pelan. Spontan, Zhou Shu Yi menoleh untuk melihat siapa yang menepuk bahunya itu. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati kalau orang itu adalah Gao Shi De!

"Ah, halusinasi lagi?! Yang benar saja!" keluhnya mengira sosok Gao Shi De yang ada di sebelahnya itu merupakan perwujudan lain dari halusinasinya yang kerap muncul sepanjang hari ini.

Bayangan Gao Shi De di sampingnya itu hanya menatapnya dalam diam dengan sorot mata penuh tanya. Zhou Shu Yi lantas menjulurkan tangan kanannya meraba pipi kiri Gao Shi De dengan pelan kemudian mencubitnya keras. Bayangan Gao Shi De itu tampak meringis kesakitan, lalu berteriak, "Cukup!" sembari menepis tangan Zhou Shu Yi dan menjauhkan wajahnya.

"Astaga. Ini sungguhan?" Zhou Shu Yi yang tak menyangka kalau sosok Gao Shi De yang ada di hadapannya kali ini itu nyata dan bukan bagian dari halusinasinya. Zhou Shu Yi menarik tangannya dengan panik. Gerakan tiba-tiba itu membuatnya kehilangan keseimbangan dan tergelincir dari tepi trotoar yang dipijaknya, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Hei....hei...kamu kenapa?!" dengan sigap Gao Shi De meraih lengan Zhou Shu Yi dan menopang tubuhnya tepat waktu.

"Ini semua salahmu!" umpat Zhou Shu Yi kesal sambil berusaha melepaskan diri dari pegangan Gao Shi De meski dirinya masih limbung.

"Sekarang pergelangan kakiku juga terkilir! Ah!!" Zhou Shu Yi semakin kesal dan berusaha meronta lebih kuat lagi agar dirinya terlepas dari kungkungan lengan kokoh Gao Shi De yang memegang erat bahu dan pinggangnya.

Melihat Zhou Shu Yi yang tampak kesakitan, sudah cukup membuat Gao Shi De merasa panik. Tidak ingin orang yang begitu penting dalam hatinya itu kesakitan, Gao Shi De lantas mempererat pegangannya pada tubuh ramping itu.

"Aku akan membawamu ke klinik."

"Tidak usah!" sahut Zhou Shu Yi ketus. Meski wajahnya tampak kesakitan namun Zhou Shu Yi tetap bersikeras menolak bantuan Gao Shi De.

Rasa malu yang dirasakan sesaat yang lalu belum juga hilang, bagaimana mungkin dia menerima bantuan pria itu begitu saja? Lagi pula dirinya sekarang sedang berusaha menjauhi Gao Shi De, bukan?

Tapi kenapa Gao Shi De selalu ada dimanapun dia berada? Mengikutinya. Seperti hantu saja!

Gao Shi De menarik lengan kanan Zhou Shu Yi yang kini berada dalam cengkramannya.

"Haruskah aku menggendongmu di belakang* atau dengan kedua tanganku**? Pilih mana?!" ancamnya.

*) piggyback
**) bridal style
***) me 👉🏻 pingsan
ajalah 😅

Mendengar ancaman serius dari Gao Shi De, Zhou Shu Yi akhirnya berhenti meronta, "Pegangi saja aku," lanjutnya dengan nada kalah.

"Bertahanlah."

Gao Shi De melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Zhou Shu Yi sementara tangan satunya memegangi lengan Zhou Shu Yi yang melingkari lehernya, kemudian memindahkan sebagian beban tubuh Zhou Shu Yi ke dirinya dan memapah pria itu hingga ke klinik.

Sesampainya di klinik, Zhou Shu Yi kembali dibuat kesal dengan sikap Pei Shou Yi yang 'menyambutnya' dengan wajah angkuh dan senyum sinisnya itu.

"Dia itu bukan dokter," sungut Zhou Shu Yi kesal dari arah meja panjang di tengah ruang praktek. Kaki kanannya yang terkilir kini berada di atas kursi menunggu penanganan dari dokter sialan itu. Sementara Gao Shi De yang duduk di depannya tak berani menyela 'perdebatan' sengit antara sepupunya itu dengan Zhou Shu Yi.

"Baiklah," balas Pei Shou Yi tak kalah sengit.

"Lagi pula sekarang adalah waktu istirahatku. Salahmu sendiri kenapa jalan tidak hati-hati. Jadi urus saja sendiri!" lanjutnya disertai senyum sinis lalu bersiap meninggalkan ruangan.

Gao Shi De yang sudah tak tahan lagi dengan kelakuan keduanya bergegas menahan Pei Shou Yi, "Hei....hei, sebentar....katakan dulu dimana kamu menyimpan perbannya. Biar kukerjakan sendiri saja."

"Tapi perbannya habis. Aku baru mau mengambilnya."

"Apa di gudang belakang itu?" tanya Gao Shi De.

"Iya. Sana, ambillah."

Gao Shi De menoleh sekilas ke arah Zhou Shu Yi, lalu bergegas keluar menuju gudang.

Pei Shou Yi menoleh ke arah Zhou Shu Yi, lalu berjalan menghampirinya sambil menarik ujung lengan sweater-nya sampai sebatas siku dengan gaya mengintimidasi.

Alih-alih duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Gao Shi De, Pei Shou Yi justru dengan sengaja menarik kursi yang tengah dipakai menyangga kaki kanan Zhou Shu Yi dan menyeretnya pelan hingga membuat Zhou Shu Yi terpaksa menurunkan kakinya sambil meringis.

Pei Shou Yi menarik kursi itu memutari punggung Zhou Shu Yi hingga berhenti pada sisi kirinya sambil tak melepas tatapan angkuhnya dari Zhou Shu Yi sedikit pun. Kemudian membalik kursi itu hingga sandarannya menghadap ke arah Zhou Shu Yi lalu mendudukinya.

Pei Shou Yi mencondongkan tubuhnya ke arah Zhou Shu Yi, mendekatkan wajahnya, lalu memiringkannya sedikit ke kiri, menatap lekat-lekat pria di hadapannya itu dengan tatapan penuh selidik.

"Lihat apa?!" Zhou Shu Yi balas menatap orang di hadapannya dengan galak. Ditatap sedemikian rupa oleh Pei Shou Yi cukup membuat Zhou Shu Yi merasa jengah dan tak nyaman.

Pei Shou Yi tak menghiraukan tatapan galak Zhou Shu Yi, bahkan semakin berani mengamati wajah 'calon sepupunya' itu lekat-lekat. Sudut bibirnya sedikit terangkat, membuat seringai tipis yang biasa ada di wajah para psikopat ketika mengamati 'korbannya'. Untuk sesaat Zhou Shu Yi dapat merasakan bulu kuduknya meremang. "Sial! Mungkinkah dia ini benar-benar seorang psikopat?"

"Hmm....aku bisa tenang sekarang," gumam Pei Shou Yi setelah menatap Zhou Shu Yi beberapa saat.

"Huh?"

Pei Shou Yi tersenyum angkuh, "Dibandingkan kamu, aku jauh lebih menarik. Shi De tidak akan tertarik padamu."

"Apa maksudmu?"

"Apa kamu tidak tahu kalau pria juga bisa menyukai sesama pria?"

Pei Shou Yi mencolek ujung hidung Zhou Shu Yi dengan telunjuknya disertai senyuman yang lebih tampak seperti seringai di mata Zhou Shu Yi.

"Kamu menyukai Gao Shi De...."

"Dia akan jadi milikku!" Pei Shou Yi dengan cepat memotong kalimat Zhou Shu Yi.

"Shhhhh!" Pei Shou Yi mendekatkan jari telunjuknya ke bibir, "Ini rahasia."

"Bulan depan dia pasti akan jadi milikku," Pei Shou Yi menjulurkan tangan kanannya ke atas kepala Zhou Shu Yi, lalu menepuk-nepuknya pelan seolah sedang menepuk seekor anak anjing galak yang kini tengah melotot kesal kepadanya. "Doakan aku beruntung, oke."

"Enak saja!" dengan kesal Shu Yi menepis tangan Pei Shou Yi. Entah kenapa, mendengar dokter psikopat itu berkata seperti itu membuat amarah Zhou Shu Yi meledak.

"Siapa juga yang bilang mau menjaga rahasiamu?! Jadi lupakan saja!" Zhou Shu Yi merasakan darahnya mendidih karena kesal.

"Yang Gao Shi De sukai itu aku!!"

Mendengar perkataan yang terlontar dari bibir Zhou Shu Yi barusan membuat Pei Shou Yi tersentak. Lalu dengan gaya imut yang dibuat-buat, Pei Shou Yi menutup mulutnya yang ternganga itu dengan gerakan dramatis sambil melirik ke arah pintu.

"Tampaknya....rahasia yang kamu simpan selama ini sudah bukan rahasia lagi sekarang." Pei Shou Yi mengatakan itu sembari menatap seseorang yang kini tengah berdiri di pintu. Senyum puas penuh kemenangan menghiasi wajahnya yang kali ini benar-benar terlihat sungguh menyebalkan.

Zhou Shu Yi terdiam. Untuk sesaat tubuhnya serasa membeku. Karena perkataan Pei Shou Yi barusan tidak ditujukan pada dirinya, melainkan pada seseorang yang kini tengah berada di ambang pintu. Seseorang yang akhir-akhir ini telah membuat hati dan pikirannya kacau. Seseorang yang ingin Zhou Shu Yi hindari....namun tidak bisa....

Dan kini, dokter psikopat ini telah berhasil membuat dirinya terjebak dalam kondisi yang dilematis. Oh, sial, kamu ketahuan!

"Sialan!" batin Zhou Shu Yi kesal. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Zhou Shu Yi mencoba menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa sulit untuk ditelan, lalu memberanikan dirinya menoleh ke arah pintu.

Pandangan keduanya bertemu. Dan Zhou Shu Yi tak tahu harus bagaimana.

Untuk beberapa saat Gao Shi De hanya menatap Zhou Shu Yi dalam diam, kemudian menghela nafas berat, lalu mengalihkan pandangannya ke sudut meja di sebelah kirinya sebelum akhirnya berhenti pada Pei Shou Yi. Tampak jelas raut kesal di wajahnya melihat apa yang baru saja sepupunya itu lakukan. Tapi, memaki dan memarahi sepupunya itu saat ini pun dirasa percuma. Semuanya telah terungkap. Dan kini, saatnya untuk menghadapinya dan membereskan masalah yang ada.

"Pei Shou Yi."

Gao Shi De beranjak mendekati meja dimana Pei Shou Yi berada. Wajahnya terlihat datar tanpa emosi seperti beberapa saat sebelumnya yang terlihat tegang. Tapi Zhou Shu Yi tahu betul kalau saat ini suasana hati Gao Shi De sedang tidak baik dan kemungkinan besar akan menimbulkan situasi yang kurang baik bila keduanya sampai mendekat.

Khawatir keduanya akan beradu fisik, Zhou Shu Yi memutuskan untuk menghalangi agar Gao Shi De tidak mendekat. Sementara Pei Shou Yi menjawab "Ya?" dengan santai seolah dirinya tidak melakukan kejahatan apapun.

"Jangan!" dengan terpincang-pincang Zhou Shu Yi berusaha untuk berdiri dan menahan tubuh Gao Shi De agar tidak mendekati dokter psikopat sialan itu. Gao Shi De menatap Zhou Shu Yi dengan sorot bingung, sementara disaat bersamaan terdengar suara kursi bergeser dari belakang Zhou Shu Yi. Pei Shou Yi berdeham lalu beranjak mendekati Gao Shi De. Dengan sigap Zhou Shu Yi menjulurkan tangan kanannya ke dada Pei Shou Yi untuk menahannya agar tidak mendekat disertai tatapan tajam seolah ingin melempar pria di hadapannya itu hingga ke Mars.

Di tatap demikian, Pei Shou Yi justru senang, lalu mengangkat dagunya dengan angkuh dan balas menatap Zhou Shu Yi.

"Anjing kecil ini galak juga," batin Pei Shou Yi sambil menoleh ke arah Gao Shi De. Menghela nafas berat kemudian berjalan menghampirinya.

"Sebaiknya kamu bicarakan hal ini baik-baik dengan dia agar semuanya jelas," ujar Pei Shou Yi pelan. "Jangan sampai kamu menyesal. Oke?" lanjutnya dengan tatapan lembut penuh perhatian, lalu menepuk pelan kepala Gao Shi De sebelum pergi. Dan menyisakan Zhou Shu Yi yang melihat kejadian itu dengan penuh tanya.

Sepeninggal Pei Shou Yi, keduanya nampak saling tatap dengan canggung. Zhou Shu Yi memutuskan kembali duduk untuk menghindari suasana kikuk di antara mereka.

Sementara Gao Shi De masih berdiri, menatap kosong ke arah meja kerja Pei Should Yi. Sesaat kemudian ia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, mencoba menenangkan gejolak perasaan yang sedari tadi coba dia tahan dan memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah yang ditinggalkan sepupunya itu.

Gao Shi De menghela nafas berat beberapa kali, lalu meletakkan gulungan perban yang tadi diambilnya dari gudang di atas meja di depan Zhou Shu Yi. Kemudian beranjak ke arah pintu klinik, menutup pintu itu dan menguncinya, lalu berbalik ke arah Zhou Shu Yi yang kini tengah menatapnya.

Melihat Gao Shi De yang mendatanginya dengan wajah dingin dan serius tak urung membuat Shu Yi panik, ditambah lagi dengan pintu yang kini terkunci. Apa yang akan Gao Shi De lakukan padanya?

"Kamu mau apa?" Zhou Shu Yi mencoba berdiri, namun Gao Shi De menahan bahunya sehingga membuat Zhou Shu Yi kembali terduduk di kursinya.

Gao Shi De menatap Zhou Shu Yi lekat-lekat sebelum akhirnya menurunkan badannya perlahan-lahan dan berjongkok di hadapan Zhou Shu Yi....

💧💧💧


🗂 Catatan penulis :


"你說的幸運還是我的嗎?"

[Nǐ shuō de xìngyùn háishì wǒ de ma ma?]

Apa orang yang beruntung itu masih aku?

Paham 'kan ini pas adegan yang mana? 😉✌🏻

Oke, aku cuma mau bilang kalau aku udah setengah jalan dan hampir kelar baca novelnya.

Hmmm, meski sebagian besar jalan ceritanya nyaris sama percis dengan dramanya, tapi aku nemuin beberapa fakta menarik dari versi novelnya yang menurutku penting dan menjadi 'benang merah' yang menjelaskan bagian-bagian yang agak 'missing' ketika kita nonton versi dramanya. Seperti misalnya latar belakang kenapa ayah Gao Shi De meninggalkan anak & istrinya begitu saja, beberapa detail tambahan yang menguatkan kenapa Zhou Shu Yi begitu membenci Gao Shi De dan sebaliknya kenapa Gao Shi De begitu gigih 'mengejar' Zhou Shu Yi, dan 3 bonus chapter yang berisi info tambahan mengenai hubungannya DeYi kapel sebelum kepergian Gao Shi De ke Amerika, kisah antara Liu Bingwei dan Shi Zhe Yu, serta sekilas latar belakang tentang Pei Shou Yi yang jujur - sukses bikin aku mewek gak karuan pas tahu beberapa fakta memilukan tentang dia. Dan sekarang aku jadi paham kenapa dia bersikap seperti itu terhadap Yu Zhengxuan di Fighting Mr. 2nd 😭 (Peyuk abang Rey...eh, abang Pei 😚)

Oke, sekian sekilas info tentang novelnya, dan sekarang kabar baiknya adalah...setelah membaca novelnya aku jadi pingin kalian juga mengetahui kisah mereka lebih jauh lagi dan ngerasain apa yang aku rasakan waktu baca novelnya.

So, yang sabar ya, karena aku nerjemahinnya langsung dari bahasa Mandarin-nya secara manual, jadi prosesnya memang agak sedikit memakan waktu ya (aku gak beli ebooknya, tapi paperback-nya). Belum lagi banyak idiom-idiom dan slang dalam bahasa Mandarin yang memerlukan perhatian khusus ketika menerjemahkannya agar benar dan gak ngasal. Jujur, waktu baca aku gak gitu perduli sama itu semua karena fokusku hanya membaca sampai selesai, tapi begitu aku mulai nerjemahin, WHOAAAAAA!! - baru deh ngerasain gimana maboknya nyari padanan kata yang pas untuk setiap idiom, slang dan pepatah yang aku temui 😅

Jadi, sekali lagi mohon agar sedikit bersabar ya, karena novel WBL itu adalah novel berbahasa Mandarin pertama yang aku terjemahin secara full. Yah, itung-itung sambil belajarlah biar bahasa Mandarin ku gak hilang ditelan jaman, hahaaaa 😅

Deng laoshi (may he rest in peace 🙏🏻), akhirnya ajaran anda kepake juga sekarang! Maapkeun muridmu yang 'males' baca ini dan lebih milih nonton, hahaaa
Sekarang baru deh brasa pentingnya MEMBACA ala Sampek-Engtay (membaca sambil dilagukan nadanya) waktu itu 😉✌🏻

Oke, that's it!

Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya...

Ditunggu like & komennya yaaa 😉

Lop lop,
💜

🌿🌸 活到老,学到老. 🌸🌿
(Huó dào lǎo, xué dào lǎo)
- Live till you're old, and study till you're old.

~fs20210421

Continue Reading

You'll Also Like

455K 24.9K 17
š’š”š¢šÆššš§š²šš š‘ššš£š©š®š­ š± š‘š®šš«ššš¤š¬š” š‘ššš£š©š®š­ ~By šŠššš£š®źØ„ļøŽ...
3.2M 261K 96
RANKED #1 CUTE #1 COMEDY-ROMANCE #2 YOUNG ADULT #2 BOLLYWOOD #2 LOVE AT FIRST SIGHT #3 PASSION #7 COMEDY-DRAMA #9 LOVE P.S - Do let me know if you...
1.7M 98.2K 88
Daksh singh chauhan - the crowned prince and future king of Jodhpur is a multi billionaire and the CEO of Ratore group. He is highly honored and resp...
1.8M 105K 40
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...