ALVAREZ [End]

Od PinkCappuccino

9.6M 225K 77.3K

(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA -Sequel Silhouette- (ABC SERIES) "Gue terima surat cinta lo." "H... Více

❤︎ ATTENTION ❤︎
Prolog
01 - Poor Zea
02 - Breath
03 - Shadow
04 - Tatapan
05 - Breakfast

06 - Love Letter

186K 27.7K 10.3K
Od PinkCappuccino

Sepulang sekolah, Zea kedatangan tamu yang sebenarnya tidak ingin ia persilakan masuk. Zea tidak munafik bahwa ia tidak terlalu suka akan kedatangan Zamira ke rumahnya. Namun jika ia mengusir, itu akan digunakan Zamira sebagai senjata untuk mengadu ke orang tuanya. Ditambah, Zamira akan menambah-nambahi cerita saat mengadu yang ujung-ujungnya akan membuat Zea dimarahi.

Tujuan Zamira hanya dua jika berkunjung ke rumahnya. Pertama, jika di rumah Zamira sepi dan ia butuh teman, atau kedua, jika Zamira ingin pamer sesuatu hal kepada Zea mengenai hidupnya yang sempurna itu.

Di dalam kamar, Zea memainkan ponselnya seraya mendengarkan ocehan Zamira. Posisi Zea di atas ranjang telungkup, dan di sampingnya Zamira terlentang menatap langit-langit kamar.

"Tahu nggak, Zea? Aku itu males banget dibangga-banggain sama guru. Temen-temen aku pada iri. Aku takut aja gitu mereka malah berbuat yang enggak-enggak sama aku gara-gara iri aku terlalu sempurna di mata guru."

"Ya harusnya kamu seneng guru-guru banggain kamu. Aku boro-boro dibanggain guru. Digibahin iya, gara-gara nilai aku turun terus." Ujar Zea tak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Zea sedang men-scroll laman media sosial instagram. Bosan sekali mendengar ocehan sepupunya. Zea sampai lupa bagaimana caranya iri karena Zamira terlalu sering pamer.

Saat asik menyukai beberapa postingan, sebuah notifikasi pesan whatsapp masuk. Dari Alvarez.

Kak Alvarez 🐖💨
Gila sih! Gue ganteng banget!

Zea melongo. Kesambet apa Alvarez sampai mengiriminya foto. Apalagi saat membaca pesan yang jelas-jelas memuji diri sendiri.

Zamira dan Alvarez adalah dua manusia yang menjadi beban di hidup Zea. Mereka juga sama, sama-sama narsis berlebihan. Seperti punya penyakit mental narsistik. Dan hari ini keduanya juga kompak mengganggu Zea dengan pamer kelebihan masing-masing.

"Fokus banget sih, Zea? Ada apa?" tanya Zamira mengintip layar ponsel Zea.

Zamira membulatkan matanya setelah mendapati foto Alvarez. Spontan, Zamira merampas ponsel Zea untuk lebih jelas memperhatikan foto Alvarez. "Ganteng banget!" puji Zamira.

Zea kembali merampas ponselnya, "Ya, terus?"

"Kenalin aku dong sama dia. Aku inget banget! Dia kakak kelas kamu, kan? Yang waktu itu nggak sengaja ketemu di toko musik?"

"Tapi kayaknya susah banget buat kenalin kamu ke dia."

"Aku udah jatuh cinta sama dia sejak pertama ketemu, Zea. Aku nggak mau tahu! Kenalin aku, ya? Aku pengen deket sama dia." Zamira tampak antusias.

"Kamu nggak tahu Kak Alvarez kayak gimana. Dia itu ...."

"Aku bakal bikin surat cinta! Nggak mungkin dia nolak aku. Mana ada sih cowok yang nolak seorang Zamira? Impossible!"

Kak Alvarez beda dari cowok lainnya Zamira. Dia bahkan hina kamu belang. Astaga kalau aku ngomong hal ini, kamu nggak mungkin percaya. Batin Zea.

"Zamira, Kak Alvarez benci sama surat cinta. Dia ...."

"Aku pulang dulu! Mau bikin surat cinta! Kalau selesai, aku kasih kamu. Makasih, Zea." Potong Zamira beranjak dari atas ranjang.

Tidak sempat menahan dan menjelaskan semuanya, Zamira sudah ngacir keluar dari kamar Zea untuk pulang ke rumahnya. Ya, rumah Zea dan Zamira satu komplek, beda blok saja.

"Argh! Mereka berdua kenapa sih seneng banget bikin aku menderita!" teriak Zea mengacak rambutnya frustasi.

♾♾♾

Besoknya, Zea bingung mau memberikan surat cinta dari Zamira dengan cara apa. Surat cinta dengan kertas pink dan amplop berwarna pink pula dengan hiasan pita serta cap bibir berlipstik. Sangat norak!

Zea yang berada di parkiran menunggu Alvarez datang, sedang berdebat dengan hatinya sendiri. Zea bimbang mau menyerahkan surat Zamira atau tidak. Alvarez benci surat cinta, itu bukan menjadi rahasia lagi. Tapi di lain sisi, surat cinta Zamira amanah yang harus ia sampaikan.

Suara motor Alvarez terdengar, cowok itu seperti biasa parkir di dekat pot bunga yang memang menjadi tempatnya. Semua murid tahu tempat parkir Alvarez dan tidak ada yang berani menempatinya. Jadi setiap pagi Zea selalu menunggu Alvarez dengan berdiri di sebelah pot bunga. Tentu untuk membawakan tas Alvarez sampai ke kelasnya. Bayar hutang kepada Alvarez adalah dengan cara menjadi asisten.

Alvarez membuka helmnya, meletakkan helm full face itu di atas tangki motornya. Seperti biasa, Alvarez menyisir rambutnya menggunakan tangan ke belakang karena berantakan saat membuka helm. Alvarez menatap Zea, menyerahkan tasnya kepada Zea untuk gadis itu bawa.

Zea mengekori langkah Alvarez. Cowok itu melirik Zea yang tampak aneh. Ekspresinya begitu gundah. "Lo kenapa? Kebelet pup?" tanya Alvarez saat keduanya naik tangga.

"Enggak, Kak."

"Kenapa gitu ekspresinya?"

"Emang kenapa?"

"Ekspresi lo kayak nahan pup. Sana gih kalau mau pup. Nanti sakit perut kalo ditahan."

"Ih siapa yang mau nahan pup sih, Kak. Enggak! Aku ... aku cuma mau bilang sesuatu sama Kakak."

Di tengah tangga, Alvarez berhenti. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana. Ia menatap Zea yang jauh lebih pendek darinya. Zea juga masih bingung seraya memeluk tas Alvarez di depan dada.

"Oke gue dengerin. Lo mau bilang apa?" tanya Alvarez.

"Itu ...."

"Gue ganteng? Lo nggak usah bilang semua orang juga tahu, kok."

"Bukan, Kak."

"Terus?"

"Aku cuma mau bilang kalau ...."

"Gue pinter? Itu juga semua orang udah tahu."

"Kak Alvarez bisa kasih kesempatan ngomong nggak? Sampai bel masuk kalau Kak Alvarez potong terus, mana bisa bilang?" protes Zea kesal.

"Oke, sorry."

"Tapi sebelumnya Kak Alvarez jangan marah. Please, jangan marah."

"Nggak janji. Kalau lo lempar tai ke muka ganteng gue, ya gue marah lah."

"Ih! Kak Alvarez serius dong!"

Alvarez tertawa, cowok itu menarik napas kemudian mengembuskannya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius. "Oke gue serius. Ada apa hm?"

Zea menjulurkan surat cinta Zamira ke hadapan Alvarez seraya memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Seolah siap menerima teriakan atau bentakan Alvarez. "Aku tahu Kak Alvarez benci surat cinta. Aku juga tahu Kak Alvarez bakal ngamuk kalau ada cewek yang kasih Kak Alvarez surat cinta. Tapi ... tapi aku mohon jangan marahin aku gara-gara kasih Kakak surat cinta. Aku ...."

Alvarez menerima surat cinta Zea, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Zea membuka kedua matanya dan terkejut saat tahu surat cinta dari Zamira dibuang sebelum Alvarez baca isinya.

"Kok dibuang, Kak? Kakak belum baca ...."

Alvarez mendorong pelan Zea sampai terpojok di pagar tangga. Alvarez mengunci tubuh Zea dengan mengukungnya menggunakan kedua tangan.

Mata Alvarez begitu tajam menatap Zea. Dari jarak sedekat itu, Zea bisa merasakan wangi Alvarez. Zea juga sempat terpesona akan ketampanan cowok itu. Jantung sialan! Jangan deg-degan! Umpat Zea dalam hati.

Zea panik, ia melirik sekitar. Beberapa murid yang lewat sudah memberi atensi besar pada interaksi mereka.

"Kak Alvarez, dilihatin." Bisik Zea menunduk agar wajahnya tidak terlihat.

"Siapa yang ngizinin lo nggak bales tatapan gue?" tanya Alvarez mengintimidasi.

Zea yang menunduk langsung mendongak membalas tatapan Alvarez. Pertanyaan Alvarez seperti sebuah titah.

"Kenapa harus surat cinta?" tanya Alvarez.

"Maaf, bukannya mancing amarah Kak Alvarez. Tapi ...."

"Kenapa nggak bilang langsung?" tanya Alvarez memotong.

"Nggak tahu, aku ...," lagi, ucapan Zea dipotong.

"Yaudah."

"Hah?"

"Gue bilang yaudah."

Zea semakin bingung. Maksud dari kata yaudah apa?

"Kita jadian, Zea. Gue terima surat cinta lo."

"Hah! Kak! Tapi itu ...."

"Hari ini kita pacaran. Lo sama gue pacaran."

Zea tidak bisa berkata-kata. Suaranya nyangkut di tenggorokan. Apa sekarang Alvarez salah paham bahwa surat yang Zamira kirim adalah surat cinta darinya?

Dengan cara apa Zea menjelaskan? Alvarez sudah tersenyum miring penuh arti.

"Karena sekarang lo pacar gue, utang lo lunas. Gue nggak mungkin jadiin pacar gue babu." Bisik Alvarez mengambil tas yang dipeluk Zea.

Alvarez mundur beberapa langkah, cowok itu kembali melanjutkan langkahnya naik tangga. Meninggalkan Zea yang masih mematung bak manekin.

Bukannya tidak tahu, Alvarez tahu betul bahwa Zea tidak mungkin mengiriminya surat cinta. Apalagi dengan stempel bibir di depan amplop. Itu benar-benar bukan gaya seorang Zea. Gadis itu terlalu penakut untuk melakukan hal itu terlebih kepadanya.

Tapi Alvarez tidak ingin melewatkan kesempatan. Itu sebabnya dia langsung membuang surat tanpa membaca isinya. Menuduh Zea seolah Zea yang menyatakan cinta padanya. Semuanya sempurna. Tidak menyangka Alvarez akan mendapatkan  Zea lebih cepat dari perkiraannya.

"Kak, tapi surat itu dari Zamira. Bukan aku." Lirih Zea saat Alvarez sudah menghilang dari pandangannya.

- To be continue -

♥️ See u ♥️

◽️◾️◽️

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

5.1M 277K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
75.9K 2.6K 7
Park chanyeol adalah seorang namja tampan dari member exo yang sekarang sedang jaya akan prestasi mengemilangkannya. Apa yang terjadi jika Park Chany...
3.3K 1.7K 14
[BACA PELAN" DAN RESAPI KAWAN 🤗] Farisha Athalia Rajaksa seorang cewek yang masih duduk di bangku SMP dengan banyaknya bullying yang dia terima di s...
5.1K 650 10
BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Kamu penyakitan, tidak pantas dengan saya." "Bercanda kan Biru? Lo gak serius kan bilang itu? JAWAB BIRU!" *** "Se...