District 9

By porumtal

116 30 0

Mereka hanyalah sekumpulan anak2 pemberontak, yang bahkan tidak paham untuk apa mereka dikumpulkan Cover by:... More

Distict 9
1. Pelarian

2.Tujuan

30 8 0
By porumtal

⚠️Attention Please⚠️
• Nama tempat, fraksi, juga organisai yang ada di cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan dengan dunia nyata, itu hanyalah ketidak sengajaan penulis

• Sifat dan karakter tokoh yang ada disini, hanyalah hasil imajiner penulis. Jadi jika ada ketidak sesuaian dengan watak dan karakter asli penulis mohon maaf

• Bijaksanalah dalam mengutip quote dan penggalan kata di buku ini, untuk menghindari kesalah pahaman orang2 yang membaca quote readernim semua.

• Tidak disarankan meniru adegan kekerasan di dalam buku ini.

• Mohon tidak memancing war. Kritik dan saran akan ditampung, tapi harap pergunakan bahasa yang sopan.

• Beberapa tokoh antagonis yang dimunculkan bukan karena penulis tidak menyukai idol atau tokoh tersebut, melainkan karena penulis berpikir tokoh tersebut sesuai dengan karekter yang ada dalam imajiner penulis.

• Bukan STAY hanya seseorang yang menyukai STRAY KIDS dan karya2nya.

🌕 Selamat membaca Yeorobun 🌕










"Kenapa kau berpikir harus mengirim Hyunjin kesana?" Tanya Chansung pada sang istri yang sejak semalam terus merengek memintanya mengikut sertakan Hyunjin dalam misi District 9 yang diusulkan oleh fraksi Yellow Wood.

"Karena Yongguk ketua dari fraksi Erebus sudah mengirim putra mereka kesana juga" Jawab Suzy dengan mudahnya.

"Kalau begitu biarkan mereka mengirim putra mereka, kita tak perlu ikut-ikut melakukan itu" Balas Chansung cepat.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa Hyunjin tak boleh kesana?"

Chansung menghela nafas frustai "Karena Hyunjin berhak melakukan apa yang ia inginkan. Kita tak bisa memaksanya melakukan apa yang kita ingin dan memenggal cita-citanya sendiri"

"Omong kosong, kau melakukan itu karena kau tak siap digulingkan oleh putramu sendiri kan?"

"Sayang..."

"Berikan kesempatan putraku untuk bisa menjadi pria kuat sepertimu. Biar dia bergabung di District 9, jadi dia bisa menempa diri menjadi pemimpin sepertimu"

"Hyunjin tidak menginginkan itu sayang"

"Aku tak perduli! Mau dia ingin atau tidak, aku mau Hyunjin masuk District 9"

"Sayang..."

"Kau mau aku mati di depanmu ya Hwang Chansung? Kalau iya, aku bisa melakukan hal itu sekarang juga" Ancaman dari Suzy membuat Chansung kehilangan kata2nya seketika

_________

| Districk 9|

*********





Bus berhenti di persimpangan dimana sebuah petunjuk jalan yang bertulis 'ujung District 9' terlihat. Delapan pria tampan yang kini menyandang status pelarian terlihat berdiri mematung menatap dua cabang jalan yang harus mereka pilih saat ini.

"Kemana kita akan pergi?" Suara Jisung memecah kebisuan yang tercipta disana.

Enam pasang netra bulat yang lain secara spontan mengarah pada Chan, sosok tertua sekaligus pemimpin pelarian mereka.

"Kita harus pergi ke bagian utara Levanter. Menurut informasi dari Bambam, temanku di District 9...kita bisa nemukan seseorang yang akan membantu kita disana" Jelas Chan.

"Bambam?" Jisung mengulang nama yang baru Chan ucapkan.

"Temanmu?" Felix menimpali.

Chan mengangguk sembari memandang Jisung juga Felix bergantian.

"Apa omongannya bisa dipercaya hyung?" Kali ini Changbin ikut bertanya guna menuntaskan rasa penasarannya.

"Tentu saja, Bambam dan aku berteman cukup dekat. Bahkan Bambamlah yang memberitahuku cara untuk melarikan diri dari District 9" Papar Chan.

Dahi Seungmin mengernyit mendengar itu, si pria Kim merasa ada keanehan dari penjelasan sosok paling tua tersebut.

"Dia mengusulkan pelarian ini? Lalu kenapa dia tidak ikut bersama kita?" Tanya Seungmin pada akhirnya.

Chan mengigit bibir bawahnya pelan, bahkan kedua netranya sudah dihiasi lapisan tipis air mata kini. Jelas itu sedikit membuat yang lain kaget, tak terkecuali Seungmin yang baru saja melemparkan frasa tanya pada Chan.

"Bambam sakit dan dokter mengatakan kalau dia tidak bisa bertahan dalam waktu dekat. Bahkan Bambam akan dipulangkan dalam minggu ini, karena itu dia tidak bisa bergabung dengan kita" Ucapan dari Chan seperti mencubit hati ketujuh rekannya.

Seungmin yang sudah melempar frasa tanya itu bahkan menunduk dalam, merasa menyesal karena sempat meragukan sosok Bambam yang Chan ceritakan.

"Hyung...kenapa kita tidak pulang saja?" Jongin anggota termuda kelompok itu menyuarakan pendapatnya.

Jujur Jongin masih merasa cemas saat ini, terlebih ini kali pertama bagi pria bermarga Yang itu melakukan pemberontakan. Jongin biasa selalu menurut dan melakukan semua hal yang diminta tanpa banyak bertanya ini dan itu. Tapi sekarang, dia malah bergabung dengan kelompok pelarian bentukan Bang Chan.

"Benar, kenapa kita tidak pulang saja dan mengatakan keadaan sebenarnya di District 9 kepada orang tua kita. Bukankah dengan melakukan itu, kita bisa membantu membebaskan semua penghuni District 9?" Changbin yang sebenarnya memiliki ide yang sama dengan Jongin ikut menimpali ucapan sang maknae.

"Kita tidak bisa pulang Changbin-a" Jawab Chan.

"Kenapa?" Changbin bertanya dengan raut bingung.

"Karena kau dan keluargamu akan mendapat masalah jika melakukannya"

"Huh? Maksud hyung?"

Chan menarik nafas sebentar, sebelum melemparkan tatapan kepada ketujuh temannya yang lain.

"Yellow Wood yang mengusulkan pembangunan District 9 adalah salah satu fraksi berpengaruh di pemerintah. Aku yakin mereka bisa saja memutar balikan fakta, jika nanti kita mengungkapkan apa yang terjadi disana" Papar Chan.

"Kita korban disini hyung, itu bisa membuat mereka percaya dengan ucapan kita. Lagipula, teman-teman kita yang ada disana juga bisa menjadi saksi untuk pembenaran ucapan kita" Changbin masih teguh dengan pendiriannya.

"Kau lupa fakta kalau mereka semua sedang dalam proses pencucian otak Changbin-a?" Kali ini bukan Chan, melainkan Minho yang berujar pada pria bermarga Seo tersebut "Semua yang akan kita paparkan takkan berguna, saat Yellow Wood meminta penghuni District 9 mengatakan hal sebaliknya. Pada akhirnya yang menjadi tersangka adalah kita dan hal itu tentu saja akan berpengaruh pada keluarga kita. Petinggi Yellow Wood akan menuding kita sebagai pemberontak, kemudian...bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi setelahnya?" Tambah Minho lagi membuat Changbin serta yang lain terdiam mendengar hal tersebut.

Tak ada yang buka suara setelahnya karena ke delapan pemuda tersebut justru tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hanya suara angin yang meniup pepohonan sekeliling mereka yang terdengar, berserta suara pekikan elang yang entah sudah berapa kali melewati tempat mereka berdiri saat ini.

"Huh, andai si pemimpin Hwang Chansung tidak ikut-ikut mendukung rencana Yellow Wood. Sudah pasti kita takkan kesusahan seperti sekarang" Keluhan Jisung memecah sepi yang beberapa waktu tercipta.

Bahkan omongan si pemuda bermarga Han menyentak Hyunjin yang memang berdiri di sampingnya. Pemuda Hwang itu jadi kaget sendiri ketika nama ayahnya justru dibawa-bawa dalam kondisi yang mereka alami. Hyunjin bahkan ingin marah rasanya pada Jisung karena sudah menjelekan sang ayah, tapi dia tidak bisa melakukannya sekarang karena Hyunjin memang menyembunyikan fakta mengenai dirinya yang merupakan putra tunggal dari pemimpin Levanter.

"Jangan begitu, kita tak perlu menyalahkan pimpinan Hwang" Chan yang juga tidak tahu kalau Chansung adalah ayah Hyunjin, membela pimpinan tertinggi Levanter tersebut.

"Lalu kita harus menyalahkan siapa hyung? Apa kita harus menyalahkan ayahmu yang menjadi orang pertama pendukung proyek District 9 ini?" Kali ini sindiran Jisung arahkan pada Chan membuat pria bersurai ikal itu hanya bisa menggaruk keningnya yang tak gatal.

Jujur, Chan sendiri malu mengakui kenyataan kalau ayahnya adalah salah satu yang paling mendukung proyek District 9 ini. Tapi mau bagaimana lagi? Suka tidak suka, Yongguk tetaplan ayahnya kan? Jadi meski dia tidak puas dengan keputusan sang ayah, Chan tetap tidak bisa menghapus fakta kalau pria berperawakan tegas itu adalah sosok yang paling dia hormati.

"Aku meminta maaf atas nama ayahku" Tanpa rasa emosi Chan berujar membuat Jisung yang mendengarnya merasa terkejut.

Awalnya Jisung berpikir Chan akan marah atau bahkan memukulnya karena tidak bisa menjaga ucapan. Tapi ternyata Chan justru meminta maaf pada Jisung dengan nada suara yang terdengar sangat tulus. Jelas hal itu membuat Jisung menaruh simpati kepada si pria pemilik dimple manis di pipi tersebut.

"Aku tahu ayahku melakukan kesalahan, karena itu...untuk menebusnya aku merencanakan pelarian ini bersama kalian" Chan kembali berujar.

Untuk kesekian kalinya suasana berubah senyap membuat mereka merasa canggung sendiri karenanya. Tak kuat berlama-lama di dalam kondisi itu, Felix pun berujar guna kembali mencairkan keadaan.

"Ya sudah, jangan membahas siapa yang salah dan benar dulu. Sebaiknya, kita tentukan...mau kearah mana kita?"

Sudah terlalu buruk melarikan diri dari District 9 dan tak bisa kembali ke rumah, jadi Felix tak ingin menambah hal buruk dengan membiarkan teman-temannya beradu argumen seperti barusan. Terlebih lagi kondisi hati mereka pasti sedang tidak baik sekarang, jadi pertikaian kecil bisa jadi bencana nantinya jika tidak langsung dicegah.

Chan mengangguk setuju, kemudian mengeluarkan sebuah peta dari dalam tas ranselnya. Matanya menatap benda di tangannya itu sesaat, sebelum mengarahkan pandangan ke jalan di sebelah kanan mereka.

"Kita harus kesana" Tunjuk Chan pada jalanan tersebut.

Semua mata tertuju pada ujung telunjuk Chan, kemudian kembali memandang yang lebih tua setelahnya.

"Kita akan menggunakan bus itu lagi?" Tanya Seungmin

"Tidak" Jawab Chan "Kita akan berjalan dari sini"

"APA?" Pekikan tak percaya dilontarkan Jisung, Changbin, Seungmin dan juga Felix.

Chan sampai terkejut mendengar suara keempat pemuda itu, begitu juga degan Jongin yang berdiri tak jauh darinya. Hanya Minho dan Hyunjin yang tak memberikan reaksi apapun, keduanya memilih untuk diam tak perduli.





_________

| Districk 9|

*********





"Hyung aku lelah" Suara rengekan Jisung terdengar setelah tim pelarian itu berjalan sejauh tujuh kilometer dari persimpangan tempat bus mereka berhenti tadi.

Chan memandang prihatin pada pemuda serupa tupai itu, kemudian melayangkan tatapannya kearah enam pemuda lain yang berjalan di belakangnya. Wajah rekan-rekannya yang lain juga sama lelahnya seperti Jisung dan hal itu jelas membuat Chan merasa bersalah.

"Apa kita istirahat saja?" Tanya Chan sembari menghentikan langkah sesaat.

"Apa kota terdekat masih jauh?" Bukan menjawab pertanyaan dari Chan, Changbin justru balas bertanya pada yang lebih tua.

"Tidak, itu sudah dekat. Mungkin jika kita berjalan beberapa jam lagi kita akan tiba di kota yang kita tuju" Jawab Chan.

Jisung mendesah pelan mendengar kata 'beberapa jam' yang Chan lontarkan. Sungguh kakinya sudah mati rasa, pria tupai itu bahkan sudah mulai kelaparan.

"Kalau begitu jalan saja terus, kalau kita berhenti disini takutnya petugas-petugas itu akan menemukan kita" Usul Changbin.

Tempat mereka berada saat ini dikelilingi padang rumput yang begitu luas, tidak lagi ada pepohonan tinggi seperti di persimpangan jalan tadi. Jika memutuskan berhenti dan beristirahat disini, Changbin takut para penjaga akan mudah menangkap mereka lagi dan pada akhirnya delapan pemuda itu akan berakhir diseret kedalam ruang penghukuman.

"Hyung, tapi aku lelah. Aku juga lapar, tidak bisakah kita duduk dulu barang beberapa menit untuk mengistirahatkan diri?" Kembali rengekan Jisung terdengar membuat Changbin berdecak sebal.

"Kau ini manja sekali, apa kau kira kau saja yang lelah. Yang lain juga lelah Han Jisung, tapi tak ada yang merengek sepertimu" Balas Changbin tak suka.

Jelas kata-kata Changbin membuat Jisung kesal. Bahkan pria bermarga Han itu sudah mendudukan diri di atas aspal sambil melipat tangannya di dada. Emosi Changbin nyaris tersulut karena sikap Jisung tersebut, beruntung Jongin tiba-tiba maju dan menyodorkan sesuatu pada Jisung, Jadi Changbin tak sampai memukul wajah lelaki berkulit tan tersebut.

"Hyung makanlah, mungkin roti ini tidak membuatmu kenyang. Tapi...mudah-mudahan bisa mengganjal perutmu" Tukas Jongin.

Jisung mengadah menatap uluran tangan Jongin yang berisi sebungkus roti. Tiba-tiba saja

-dipandangan Jisung- seperti ada sepasang sayap imajiner yang terbentang di punggung pria paling muda tersebut. Jisung sampai ingin menangis saja rasanya karena perhatian yang Jongin tunjukan, tapi kalau dia benar-benar menangis pemuda bernama Seo Changbin yang baru saja mengajaknya berdebat pasti akan mengejeknya habis-habisan.

"Ooh...Jonginieeeee, kau baik sekali. Sini aku peluk dulu" Jisung bangkit dari duduknya dan merentangkan tangan hendak memeluk tubuh Jongin.

Berpikir yang lebih muda akan menerima pelukan kasih sayangnya dengan suka rela, Jisung justru terkejut saat Jongin dengan tanpa ragu melempar bungkus roti hingga mengenai wajah Jisung. Kontan hal itu membuat Jisung kaget bukan kepalang, dia bahkan menatap sosok Jongin yang sudah cemberut dengan wajah keheranan.

"Hyung jangan membuatku menyesal sudah mau membagimu roti ya" Tukas Jongin disambut kekehan geli dari yang lain.

"Kerja bagus Jongin-a, aku bangga padamu" Changbin merangkul pundak Jongin dan mengajaknya beranjak dari hadapan Jisung.

Jongin tidak menolak, dia melangkah lebih dulu bersama Changbin disusul Seungmin, Felix, dan Hyunjin di belakangnya. Minho ikut melangkah kemudian setelah lebih dulu melempar senyum mengejek pada Jisung. Hanya Chan satu-satunya masih berdiri di hadapan Jisung yang belum beranjak dari posisinya. Menunnggu Jisung yang tengah memandang sendu roti pemberian Jongin yang kini berada tepat di dekat kakinya.

Mencoba menahan tawanya, Chan meraih bungkus roti dan meletakkannya di tangan Jisung "Sudah ayo jalan lagi" Ajak Chan ketika kedua mata bulat milik Jisung mengarah padanya.

"Hyung mereka jahat sekali" Rengek Jisung seperti bocah yang tengah mengadu pada ayahnya.

"Iya, nanti hyung akan marahi mereka ya" Balas Chan lantas menarik paksa tubuh Jisung bersamanya.





_________

| Districk 9|

*********





Tamparan keras diberikan Hoyong pada sosok tuan Go yang berada di hadapannya. Tubuh pria paruh baya itu pun langsung terjatuh hingga menghantam rak obat-obatan di dalam ruangan tersebut.

"Hyung hentikan" Taewoo yang menahan tubuh Hoyong, ketika melihat pria Son tersebut akan kembali memukul tuan Go.

"Lepaskan! Pria bodoh ini harus diberi pelajaran" Hoyong mencoba melapaskan diri dari pegangan Taewoo, namun tidak berhasil karena tubuhnya kalah besar dari sang maknae.

"Hyung, menghukumnya tidak akan mengubah apapun. Anak-anak itu takkan kita temukan hanya karena kau melampiaskan amarahmu pada pria ini" Taewoo coba memberi pengertian.

Hoyong mendengus manakala menyadari kalau ucapan dari Taewoo ada benarnya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Joon hyung akan membunuh kita, jika dia tahu anak-anak itu kabur dari tempat ini. Terlebih dua dari mereka adalah sosok yang tidak seharusnya pergi" Tukas Hoyong frustasi.

"Tiga hyung, tiga...bukan dua" Taewoo meralat ucapan Hoyong.

Dahi Hoyong seketika berkerut "Tiga?"

"Hmm"

"Memangnya siapa satu orang lagi?"

"Dia..."





_________

| Districk 9|

*********





Menjadi pelarian bukanlah hal yang mudah, setidaknya itu yang dirasakan Hyunjin saat ini. Berpikir setibanya di kota terdekat ia akan mendapatkan tempat beristirahat yang bagus, pada akhirnya pria bermarga Hwang itu justru tepaksa harus berpusa hati manakala mereka hanya mendapatkan sebuah penginapan kecil yang berada di dekat perbatasan. Bahkan kedelapan pemuda itu harus berimpitan berbagi ranjang, karena Chan hanya bisa menyewa satu kamar untuk mereka.

Bangkit dari ranjang tempat dia membaringkan tubuhnya sesaat tadi, mata segaris Hyunjin dibawa menyapu ruangan kecil itu. Sosok Felix tidur tepat di sampingnya, saling berpelukan dengan Seungmin di samping kanan pria blasteran tersebut. Ranjang di samping mereka diisi Jongin, Changbin dan Jisung, sedangkan Chan dan Minho memilih tidur di bawah ranjang dengan beralasan sebuah matras yang tidak terlalu besar.

Hyunjin merasa miris sendiri, ketika menyadari betapa mengerikan nasib mereka. Putra satu-satunya pimpinan tertinggi Levanter itu bahkan tak bisa membayangkan, bagaimana nasib mereka ke depan. Rasa sesak tiba-tiba mendominasi perasaan Hyunjin dan hal tersebut membuatnya merasa tak nyaman. Perlahan ia pun turun dari ranjang, lantas memilih berjalan menuju balkon penginapan untuk sekadar menghirup udara segar.

Benturan angin langsung membelai surai hitam Hyunjin, tepat setelah tubuhnya tiba di balkon kamar yang berada di lantai tiga tersebut. Sapuan dingin itu terus menerus membelai wajah tampannya, namun sama sekali tidak membuat perasaan Hyunjin membaik.

"Appa, omma" Dalam hati Hyunjin memanggil kedua orang yang sangat ia cintai tersebut.

kedua matanya bahkan sudah dihiasi liquid tipis yang nyaris tumpah, jika saja telinga Hyunjin tidak mendengar derap langkah pelan dari punggungnya. Tak mau pemilik langkah mendapati kesedihan yang ia rasakan, Hyunjin buru-buru mengusap ujung matanya pelan.

"Kau sudah bangun?" Suara berat khas orang bangun tidur menyapa Hyunjin.

Hyunjin menoleh pada Chan yang sudah berdiri di sampingnya dengan wajah masih separuh mengantuk. Kedua mata Chan bahkan belum terbuka sempurna, membuat Hyunjin tersenyum tipis karena hal tersebut.

"Hyung, kalau masih ngantuk...tidur saja lagi sana" Tukas Hyunjin seraya merapikan surai ikal milik Chan yang mencuat kesana kemari.

Chan menggeleng ribut "Tidak...aku tidak mengantuk"

Kali ini Hyunjin tidak bisa untuk tidak terkekeh, terlebih ketika Chan mengucapkan kalimat tersebut dengan mata yang terpejam sempurna.

"Kenapa kau sudah bangun?" Tanya Chan kali ini, membuat tawa pelan Hyunjin seketika terhenti.

Meski tidak langsung memandangnya dan meski mata Chan tidak melihat ekspresi wajahnya, Hyunjin bisa mendengar nada khawatir dari pertanyaan yang dilontarkan pria pemilik dimple tersebut.

"Aku hanya sudah tidak mengantuk lagi" Jawab Hyunjin sekenanya.

Chan mengangguk, kemudian menarik tubuh Hyunjin agar duduk di bangku panjang yang ada di tempat tersebut. Tak lama Chan ikut menjatuhkan tubuhnya di sisi Hyunjin, lantas meminjam bahu pria tersebut untuk dijadikan sandaran kepalanya. Sungguh sebenarnya Chan sangat mengantuk sekarang, tapi rasa cemasnya pada sosok Hyunjin memaksa pria bermarga Bang itu tetap terjaga. Rasa tanggung jawab Chan membuat tubuh pria itu seperti memiliki reflek tersendiri, jadi meski pikirannya benar-benar lelah, Bang Chan tak benar-benar bisa beristirahat.

"Kau cemas?" Tanya Chan membuat Hyunjin sedikit menolehkan kepala guna menatap wajah chan.

Kedua mata pria Bang itu terpejam, namun seulas senyum menenangkan terukir jelas di wajah tampannya.

"Sedikit" Aku Hyunjin tak coba berdusta.

Kali ini Chan menarik tubuhnya bangkit, kemudian menatap wajah Hyunjin lamat-lamat. Ada banyak rasa khawatir yang terpancar dari sepasang manik hitam Hyunjin dan hal tersebut sedikit membuatnya merasa bersalah.

"Kau percaya pada hyung kan Hyunjin?" Tanya Chan.

"Ya, aku percaya pada hyung" Jawab Hyunjin begitu yakin dan pasti.

"Kalau begitu, kenapa kau masih cemas?"

Hyunjin diam sesaat seraya melayangkan tatapannya lurus ke depan. Pria Hwang itu membiarkan hening menjadi spasi antara dirinya dan Chan, hingga beberapa waktu kemudian menjawab dengan suara yang terdengar sangat lirih.

"Aku...aku tidak percaya pada diriku sendiri hyung. Karena itu aku cemas sekarang"

"Hyunjin-a, kita pasti bisa melewati ini semua bersama-sama. Kau, aku dan juga yang lain" Mencoba memberi motivasi, Chan berujar sambil meraih jemari Hyunjin untuk ia genggam.

"Kenapa hyung bisa begitu yakin?" Dengan tatapan ragu, Hyunjin justru membalas ucapan Chan tersebut dengan pertanyaan.

"Karena kita memiliki tujuan yang sama, karena itu hyung yakin" Jawab Chan pasti.

Hyunjin tersenyum tipis, sangat tipis sampai Chan tak menyadari kalau pria yang lebih muda darinya tersebut tengah tersenyum padanya.

"Hyung, kita tak memiliki tujuan yang sama" Balas Hyunjin.

"Maksudmu?" Chan tak mengerti.

Melepas tangannya dari genggaman tangan Chan, Hyunjin bangkit masih sambil menatap lurus pada sosok pria berkulit pucat tersebut.

"Kau dan aku....tujuan kita tidak sama hyung" Balas Hyunjin membuat kepala Chan seketika dipenuhi tanda tanya besar.





_________

| Districk 9|

*********





Bermain di ranah politik membuat Chansung kuat sekaligus lemah dalam waktu bersamaan. Ia kuat ketika mengancam lawan-lawan politiknya dengan kekuasaan yang ia miliki, namun secara bersamaan pria itu juga merasa lemah ketika fraksi lawan menyerang keluarganya.

Hal itu membuat Chansung mati-matian menyembunyikan identitas putranya dari kalayak ramai. Ia tak pernah mengumumkan keberadaan Hyunjin di muka umum, bahkan meski seluruh dunia penasaran dengan sosok putra tunggalnya tersebut. Chansung hanya tak ingin kehidupan putranya menjadi tak nyaman, hanya karena teror yang akan dilayangkan para pesaing hanya untuk menjatuhkannya.

"Hyunjin berhasil kabur dari Districk 9 tadi malam" Laporan Taecyeon sang tangan kanan kepercayaan Chansung membawa angin segar pada pria Hwang tersebut.

"Benarkah hyung?" Tanya Chansung memastikan.

"Hmm, dia berhasil kabur bersama putra Bang Yongguk dan enam pemuda lainnya" Jelas Taecyeon lagi.

"Putra Bang Yongguk?" Ulang Chansung dengan raut wajah tak percaya.

"Ne"

"Lalu kemana tujuan mereka"

"Mereka akan pergi ke utara Levanter, menemui seseorang yang katanya bisa membantu mereka"

"Utara Levanter? Siapa yang akan mereka temui disana?"

"Aku belum tahu, Chan tidak mengatakan sosok yang akan mereka temui"

Chansung menyanggah dagunya dengan punggung tangan, bersamaan dengan raut cemas yang tergambar nyata di wajah tegasnya.

"Apa pimpinan Yellow wood tahu tentang pelarian putraku hyung?" Tanya Chansung kemudian.

"Tidak" Jawab Taecyeon kembali membuat Chansung merasa lega "Sepertinya Taewoo hyung dan Hoyong hyung menutupinya dari pria itu" Lanjut Taecyeon lagi.

"Lalu...apakah putraku akan baik-baik saja?" Kali ini Chansung berujar dengan wajah memelas.

Sungguh ia tak sanggup membayangkan putra yang begitu ia sayangi harus terluka karena dirinya. Chansung bahkan takkan mau memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi hal buruk pada sosok Hyunjin nantinya.

"Tenang saja Chansung-a, putraku juga ikut bersamanya" Taecyeon berujar begitu lembut sambil mengusap bahu bidang milik Chansung.

Dan untuk pertama kali setelah memutuskan mengirim Hyunjin ke Districk 9, Seorang Hwang Chansung merasa dirinya begitu tenang. Ya, mungkin malam ini pimpinan Levanter itu bisa tidur nyenyak meski hanya sejenak.

_________

| To Be Continue|

|See You Next Part|

|Langsa,20 Maret 2021 |

|Porumtal|

|Battle Story With Haebaragi13 cek profilnya dan cari cerita dengan judul serupa|

Happy Birthday kasep
❤🧡💛💚💙💜🤎🖤

Continue Reading

You'll Also Like

183K 18.6K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
56.5K 3.1K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
173K 15.9K 29
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
93.7K 9.8K 30
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...