My Every "First" With You

KacamataSenja tarafından

345K 25.4K 5.9K

(Completed || Warning!! 21+++) Jatuh cinta pada padangan pertama?? Kalau kata kebanyakan orang sih "meh, man... Daha Fazla

Wow!
Alice to the Rescue
Tameng
Katanya sih Kebetulan...
Gun Lihat!
Bermula dari Keram
Off dan Tay si Primadona
Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan
Som Tum dan Salep
Joss...
Pertama Kali Ngebentak Dosen...
Off Jumpol Ngeselin!!
Gun Aneh.
Gun dan Syaraf Syaraf di Otaknya
Pertama Kali Nangis di Depan Orang...
Aku Nggak Bakal Pergi...
Akhir Perjuangan.
Perjuangan Baru dimulai...
Jarak Lima Meter
Tau kalau disayang...
Cemburu Tanda?
Gun Punya PR...
Jawaban PR Gun.
Off Menyesal.
Mereka Memang Aneh.
Bodoh Banget Marah Sama Off.
Jangan dibuat Ribet Kayak Drama Televisi (18+)
Super Sibuk : Pasangan Aneh yang Menjijikkan
Super Sibuk: Tumbang.
Ngambek.
Jangan Kayak Gini Lagi Ya...(20+)
Pergi dari Zona Nyaman.
Mr. Jumpol (21+++)
Salah Paham.
Kekacauan Kecil Lainnya.
Keceplosan karena Mulutnya Bodoh.
Aula I'm in Love (21+++)
Ada Begitu Banyak Cinta untuk Gun.
Baru Juga Hari Pertama.
Hobby Cari Masalah.
Ancaman Baru??
Gagal Lagi...
Pitt vs OffGun = 1:0 (21+++)
Cinta tidak selalu Rainbows and Butterflies
Je T'aime Aussi Mon Amour...
Hukuman...
Kebetulan Tidak Masuk Akal Lainnya.
Hari yang Santai...
Gempur (21+++)
Nggak jadi Berlayar?
Get to Know Off...
Kalau udah Panggil Sayang, Luluh deh...
Jadinya Suka Siapa Sih?
Momay...
Kenapa Sih?
Momay Ngeselin? Yakin?
Bayar Hutang (21+++)
Selalu Ada Ada Aja...
Another Surprises???
Till We're Grey and Old
Apart... (S1 Last Chapter)
PENGUMUMAN

Another Pair.

3.4K 273 148
KacamataSenja tarafından

Bangkok, Chulalongkorn University
November, 2021

-----------------------
11 Maret 2021
-----------------------

Tay hanya bisa tertawa geli saat melihat Off masuk ke dalam kelas beberapa menit yang lalu.

"Tega ya ngerjain temen sendiri."

"Masih parah kamu kemarin tau nggak. Pake bawa orang ketiga, mana aku nggak dikasih tau lagi."

"Kamu aku ampuni soalnya aku lagi seneng."

"Jadi udah fix anak orang dilamar nih???"

"Enggak lah, Tay...Cuman formalitas aja. Ya kali aku ngelamar Gun cemen kayak gitu."

"Siapa tauuu...Kan pengalaman kamu enol besar."

"Kayak kamu nggak mines aja woy! Itu anak orang mau kamu gantungin sampe kapan?"

"Hah? Siapa? Oooo maksud kamu Thanaerng??"

"Thanaerng?? Tau ah gelap." Jawab Off gemas sambil mengeluarkan ponselnya.

"Gun kelas?"

"Enggak, di perpus ngerjain skripsinya sama New sama Alice."

"New yaa..." Gumam Tay pelan.

"Kenapa? Kangen?"

"Mulut yaaa...muluttt..."

"Eh Tay, besok nggak?"

"Besok ya? Kosong sih...Mau traktir makan?"

"Hmm, sekalian ada yang mau aku omongin."

"Serius amat?"

"Sesekali boleh donk hidup agak serius. Kalau becanda terus kapan majunya."

"Omaigat! Ngomong sama kamu udah ribet sekarang."

"Ribet nggak ribet pokoknya besok kamu aku booking."

"Ya deh...Aku lelaki booking-an..."
####

Gun yang baru saja meletakkan tasnya di atas meja tidak memiliki waktu bahkan hanya satu menit untuk bernafas sebelum Alice dan New menyerangnya dengan puluhan pertanyaan.

"Astaga tunggu tunggu...Satu satu okayyy???"

"Salahnya nggak bales chat!" Pekik Alice kesal.

"Sabarrr, aku tu nggak mau bales chat soalnya kan kita ketemu hari ini. Enak cerita tau..."

"Ya tapi kan kita udah penasaran sampe mati." Sahut New.

"Ya ini kan sekarang ketemu. Ayo kalian mau aku jawab yang mana dulu."

"Yang post cincin kamu semalem. Itu beneran kamu di lamar?? Like, di lamarrrrrrrrr yang habis ini udah mau nikah gitu???" Tanya Alice sekali lagi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Hmm, kata Off enggak sih. Dia cuma mau orang tau aja kalau aku udah ada yang daftarin hak patennya."

"Buset dah hak paten..Trus trus ceritain kronologisnya plissss!!!" Rengek New.

"Waduh! Ya kayak orang orang pada umumnya kali yaaa...get down on one knee trus nunjukin cincinnya gitu."

"Di Chao Praya???" Tanya Alice.

"Enggak. Di kamarnya."

"Wew nggak romantis." Timpal New.

"Kan dia nggak tau kalau bakal surprise anniv, New. Wajar lah dia nggak bawa cincinnya kemana mana. Ini mahal banget tau." Jelas Alice sambil meneliti cincin di tangan Gun.

"Emang berapaan? Aku juga nggak tau masalah cincin beginian." Ucap Gun.

Alice menarik Gun lalu membisikkan sesuatu padanya.

"Whatt????? Satu mobil???" Pekik Gun keras.

"Astaga, apa gunanya aku bisik bisik kalau kamu teriak teriak."

"Nggak nggak nggak nggak. Aku mesti kembaliin ini." Gun meletakkan barangnya cepat hendak keluar dari perpustakaan.

"Gun..." Gerakannya terhenti oleh cekalan tangan New. "Pikirin perasaan Off kalau kamu balikin cincinnya."

"Tapi ini kemahalan, New."

"Selama dia pake uangnya sendiri kan nggak papa. Lagian kamu pantes kog dapet ini."

'Tapi ini gilaaaa!!!"

"Enggak Gun, udah deh jangan bikin anak orang sedih. Kalau kamu ngerasa ini kemahalan, do something for him yang bisa bikin kamu lega. Tapi jangan dibalikin, kamu bakal nyakitin perasaannya yang udah susah susah milih yang terbaik buat kamu. Setuju?" Tanya Alice.

"Setuju..." Sahut New.

"Kamu kalau punya uang kan pasti mau kasih yang terbaik buat orang orang yang kamu sayang kan?"

"Iya sih, Al..." Jawab Gun paham.

"Ya udah. Yuk kerja skripsi aja. Bab dua tiga kumpulin hari ini kan?" Lanjut Alice bertanya.

"Iya, Mr. Margie mau pergi soalnya. Jadi ngebut kumpulin hari ini. Eh iya ngomong ngomong kalian besok ngapain?"

"Aku pergi sama ama sama mama bertiga ke Nonthaburi mau jalan jalan. Kenapa?"

"New pasti bisa New. Mau ngajakin kalian makan siang nih..."

"Oh BISA donk!!!! Aku available setiap waktu." Jawab New bersemangat.

"Yahhh, nggak bisa lain kali gitu?" Tanya Alice kecewa.

"Aku sama Off bisanya besok ini, soalnya habis gitu aku sama Off bakalan sama sama sibuk."

"Ya udah nggak papa. Kapan kapan aja aku ngikutnya."

"Ya udah yuk mulai. Aku mesti ngebut nih." Ujar Gun sambil mulai mempersiapkan peralatan perangnya.
####

Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan hari ini, Gun menyandar lelah pada kursi dibelakangnya. "Aku bakalan pulang duluan ya, ada janji sama Off."

"Hayo mau ngapain???" New menggerak gerakkan alisnya cepat.

"Enggak kotor astaga. Mau jalan jalan aja soalnya aku udah kelamaan nganggurin anak orang."

"Kalian pernah berantem nggak sih? Kog kayaknya Off bucin banget kalau sama kamu." Tanya New ingin tahu.

"Pernah lah, New. Dia itu cemburuannya ngalah ngalahi lem lalat tau nggak. Kita berantemnya selalu gara gara dia cemburu, atau kalau enggak gara gara salah paham, atau kalau enggak gara gara aku yang cemburu." Jawabnya sambil mulai meringkas barang barangnya.

"Nggak nyangka ya kamu yang dulu anti banget sama dia bisa cemburu juga." Goda New.

"Aku juga kaget kog. Awal awal aku nggak tahu kenapa kog perasaan aku nggak enak tiap lihat ada cewek deket deket dia, eh ternyata itu namanya cemburu. Lama lama jadi kebiasaan malah cemburunya."

"Trus yang biasa minta maaf duluan siapa?"

"Tergantung sih siapa yang buat salah. Tapi jarang banget kog aku yang salah dia yang minta maaf atau sebaliknya. Kalau salah, ya yang salah yang minta maaf. Eh, New...Ngomong ngomong kamu sama Tin gimana?" Gun mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kenapa emangnya?"

"Penasaran aja..."

"Ya nggak gimana gimana. Jalanin aja kayak temen."

"Kamu suka nggak sih sama dia?"

"Mulai terbiasa kali ya. Kalau sehari atau dua hari nggak ketemu kadang ngerasa kayak kangen gitu."

"Heh??? Udah bisa kangen ya???" Goda Alice.

"Ya gimana ya, Al. Udah hampir enam bulan ini kita bener bener intens ketemunya. Aku bahkan lebih sering jemput dia pulang sekolah daripada mamanya."

"Tunggu. Mamanya tahu???" Pekik Gun terkejut.

"Tau kog. Katanya malah seneng ada yang gantiin kerjaannya. Cuman kayaknya sih taunya sebatas temen ya. Nggak tau lagi kalau Tin cerita ke mamanya apa gitu."

"Ada kemungkinan kamu bakal sama dia?" Gun benar benar ingin tahu.

"Ada. Aku udah mikirin ini agak lama benernya. Aku nggak punya alasan buat nolak dia kalau kalau emang jalannya ke sana."

"Terus Tay???" Gun yang tidak sengaja bertanya segera menutup mulutnya.

"Cowok bodoh cemen itu?? Aku udah kehilangan harapan sama dia sih, Gun. Udah berapa lama coba? Lagian males juga tiap ketemu dia, aku pasti ada aja salahnya. Inilah, itulah. Biarin deh dia sama sepupu aku itu. Aku ikhlas."

"Tapi kalau Tay tiba tiba nembak??" Tanya Alice.

"Kemungkinannya satu banding semua warga Thailand."

"Misalnya New. Misalnya aja. Kamu mau?"

"Nggak tahu ya, Al. Aku suka kesel sama cowok nggak ada kejelasan gitu."

"Hmm..." Gun menghela nafasnya pelan. "Ya udah lah, aku tinggal dulu. Off udah nungguin di bawah."

"Have fun!" Balas mereka berdua serempak.
####

"Hai!" Tepuk Gun pada pundak Off. "Kita mau kemana??"

"Staycation mau?? Udah lama nggak berduaan sama kamu quality time."

"Giliran aku tapi ya???"

"Gun..."

"Off, kan aku udah bilang kita ini sama sama belum kerja. Kamu nggak ada hak buat ngehidupin aku. Oke??"

"Iya iya iya okeee. Kamu yang bayarin aku. Deal??"

"Deall! Jadi mau kemana?"

"Ke hotel tempat mama papa biasa nginep aja ya??"

"Mana aja pokoknya aku butuh istirahat. Aku pengen tiduran trus makan trus tiduran trus makan lagi. Lelahhh..."

"Kalau sekalian besok makan siangnya di sana aja ya..."

Gun mengangguk setuju setelah itu bergegas kembali ke dorm lalu berangkat ke surga mereka.
####

Off terpukau pada kamar mereka.

"Dulu kayaknya waktu aku ke sini nggak sebagus ini deh."

"Mau tau fakta lucu nggak?"

"Apa?"

"Ini kamar yang selalu aku tiduri kalau ke hotel ini."

"Serius????"

"Serius. Karna aku selalu kesel sama papa, tiap kali mereka nginep di hotel ini aku selalu minta kamar yang paling mahal buat aku sendiri. Nggak dapet sayangnya mereka, dapet uangnya boleh donk."

"Ini seriusan atau kamu mau ngegoda aku sih?"

"Seriusan. Aku dulu pernah bilang kan sama kamu kalau aku nggak pernah staycation kayak di vila vila gitu. Jadinya kalau nginep nginep ya di hotel. Ini nih kamar favorit aku." Ucap Gun sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Capek ya??"

"Hmm...Jam berapa sekarang?"

"Jam enam. Mau makan?"

"Tidur dulu bentar boleh? Kamu udah laper?"

"Belum sih..."

"Jam setengah delapan ya? Aku merem bentar."

"Sini aku temenin." Off bergerak naik ke atas tempat tidur, membuka selimutnya lalu menarik Gun masuk kesana. Ke dalam selimut sekaligus pelukannya. "Sekalian aku mau baca proposal bikinan sekretaris aku dulu."

"Cie sekretaris..."

"Sshhhhh, udah bobok." Off menepuk nepuk pantat Gun seperti bayi.

"Bye, Off..."

"Hmm..." Jawabnya sambil memberi kecupan singkat pada kening Gun.

Setelahnya, dalam waktu beberapa detik kemudian Gun benar benar menghilang ke alam mimpi. Off yang mulai membaca proposal juga tenggelam dalam fokusnya.

Kemudian lengannya mulai terasa lelah setelah satu jam hampir berlalu, namun membangunkan Gun rasanya Off tidak tega. Dengan perlahan Off menarik lengannya dari leher Gun dan untung saja pria mungil itu tidak terganggu barang sedikitpun.

"Cinta sih cinta. Tapi kalau tangan aku lumpuh, yang bakalan ngurus kamu siapa kan ya..." Ucapnya sambil meregangkan otot tubuhnya yang kaku.

Off mematikan ponselnya lalu berjalan ke arah balkon. Lampu lampu jalanan sudah menyala sejak tadi menambah kesan mewah pada pemandangan sekitar. Bangkok selalu ramai riuh di saat matahari sudah tenggelam sepenuhnya.

Selama ini Off tidak pernah benar benar mengambil waktu sejenak untuk sekedar diam dan mengamati sekelilingnya seperti ini. Waktunya habis untuk kuliah dan Gun, kekasih mungil yang sekarang sedang tertutup habis oleh selimut tebal hotel.

"Di kehidupan dulu aku bikin kebaikan apa ya bisa hidup kayak gini? Atau mungkin ini karma baik orang tua aku?" Gumamnya sambil menatap serius pada salah satu lampu jalanan yang menarik perhatiannya karena berwarna paling terang dibanding kawanannya.

"Mulai sekarang kita harus jadi orang baik buat numpuk karma baik biar anak anak kita bisa hidup enak juga." Ucap Gun sambil memeluk Off dari belakang.

"Anak anak..." Ulangnya haru. "Aku beneran nggak bohong kalau sekarang aku bilang aku pengen nangis denger kamu bilang anak anak."

"Kalau bukan anak kandung, karma baiknya tetep bisa nurun kan ya?" Tanya Gun.

"Bisa kog. Eh nggak tahu. Di bisain aja dulu. Pokoknya aku terharu lah."

"Aku juga kalau bayangin sendiri suka kayak wahhhh anak yaaa...Asik kali yaaa...Tapi trus aku mikir, emang siapa yang bakalan urus coba? Emang aku bisa? Emang kamu bisa?"

"Bisa...Kalau kepepet mah pasti bisa kog. Pake suster kan juga bisa. Atau minta tolong mama. Aku bayangin mandiin bayi ngeri sendiri."

"Emang kamu mau adopsi yang dari baby gitu?"

"Bukannya enak gitu ya?"

"Emang ada yang dari baby?"

"Yang dari belum lahir aja ada kog, Gun."

"Hah? Serius??"

"Serius. Mama pernah cerita kalau temennya pernah adopsi baby dari dikandungan. Jadi mamanya baby tu nggak punya biaya buat ngelahirin, lagian dia nggak mampu ngurus satu anak lagi. Akhirnya temennya mama yang nebus bayinya, kayak tukeran gitu lah."

"Lah! Nggak mampu ngurus kog punya anak lagi. Jahat banget sih."

"Kecelakaan katanya."

"Ih aneh! Mana ada gitu gituan embel embelnya kecelakaan. Nafsu ya nafsu aja, nggak usah nyalahin kecelakaan. Keluar di dalem kog kecelakaan. Bodoh itu mah...Makanya kalau pacaran itu jangan nafsu aja, otaknya dipakek. Jadi kesel kan dengernya ih!"

"Ya tapi udah untung enggak diaborsi kan ya?"

"Iya sih. At least masih kepikiran buat di lahirin."

"Laper?"

"Iya, yuk makan yuk!!"

"Makan di luar atau di hotel?" Tanya Off.

"Ke situ aja, mau??" Tunjuk Gun pada salah satu pasar malam tak jauh dari hotelnya.

"Yuk deh boleh. Kencan romantis malem malem. Pake gandengan tangan kan ya?"

"Sekalian gendong aku aja Off. Boleh kog."

"Depan atau punggung? Punggung aja ya, kalau depan aku nggak kelihatan jalan nanti."

"Heh! Becanda tau!"

"Heyyy!!! Aku juga becanda tauuu! Tadi di tidurin sama kamu aja lengan aku udah mati rasa."

"Makanya nggak usah sok ngerelain tangan jadi bantal. Udah tau tua, lemah, masih aja sok sok an."

"Sumpah aku lagi baik hari ini Gun, kalau enggak kamu udah aku terkam di atas kasur."

"Please no, aku capek banget. Ke sini bener bener pengen istirahat aja."

"Iyaaaa, lagian dua minggu lalu kamu udah aku bikin nggak bisa jalan dua hari kannnn." Cengir Off nakal.

"Duh inget itu jadi kesel. Mr. Margie sampe harus re-schedule jadwalnya gara gara aku nggak bisa jalan ke kampus tau."

"Ya maaf. Habisnya kamu ngegemesin. Sok sok an bilang nggak capek sih. Ya udah aku lossss."

"Udah ah nih malah ngomongin masalah ini." Tegur Gun kesal.

"Ayuk deh turun. Aku bawa dompet nggak nih?"

"Nggak usah. Aku bawa uang aja, aku juga ngga bawa dompet kog. Banyak copet."

"Oke berangkat!!!!"
####

Suasana benar benar ramai. Semakin malam semakin ramai. Alasan inilah yang Off gunakan sejak tadi untuk menggenggam tangan Gun.

"Sumpah aku umur 20, Off. Bukan anak umur sepuluh."

"Gun, kamu lihat anak itu deh."

"Yang mana?"

"Itu yang pegang sate belalang."

"Oke kenapa?"

"Kamu jalan ke sana sekarang."

"Buat?"

"Udah jalan aja ke sana." Off menepuk pundak Gun. Pria mungil itu menurut.

"Udah???" Pekik Gun sedikit kencang.

"Udah, sini..." Off melambaikan tangannya meminta Gun untuk kembali.

"Bilang donk kalau mau foto." Rutuknya kesal.

"Aku tuh bukan mau foto, aku cuman mau kasih lihat kalau kamu tingginya nggak beda jauh sama anak itu. Lihat deh..." Off menunjukkan hasil jepretannya. "Dia paling baru umur sepuluh udah se-telinga kamu."

"Offf! Sumpah ngeselin! Udah ah aku mau cari makan."

"Ayuk ayuk ayukk..." Jawabnya sambil tertawa puas. "Aku juga laper." Lanjutnya.

Setelah cek cok gemas itu, Gun kembali tersenyum saat Off berjanji akan membelikannya es krim. Lebih tepatnya menggunakan uang Gun untuk membelikan Gun es krim karena dia tidak membawa uang sepeserpun.

Mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti di salah satu kios makanan Thailand setelah sejak tadi berkeliling dengan bingung.

"Dua pad thai. Satu pedas satu enggak." Pesan Off pada pelayan kios.

"Ini pertama kalinya aku makan di pasar malam kayak gini." Ucap Gun takjub.

"Sama. Aku juga. Dulu mama papa nggak pernah kasih takut aku keinjek orang katanya." Jelas Off.

"Kalau mama papa aku beda. Mereka bilang aku nggak pantes makan di tempat kayak gini. Emang mereka tu jahat sih."

"Udah nggak usah ngomongin mereka. Mending ngomongin kenapa aku bisa cakep kayak gini."

"Kamu masih kalah cakep jauhhhhh sama papa Pick. Nggak usah sombong."

"Aku akui sih, papa emang ganteng banget. Apalagi waktu muda."

"Eh Off awas..." Pekik Gun cepat saat kekasihnya hampir saja menyenggol pesanan mereka yang baru datang.

"Yuk makan dulu." Ajaknya.

Setelah menghabiskan makan malam serta es krim yang Off janjikan pada Gun, mereka kembali berjalan mengitari pasar malam.

"Aku pengen beli baju couple lagi."

"Astaga Off...Kamu kog bisa punya sisi kayak gini sih!" Gun terkekeh geli.

"Mau bikin kenangan yang banyakkkkkkkkk sama kamu. Ya ya ya?"

"Kamu aja yang pilih. Aku nggak paham gitu gituan."

"Aku benernya dari tadi udah suka ama satu baju sih."

"Pantessss..."

"Yuk sinii..." Off menarik tangan Gun menuju kios baju yang sejak tadi menarik perhatiannya. "Ituuuu..." Off menunjuk kaos putih hijau dengan gambar cherry di atasnya. "Lucu nggak?"

"Boleh sih..." Jawab Gun.

"Pake besok ya???"

"Kan belum dicuci."

"Laundry hotel aja. Ya ya ya?"

"Kalau gitu cepet beli cepet balil hotel. Yuk."

"Yesss!!! Aunty, kaos ini dua ya. Yang satu ukurannya di bawah ini."

"Pacaran ya kalian?"

"Iya..." Jawab Off malu malu membuat Gun tersenyum salah tingkah.

"Lucu kalian. Cocok." Puji aunty penjaga kios.

"Makasih aunty." Jawab Gun.

"Ini ya. Semuanya 450 baht."

"Uang, Gun..."

"Oiya lupa." Gun merogoh sakunya memberi satu lembar 500 baht. "Kembalinya ambil aja aunty."

"Wahhh makasih. Semoga langgeng kalian." Balasnya mendoakan.

"Terima kasih." Sahut mereka berdua bersamaan. Percakapan kecil yang menyenangkan.
####

Sesampainya mereka kembali ke hotel, Off segera memanfaatkan fasilitas laundry yang mereka punya.

"Habis makan kog ngantuk ya??" Gun kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Mandi dulu sayang."

"Manding bareng yuk???"

"Hey! Jangan mancing mancing."

"Aku enggak mancing Off, aku beneran cuma mau mandi aja. Bisa nggak sih sekali aja pikiran kamu nggak belok belok. Aku pengen minum wine di bathub sambil ngobrolin masalah besok sama kamu."

"Okelah...Aku siapin air dulu. Janji nggak balakalan mikir kotor." Off berlari cepat ke dalam kamar mandi mempersiapkan kebutuhan mereka berdua.

Sejak Gun membuka kedua bajunya hingga masuk ke dalam bathub, Off berusaha sebisa mungkin untuk mengalihkan perhatiannya. Untung saja busa busa di permukaan air berhasil menutupi seluruh tubuh kekasihnya itu.

"Mau masuk atau enggak kamu, Off?"

"Mau mauuuu!!" Dengan sigap dia melepas semua bajunya lalu melenggang masuk.

"Nyaman bangettttt..." Gun menyandarkan tubuhnya pada dinding bathub sambil memejamkan mata.

"Kamu mau ngomongin apa tentang besok?" Tanya Off memulai pembicaraan atau lebih tepatnya berusaha mengalihkan perhatian menahan gairahnya yang meletup letup.

"Aku penasaran aja kamu bakal ngomong apa ke Tay sama New."

"Tay itu keras kepala. Kita mesti pake cara keras juga besok."

"Woy! Mau kamu apain? Ini nggak pakek pertumpahan darah kan??"

"Ya enggaklah Gun Adulkittiporn. Aku ajak Tin juga besok."

"Woelah! Jadi besok kita berlima?"

"Hmm...Aku udah enggak tahan lagi. Gemes sama mereka. Pokoknya kamu ingetin aku ya, besok masalah mereka harus selesai. Harus! Nggak mau tahu."

"Udah kelamaan sih emang. Ini udah mau akhir tahun lagi lho."

"Makanya. Aku kan gemesss..."

"Temen kamu tuh!"

"Iya, temen aku yang paling bodoh sedunia."

"Off, kalau Tay pake alesan mamanya gimana? Kan kita semua tahu kayaknya kemungkinan terbesar penghambatnya tuh di aunty Aye deh."

"Makanya besok kita lihat. Dia bener bener se suka itu sama New apa enggak. Kalau emang sesuka itu sih aku penganut cari kebahagiaannmu sendiri sih, kalau mamanya emang sayang sama anaknya harusnya lama lama bisa nerima ya..."

"Kayak aku gini donk. Nggak peduli." Sahut Gun sombong.

"Ngomong ngomong ya...Mama papa kamu ada ngehubungin kamu nggak belakangan ini?"

"Enggak. Terakhir...Nggak inget kapan. Lama banget. Terakhir ketemu papa ya yang waktu nggak segaja papasan di kantin itu."

"Kamu kangen sama mereka nggak sih?"

"Enggak. Sama sekali. Kangen sama bibi Nart aja."

"Beneran?"

"Iya bener! Udah ah nggak mau ngomongin ini."

"Trus mau ngomongin apa?"

"Mau dengerin musik sambil minum wine."

"Aku nyalain musiknya ya..." Off mengambil ponsel yang terletak di atas meja sebelah bathup. "Ini mau?"

"Hmm..." Jawab Gun sambil memejamkan mata mulai menikmati alunan musik jazz yang diputar oleh Off.

Mereka berdua sama sama terlena oleh suasana santai di dalam kamar mandi. Sambil serempak memejamkan mata, terkadang Off maupun Gun bersenandung kecil saat lagu yang terputar terdengar familiar untuk mereka.

"Dingin..." Ucap Gun dengan tubuh yang bergetar.

"Kalau gitu udahan yuk. Nanti kamu masuk angin lho."

"Ayuk deh. Aku juga nggak mau lama lama." Gun beranjak dari duduknya meninggalkan Off dengan mata tertutup berusaha menahan pikiran kotornya. "Off, ayok!"

"Kamu dulu deh. Aku mau nyelametin masa depan aku."

"Ohhhhhh..." Gun tertawa lepas menyaksikan tingkah kekasihnya. "Aku langsung naik ke kasur ya..."

"Iyaa..." Jawab Off tetap dengan matanya yang terpejam.

Setelah itu, Off dan Gun benar benar jatuh terlelap tidak lama setelah mengeringkan rambut mereka. Gun terlebih dulu, dan Off menyusul tidak lama kemudian.
####

Lalu pagi menyapa. Tidak ada yang benar benar membuka mata sampai suara pintu diketuk menganggu nyaman tidur Gun.

"Kayaknya nganterin baju deh. Kemarin kita minta di anter jam delapan kan ya." Ucap Off dengan suara seraknya.

"Aku bukain..." Gun mengangkat tubuhnya malas lalu berjalan terseok seok ke arah pintu. "Terima kasih..." Ucapnya setelah menerima kedua baju mereka.

"Baju ya??"

"Yess...Aku mandi dulu deh ya...Kalau tidur lagi bisa bisa besok baru bangun."

"Hmm..." Jawab Off sekenanya lalu kembali tertidur.

Gun yang sudah hampir tiga puluh menit di dalam kamar mandi tiba tiba saja terkekeh geli saat sebuah ide konyol melintas di kepalanya. GUN bangkit berdiri berjalan ke arah washtafel lalu mengambil ponselnya.

Setelah berkutat lama dengan benda itu, Gun menghubungi kekasihnya.

"Kenapa sayang???" Tanya Off pelan.

"Masih bobok ya..."

"Hmm..."

"Buka chat aku sekarang." Ucap Gun sambil berusaha menahan tawa kecilnya.

"Sekarang?"

"Iya sekarang. Aku matiin telfonnya. Bye!" Gun memutus panggilan mereka lalu menatap ke arah pintu menunggu dengan senyum konyolnya. Lalu benar...

"GUN!!!!!" Teriakan Off terdengar kencang sebelum disusul oleh gedoran pada pintu kamar mandinya.

"Kenapa ya Off?????"

"Kenapa apanya???? Hey!!!!" Pekik Off.

"Pintunya nggak aku kunci kog."

Benar saja. Saking paniknya Off tidak sadar Gun tidak mengunci pintunya. "Apa ini Gun????" Off menunjukkan layar ponselnya pada Gun.

"Aku cakep nggak?"

"Sumpah mata aku lebar banget bukanya."

"Aku post boleh ya???"

"Jangan ngawur ya. Kalau masih pake celana oke. Kalau ini tuh orang bisa bayangin yang enggak enggak tau."

"Kog posesif???"

"Emang aku ini posesif."

"Pokoknya aku mau post!" Gun masih belum berhenti menggoda kekasihnya.

"Kenapa maksa banget? Mau kasih lihat siapa sih??" Pekik Off kesal.

"Ya mau kasih lihat follower aku lah."

"Ini kamu serius? Kamu nggak mikirin perasaan aku gimana?"

"Emang perasaan kamu gimana?"

"Sumpah aku marah kalau kamu post. Badan kamu itu bukan konsumsi umum. Itu punya aku tau!"

"Dihhhh, badan aku ya punya aku sendiri lahhhh...Udah. Udah aku post." Ucap Gun kemudian.

"Ck! Terserah lah. Terserah kamu aja!" Off menghentakkan kakinya kencang berlalu dari dalam kamar mandi.

Gun yang tidak menyangka Off akan sekesal itu segera bangkit dari bathub, mengeringkan rambut sekenanya, memakai bathrobe lalu melompat naik ke atas tempat tidur dimana Off sedang membuang mukanya karena kesal.

"Puas?" Tanya Off kesal. "Seneng sekarang badan kamu bisa dilihat semua orang?"

"Puas donkkkk..." Ucapnya sambil memeluk Off kecang dari belakang.

"Aku masih kesel. Nggak usah peluk peluk."

"Ya udah..." Gun menekuk bibirnya kesal lalu berjalan ke balkon memutuskan untuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan angin semilir.

Off yang sedang kesal mau tidak mau penasaran juga dengan tanggapan orang orang yang melihat foto kekasihnya dibalut dengan busa. Dia mencari ponsel yang sempat dilemparnya sembarangan ke arah tempat tidur.

Off menghela nafasnya sebelum membuka media sosial milik Gun.

Lalu dia tertegun. Hatinya menghangat.

Dengan cepat Off bangkit dari tempat tidurnya lalu memeluk Gun dari belakang.

"Masih marah?" Tanya Gun geli.

"Jangan ngerjain aku pagi pagi donk..."

"Aku juga nggak mau tau ngumbar badan aku kayak gitu. Itu punya kamu, yang boleh lihat cuman kamu."

"Pinter."

"Ya udah sana mandi. Udah jam sembilan lho. Kamu masih mau foto pake baju couplenya kan ya??"

"Oh iya bener...Ngomong ngomong ya, Gun...Emang kemarin aku pesen resto jam berapa ya?"

"Jam berapa apanya orang kamu belum pesen."

"Astaga! Aku pesen dimimpi berarti."

"Udah kamu mandi, aku pesenin. Jam sebelas ya sekalian check out."

"Oke!" Pekik Off sambil berlari ke dalam kamar mandi.

Selepas semua selesai, Off dan Gun segera menuju ke lobby untuk meminta salah satu pekerja mengambilkan gambar mereka.

"Yang agak nggak terawat ada nggak?" Tanya Off saat pekerja tersebut menawarkan tempat pengambilan gambar.

"Kog aneh gitu sih..." Tanya Gun geli.

"Biar kayak ada konsepnya gitu..." Jawabnya sombong.

"Di samping dekat tempat outdoor AC mau, khun?" Tanya pekerja itu kemudian.

"Oke fix! Ayo!" Off menarik tangan Gun mengekori pekerja hotel.

Setelah beberapa kali mengambil gambar, Off tampak puas.

"Makasih ya..."

"Sama sama khun. Saya permisi." Pamitnya sambil berlalu.

"Tunggu aku post dulu." Ucap Off.

"Aku tunggu di dalem di sini terik banget." Ucap Gun.

Tidak sampai lima menit kemudian, Off melambaikan tangannya pada Gun meminta pria mungil itu membuka ponselnya.

"Cakep. Kamu cakep aku cakep. Ayo masuk nanti kulit kamu merah." Ucap Gun pada Off tersekat oleh pintu kaca.
####

"Tay!" Pekik Off saat melihat kawannya lewat di depan ruangan makan siang mereka.

"Hampir aja kelewatan."

"Bertiga aja?" Tanya Tay.

"Enggak. Masih ada dua orang lagi." Jawab Gun.

"Hmm..." Tay melirik pada kawannya.

"New sama Tin." Timpal Off.

"Duduk." Ucap Off sambil mencekal tangan Tay.

"Off..."

"Duduk, Tay."

"Ck!" Decak Tay kesal namun patuh.

Tidak lama setelah itu New dan Tin tiba. Sepertinya Gun memang tidak mengungkit bahwa Tay akan ada berada di sana bersama dengan mereka karena jujur saja New tampak terkejut.

"Jangan bengong. Ayo duduk." Tegur Gun pada kawannya itu.

"Permisi, apakah makan siangnya mau disajikan sekarang?" Tanya salah sorang pelayan di sana.

Off mengangguk. "Kita makan dulu. Oke?" Tin mengangguk bersemangat berbeda dengan Tay dan New.

Untung saja makan siang tidak berlangaung canggung seperti yang Gun kira. Tin, entah karena tidak tahu atau pura pura tidak tahu terus saja berusaha merubah aura dingin di ruangan menjadi hangat. Dia anak yang baik.

"P'Tay apa kabar?" Tanya Tin dengan berani setelah sejak tadi tidak berani menatap Tay karena takut.

"Ya, bisa kamu lihat sendiri aku baik baik aja kog."

"Sama P'Thanaerng apa kabar?"

"Dia juga baik baik aja..."

"Tin bukan tanya kabar P'Thanaerng, P'Tay. Tin tanya kabar hubungan kalian berdua gimana..."

"Ya gitu..."

"Gitu gimana? Soalnya beberapa hari yang lalu Tin liat P'Tay sama P'Thanaerng di cafe seberang sekolah Tin. Udah jadian ya, P'?

"Enggak kog..." Jawabnya pelan membuat New melirik padanya lewat sudut mata. Pria itu tampak tidak peduli pada percakapan Tin dan Tay, dia lebih memilih untuk menikmati makanan penutupnya.

"Ohhh, Tin pikir udah..."

"Aku sih nggak keburu buru ya, beda sama kalian." Ucapnya penuh sindiran. Off dan Gun yang sejak tadi diam menutuskan untuk tetap diam menikmati permainan sahabat sahabatnya ini.

"Kalian?" Tanya Tin bingung. "Maksud P'Tay itu Tin sama P'New ya?"

"Siapa lagi, Tin. Masa Off sama Gun."

"Oh...Kita juga nggak keburu buru kog..."

"Nggak keburu buru gimana orang udah ciuman gitu." Lanjutnya sambil berusaha menahan emosi yang membuncah di dadanya.

"Tay!" Pekik New. "Aku ke kamar mandi dulu." Pamitnya kemudian.

"P'New?"

"Cuma ke kamar mandi, Tin. Kamu tunggu di sini." Ucapnya cepat lalu menghilang dari balik pintu.

"Tay..." Off menatap sahabatnya dalam dalam.

"P'Tay lihat waktu Tin cium P'New?" Tanyanya tanpa sekat.

"Salah siapa ciuman di kampus. Di tempat terbuka lagi."

"Santai, P'. Tin kan cuman tanya."

"Kalau mau pacaran, atau mau ciuman itu mesti tau tempat. Kampus itu tempat umum lho Tin..."

"Oke, lain kali Tin bakalan hati hati." Jawabnya santai seolah memang sengaja membakar api cemburu di hati Tay.

"Anak sekarang emang ya...Udah aku mau ke kamar mandi dulu." Pamitnya langsung berdiri dan menghilang dari sana.
####

Sejak tadi New gelisah. Di berjalan ke sana kemari di depan washtafel karena masih belum punya nyali untuk kembali ke dalam ruangan. Bertemu dengan Tay se dekat ini setelah sekian lama berjauhan ternyata tidak memadamkan debaran kencang di hatinya.

Lalu tiba tiba Tay muncul di belakangnya. Membuat New yang semestinya sudah kembali ke ruangan harus berpura pura sekali lagi mencuci tangan.

"Ehmmm..." Suara Tay membuat New semakin gugup. Bukannya masuk ke dalam bilik, Tay justru berdiri di samping New mencuci tangannya. Padahal jika hanya butuh untuk membasuh tangan, Tay tidak perlu susah susah berjalan jauh ke kamar mandi karena di dalam ruangan makan siang mereka pun ada.

"Aku duluan..." Pamit New cepat.

"Selamat udah punya pacar." Ucap Tay menghentikan langkah New.

"Pacar?" New mengernyitkan dahinya bingung.

"Nggak usah sok bingung. Gun udah bilang ke aku kalau Tin nembak kamu beberapa hari yang lalu. Sekarang kamu dateng sama Tin ya aku asumsiin kamu udah nerima dia. Mana mungkin kamu tetep dateng sama Tin kalau kamu nolak dia." Ucap Tay panjang lebar berusaha memerangi egonya.

"Nembak? Aku nggak paham." New memutar tubuhnya menatap Tay.

"Ck! Ya udahlah kalau nggak paham." Ucap Tay lalu mengangkat kakinya meninggalkan New.

"Oh...Aku paham." Sahut New kali ini ganti menghentikan langkah Tay. "Kayaknya kamu di kerjain sama Gun. Tapi kalau pun Tin nembak aku beneran, aku pasti terima kog. Gimana gimana pun kepastian dalam hubungan itu penting. Ya jelas aku bakal lebih milih orang yang terang terangan sayang sama aku daripada milih ngejar laki laki yang nggak jelas. Iya nggak?"

"Maksud kamu?"

"Nggak paham, Tay? Serius kamu nggak paham?? Oke aku perjelas ya. Denger baik baik karna aku nggak bakal ngulang sekali lagi." Ucap New sambil menahan emosinya. "Aku suka sama kamu??? Bener, Tay! Aku suka sama kamu dari ospek waktu itu. Aku yakin kamu tahu. Nggak mungkin kamu nggak tahu karna kamu nggak bego. Aku cemburu waktu liat kamu sama Thanaerng???? Banget Tay. Saking cemburunya aku sampe nggak bisa konsentrasi kuliah sama sekali. Sampe sekarang aku masih suka sama kamu??? Masih, bego!!! Aku masih suka banget sama kamu!!! TAPI!! Tapi udah cukup, Tay. Ngejar orang yang nggak suka sama kamu itu berat. Apalagi tiap kali papasan sama kamu, selalu ada Thanaerng di sana. Sepupu aku sendiri..." New berusaha mengatur nafasnya yang putus putus.

"New..."

"Dengerin dulu aku belum selesai. Trus apa aku suka sama Tin???? Enggak, Tay. Dia udah aku anggep kayak temen baik aku sendiri. Tapi karna kamu udah doain aku sama dia...Oke! Aku bakal lebih milih dia yang jelas jelas sayang sama aku dari pada ngejar kamu yang sama sekali nggak bisa dan bahkan nggak mau tau sama perasaan aku. Aku nggak tau sekarang aku marah marah ini buat apa. Atu tahu ini nggak akan ngaruh kemana mana. Tapi aku udah nggak tahan lagi. Pertemanan kita ini aneh. So please sekarang kalau bisa kita pura pura aja nggak kenal satu sama lain. Toh habis ini aku bakalan lulus." Ada genangan air di mata New, dan Tay jelas melihat itu.

"New..."

"Permisi..." Pamitnya.

"New!" Pekik Tay sambil mencekal pergelangan tangannya.

"LEPASIN NGGAK TAY!!!"

"ENGGAK SEBELUM KAMU DENGERIN PENJELASAN AKU!" Balasnya berteriak membuat Off, Gun dan Tin mau tidak mau berlari keluar dari ruangan mereka.

"Kalian kalau mau berantem mending di dalem aja." Off dan Gun menggeret kawannya masing masing. Tin yang menyadari air mata New segera menghampiri pria itu.

"P'New..." Panggilnya pelan.

"Tin, yuk kita keluar dulu. Kasih mereka waktu." Ucap Gun pelan. Tin menatap Tay dengan tatapan membunuh sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar mengikuti Off dan Gun.

Setelah pintu tertutup. Kedua laki laki itu terdiam.

"Kalau nggak ada yang mau kamu omongin, aku pergi." New mengambil tas nya lalu berjalan cepat ke arah pintu.

"Ak-aku suka sama kamu..." Ucap Tay ragu menghentikan langkah New.

Pria yang hanya berjarak dua langkah dari pintu itu mendengus. "Suka?" New terkekeh pelan. "Aku tahu kamu ngerasa egomu ke injek injek makanya kamu bilang suka, ya kan?? Kenapa? Ngerasa kalah sama anak SMA? Nggak terima?"

"New..."

"Atau ngerasa bersalah udah bikin anak orang nangis?" Sindir New lagi.

"Aku emang bodoh. Kamu mau bilang aku bodoh silahkan. Kenyataannya aku emang bodoh. Aku suka sama kamu, tapi aku nggak punya keberanian sama sekali. Ya aku emang bodoh. Aku takut mama aku bakal marah sama aku karena nggak bisa terima anaknya suka sama cowok."

"Woahhhh! Jadi menurut kamu suka sama cowok itu kesalahan ya?"

"Aku bilang mama aku kan? Bukan aku?"

"Tay...Kalau kamu ngerasa ini bukan kesalahan, kamu nggak bakalan ragu buat ngomong sama mama kamu. Buktinya apa? Kamu takut kan?" New mengunci mulut Tay rapat. "Aku nggak butuh disukai sama orang yang bahkan nganggep rasa cinta itu tu kesalahan Tay. Kamu bikin aku ngerasa hina, ngerasa kotor karna punya rasa buat kamu."

"New, bukan gituuuu."

'Udahlah, Tay. Aku nggak mau denger apa apa lagi. Makin kamu ngomong aku makin ngerasa hina. Mending aku sama orang yang bisa bikin aku ngerasa kalau aku ini berharga. Bukan justrus sebaliknya."

"Oke aku bakal ngomong sama mama aku."

Lagi lagi New mendengus. "Apa sih? Aku nggak paham kita lagi ngedebatin apa? Udah, nggak perlu. Lagipula meskipun aku suka mati sama kamu, belum tentu kalau aku mutusin sama kamu kita bakal happy selama kamu nganggep kita ini kesalahan."

"Kasih aku waktu, New..."

"Waktu? Buat?? Trus mau kamu apain sepupu aku? Hah?"

"Jujur aku cuman jadiin dia pelarian aja."

"Sialan kamu, Tay!"

"Kamu pikir Tin bukan cuma kamu jadiin pelarian, hah?"

Kali ini New terdiam karena dia jelas tahu bahwa Tin memang hanya sebuah pelarian.

"See?? Kamu nggak bisa jawab kan?? Aku suka sama kamu. Kamu suka sama aku. Trus apa lagi??? Kamu cuman perlu kasih aku waktu buat ngomong sama mama aku. Udah..."

"Trus kalau mama kamu nggak kasih, kamu bakal dateng ke aku trus bilang sorry New mama aku nggak kasih. Gitu?? Semua aja salahin mama kamu!"

"Ya emang kenyataannya gitu. Gimana??"

New menutup matanya sambil berusaha mengatur emosi. "Nggak ada harapan. Kita nggak ada harapan, Tay. Aku emang suka sama kamu. Sekali lagi aku akuin. Tapi kita nggak bisa. Aku pergi..." Pamitnya sebelum kemudian benar benar melangkah meninggalkan ruangan itu.

Tin yang terkejut melihat pintu ruangan terbuka segera mengikuti New. Sedang Off dan Gun tentu saja memilih untuk menyambangi kawannya yang tampak kacau terduduk lemas di atas salah satu kursi.

"Kamu emah bodoh." Ucap Off.

"Mana sih salahnya aku???"

"Masih tanya?" Gun ikut gemas.

"Karna aku bilang mama aku nggak setuju??"

"Bukan..." Jawab Off.

"Trus???"

"Karna kamu nggak berjuang sama sekali buat ngedapetin dia. Dengan kamu bilang kalau kamu pake Tha siapa itu buat pelarian, itu artinya kamu tau kalau kamu suka sama New, tapi kamu milih buat nggak ngaku karna kamu ngerasa perasaan kamu itu salah. Itu nyakitin banget, Tay." Ucap Off.

"Cari alesan lain kek, belum yakin kek atau apa gitu. Kenapa mesti pake alesan mama kamu nggak setuju? Secara nggak langsung kamu bilang ke New kalau dia itu nggak pantes buat keluarga kamu."

"Tapi maksud aku nggak gitu."

"Tapi itu kenyataannya kan? Kamu nggak berani ngutarain perasaan suka kamu ke New gara gara aunty Aye kan?" Cerca Off sekali lagi.

"Trus aku mesti gimana???"

"Semedi deh sana, coba kamu pikirin baik baik sendiri. Kalau stuck baru cari aku lagi."

"Ini aku udah stuck."

"Segini doank usaha kamu, Tay? Udah nyerah?"

"Ya bukan nyerah."

"Emang nggak ada harapan kamu. Ayo berusaha lebih keras lagi." Semangat Gun.

"Ck! Kalian malah bikin ribet hidup aku."

"Kita cuman mau semuanya selesai tanpa ada penyesalan. Kalau hari ini kalian nggak kita temuin, selamanya kalian bakal diem dieman aneh kan??"

"Mending diem dieman."

"DIH BEGO! Ya mending gini lah, jelas masalahnya apa jadi bisa cari jalan keluarnya. Kalau bisa jadian ya bagus, kalau nggak bisa kan masih bisa berteman. Seenggaknya enggak aneh hubungannya."

"Ahhhh nggak tau ahhh!" Pekik Tay kesal. "Ya seenggaknya sekarang New tahu kalau aku suka sama dia."

"Kita juga..." Sela Off.

"Halah! Kalian juga udah pada tau kalau aku suka."

"Kesel sih soalnya nggak mau ngaku." Ucap Gun

"Kan ini udahhhh..."

"Iya udahhh." Jawab Off menengahi.

"Trus aku mesti gimana sekarang?" Tanya Tay.

"Menurut kamu?"

"Ngomong lagi sama New?"

"Hmm...Tapi jangan sekarang. Biar aku dulu yang ngomong." Ucap Gun. "Ini Tin chat aku katanya dia bawa New balik ke dorm. Kita ke sana dulu aja. Tapi kalian tunggu di mobil. Oke?"

"Hmm..."

"Aku ikut kalian." Ucap Tay.

"Ya masa aku biarin naik taxi. Ayok!" Ucap Off.
####

Begitu sampai di depan kamar New, jantung Gun berdebar kencang.

"New..." Gun mengetuk kamar New beberapa kali. "Aku masuk ya..."

"Masuk aja..." Jawab New. Pria itu sedang duduk di tepi kasur menatap sendu pada Gun.

"Kamu nggak papa?"

"Cuman kalut aja sama kenyataan kalau Tay suka sama aku."

"Benci sama Tay?"

"Kamu tahu aku nggak mungkin benci sama dia."

"Tay harus apa?"

"Nggak tau. Aku bingung. Aku nggak mau sama orang yang nganggep aku kesalahan Gun..."

"Sini lihat aku. Aku yakin kamu tahu bukan itu maksud Tay. Aku yakin kamu tahu Tay suka sama kamu, cuman karena ini pertama kalinya dia suka sama cowok makanya dia takut. Yes atau yes???"

"Mungkin."

"Oke, itu artinya yes. Aku yakin kamu juga paham sama kalutnya Tay.  Dari suka sama cewek, tiba tiba suka sama cowok. Aku ngerti sih posisi dia, New. Bukan aku ngebela Tay ya, aku cuma mau kasih sudut pandang yang lain aja."

"Tapi aneh dia tiba tiba suka sama aku."

Gun terkekeh mendengarnya. "Kata siapa tiba tiba? Sekarang aku tanya kamu satu pertanyaan ya...Kamu jawab se jujur jujurnya."

"Apa?"

"Kamu ngerasa nggak kalau kita lagi bareng sama Tin, Tay tu selalu jutek sama kamu. Kayak, omongannya tu nyebelin banget, trus kayak dia selalu cari masalah sama kamu padahal kamu nggak ngapa ngapain."

New menatap Gun sejenak. "Maksud kamu dia cemburu??"

"Apalagiiiii??? Dan itu udah sejak lomba awal tahun kemarin ya. Udah lama."

"Astaga...Nggak mungkin!"

"Jangan nyangkal. Aku benci banget sama orang yang suka nyangkal."

"Kayak kamu dulu enggak aja." Sindir New.

"Ya itu kan duluuu..."

"Ya sama aja, aku yang sekarang ya kamu yang dulu."

"Oke oke nggak penting. Jadi pertanyaan aku sekarang, kamu mau kasih Tay kesempatan nggak?"

"Buat?"

"Hadehhhhh...Emang kalau masalah cinta bikin bego ya...Ya buat buktiin kalau dia serius..."

"Kalau mamanya nggak setuju?"

"Ya itu yang mesti kamu diskusiin sama dia. Pokok kamunya sendiri mau kasih dia kesempatan. Gimana?"

"Nggak tau, aku bingung."

"Apa yang masih bikin kamu bingung?"

"Kalau aku kasih kesempatan tapi ternyata sampe akhir mamanya nggak setuju gimana?? Masa putus???"

"Coba kamu tanya sendiri sama anaknya. Dia ada di bawah di dalem mobil sama Off."

"Gun! Aku nggak siap kalau sekarang!" Pekiknya panik.

"Trus mau tunggu sampe patung liberty tangannya capek?"

"Ya maksudnya nggak hari ini."

"Bedanya sama besok apa?"

"Ya aku masih punya waktu buat mikir paling enggak. Belum lagi Tin. Gimana coba sama dia??"

Gun tersenyum penuh arti. "Tin nggak usah kamu khawatirin. Aku bisa jamin dia nggak bakal kenapa napa."

"Kog gitu?"

"Udah Tin nggak usah dipikirin dulu. Sekarang kamu sendiri mau enggak?"

"Mau apa?"

"Duh astaga aku pengen salto rasanya. Udah deh gini. Sekarang Tay ada di bawah. Kamu mau ketemu dia atau engak. Titik."

"Menurut kamu?"

"Mau! Biar cepet selesai."

"Duh...Aku mesti ngomongin apa?"

"Kamu diem aja. Tar aku suruh Tay yang ngomong. Oke???"

"Yakin yaaa??" New menatap Gun cemas.

"Seribu lima ratus persen."

"Ya udah deh..."

"Oke aku turun sekarang. No turning back. Bye!!" Gun melompat cepat dari atas tempat tidur New lalu menghilang di balik pintu.
####

Tidak lama. Benar benar tidak lama kemudian pintu kamar New berbunyi.

"Aku masuk ya???"

"Hmm..." Jawab New sambil berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

"Hai..." Sapa Tay pelan.

Dua duanya sedang salam fase gugup sampai pandangan mereka sama sama kabur.

"Aku mulai aja ya?"

"Emang kita mau ngapain?" Balas New bertanya balik.

"Aku mau jelasin ke kamu semua kekacauan yang aku buat selama ini. Dengerin sampe habis dulu meskipun kamu pengen banget nyela."

"Iya..." Jawab New padat dan singkat.

"Jujur aku sendiri nggak tau perasaan aku ini mulai dari kapan, New. Tapi yang aku tahu, sejak kamu ngirim bunga waktu ulang tahun aku, aku panik. Aku nggak pikir kamu bakal bertindak sejauh itu. Tapi aku salah. Kamu bener bener vokal sama perasaan kamu ke aku. Aku bener bener panik karna jujur meskipun aku takut, tapi aku seneng nerima bunga dari kamu. Tapi aku bisa apa? Aku nggak mungkin lompat lompat seneng kasih orang tau kan?? Aku tu sampe sengaja bawa Off Gun ke rumah cuma karna aku pengen liat reaksi mama aku. Dan sesuai dugaan, mama aku nggak bisa terima." Tay menghela nafasnya dalam.

"Kebetulan aku lagi ngedeketin Thanaerng, sepupu kamu. Karna takut aku bakal semakin suka sama kamu, aku sengaja bikin otak aku jatuh cinta sama Thanaerng. Tapi nggak bisa. Semakin gagal tiap ada Tin. Aku kesel, marah, cemburu, tapi aku bisa apa? Aku takut. Aku tahu aku pengecut. Pengecut kelas kakap yang pokoknya udah nggak ketolong lagi. Jadi ya yang bisa aku lakuin itu cuma bikin kamu semakin benci sama aku biar ketanam di otak aku kalau kamu itu nggak suka sama aku. Buat kedamaian batin aku sendiri. Aku egois. Demi aku sendiri, aku milih nyakitin kamu." Lagi lagi pria itu menghela nafasnya.

"Waktu liat kamu ciuman sama Tin, dunia aku runtuh. Sampe sampe aku nggak sadar kalau aku nyalain shower kamar mandi kampus trus ngebasahin semua baju aku. Aku sehancur itu, New. Tapi lagi lagi aku milih buat jadi pengecut. Besoknya aku pura pura bangkit. Aku lari lagi ke Thanaerng meskipun aku tahu kepala aku isinya cuman ada kamu."

"Tay..."

"Kamu tahu puncak keterpurukan aku kapan?"

"Enggak."

"Waktu Gun bilang kalau Tin nembak kamu dan kemungkinan kamu bakal nerima dia. Kepalaku rasanya muter kayak mau lepas dari leher. Aku pulang ke dorm, aku nangis di pojokan kamar sambil megang foto kamu. Iya foto kamu. Aku pernah diem diem ambil foto kamu trus aku cetak. Aku tau kedengerannya serem. Tapi enggak serem. Itu romantis."

"Oke. Trus?"

"Ya udah. Aku nangis sampe capek. Trus ketiduran. Trus besoknya aku bangkit lagi kayak nggak ada apa apa soalnya hari itu Gun mau kasi surprise anniversary ke Off. Aku nggak boleh keliatan sedih. Tapi hati aku udah nggak di tempatnya lagi. Hati aku ketinggalan di pojok kamar bareng sama foto kamu. Intinya aku hancur lah. Tapi rasa pengecut aku bener bener udah butain semuanya." Tay terdiam.

"Trus mau kamu apa?" Tanya New tenang walau jauh di dalam hatinya, semua cacing cacing di sana sedang melompat kegirangan.

"Kamu mau kasih aku kesempatan?"

"Buat?"

"Ya buat buktiin kalau aku nggak nganggep kamu kesalahan. Aku cuma bingung, aku takut soalnya ini yang pertama buat kamu. Aku mau belajar buat nggak jadi pengecut."

"Mama kamu?"

"Jujur kalau kamu tanya sekarang, aku belum bisa kasih jawaban apa apa New. Kamu paham posisi aku kan?"

"Trus yang ngertiin posisi aku siapa? Aku mesti nunggu gitu?"

"Nggak mau ya?"

"Aku nggak bisa jalanin hubungan tanpa kepastian, Tay..."

"Kamu bisa nunggu berapa lama buat aku?"

"Astaga! Pertanyaan macam apa itu, Tay?"

"Eh? Salah ya??"

"Gini deh. Aku yang tanya sama kamu. Kamu kapan berani tanya sama mama kamu?"

Tay menggigit bibirnya gusar. "Secepatnya."

"Kapan?"

"Besok?"

"Kamu sendiri nggak yakin."

"Oke besok. Aku usahain besok."

"Cuman diusahain?"

"Oke besok. Pasti besok."

"Kalau mama kamu nggak setuju? Kamu mau jadi durhaka?"

Tay menghela nafasnya dalam dalam. Perasaannya kalut. "Aku mau cari kebahagiaan aku sendiri juga."

"Meskipun nyakitin hati mama kamu?"

"New. Kamu pengen denger jawaban kayak apa? Pengen aku nyakitin hati mama aku atau gimana?"

"Aku mau kita semua bahagia, Tay. Nggak ada yang tersakiti karna aku juga kalau kamu minta buat nyakitin hati mama aku, aku pasti nggak akan bisa."

"Aku bakal telfon mama besok. Aku rekamin semua percakapan aku sama mama. Kasih tau aku apa yang bisa kita lakuin selanjutnya."

"Tay..."

"Hmm?"

"Kamu beneran suka sama aku?"

"Menurut kamu???"

"Ya mana aku tahu."

"Astaga! Cerita sedih panjang lebar tadi nggak nyentuh hati kamu ya..."

"Ya nyentuh. Cuman aku masih nggak percaya secepet ini..."

"Secepet ini? Woy!" Tay mengeluarkan jari jarinya menghitung sesuatu. "Sembilan bulan kamu bilang cepet? Aku menderita sembilan bulan lho, New!"

"Ya kamu pikir kamu aja yang menderita. Aku juga tau!"

'Ya udah samaan." Tay tidak mau kalah.

"Jadi ini gimana sekarang?" Tanya New.

"Jadi pacar aku dulu, Mau?" Jawab Tay balik bertanya.

"Enggak. Aku nggak mau kalau nggak jelas."

"Berarti nunggu mama?"

"Ya cuman itu pilhannya..." Sahut New.

"Jadi ini aku pulang masih tetep jomblo?"

"Ya nggak cuma sekarang. Kalau besok mama kamu bilang enggak, ya bakalan tetep jomblo."

"Astaga..." Tay mengusap dadanya prihatin.

"Ya udah sana pulang. Paling enggak kamu mikir gimana caranya ngomong sama mama kamu."

"Aku di usir?"

"Iya. Masa mau nginep sini?"

"Ya kali aja dibolehin."

"Sana pulang!" New mendorong Tay pelan keluar dari kamarnya.

"Beneran nih???"

"Iya!!!" New bahkan sudah membuka pintu kamarnya.

"Aku pulang lho!"

"IYA!!" Jawab New sambil menutup pintu kamarnya kencang.

"Kaget sumpah!" Pekik Tay dari balik pintu.

"Biarinnnn!!!"

"Aku pulang ya.." Pamitnya entah untuk yang keberapa kali.

"Iyaaaaaa!!!!" Teriak New kesal.

Lalu dia terdiam, melangkah pelan ke tepi tempat tidur dalam diam. New duduk, kemudian tersenyum.

"Astaga...Barusan ini beneran?" Dia menepuk nepuk pipinya tidak percaya.

Dalam beberapa jam tiba tiba saja semua berubah. Orang yang paling pintar mempora porandakan hatinya kini justru membalas perasaannya. Tepat di saat dia benar benar siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius dengan Tin, pria yang tulus suka pada dirinya.

"Astaga, Tin!" Pekik New terkejut. "Enggak enggak. Aku nggak boleh gegabah dulu. Semua ini belum pasti kan??? Bener kata Gun, jangan mikirin orang lain dulu. Aku sendiri babak belur gini." Batinnya dalam hati. "Mending mandi. Yayaya, mending mandi."
####

"Off, sumpah mereka lama banget. Aku jadi khawatir takut New murka."

"Enggak lah. Kamu mikirnya kejauhan." Ucap Off sambil mengusap tangan Gun. Sejak tadi. "Mending mikirin kita, yuk???"

"Emang kita ada yang perlu di pikirin??"

"Ya misalnya kayak aku kapan boleh nagih hutang lagi?"

"Hehhhh! Otak kamu ini yaaaa..."

"Kamu kapan mulai sibuk skripsi lagi?"

"Masih lama sih...Nunggu Mr. Margie pulang dulu. Tapi kan aku masih ada mata kuliah, Off. Masih banyak kerjaan asistensi juga kan. Aku juga kalau bisa mau nyicil cari cari angket sih."

"Yahhhh, tetep sibuk donk???"

"Ya nggak sesibuk biasanya. Sekarang bisa bobok pelukan lagi."

"Nah ini dia yang paling aku kangenin." Sahut Off.

"Nahhh itu dia, Tay..." Tunjuk Gun pasa seorang pria yang sedang menutup pagar.

"Gimana? Gimana?" Tanya Off bersemangat.

"Aku mesti jawab apa ya...Intinya New mau aku ngomong ke mama dulu. Kalau mama nggak oke ya udah. Kandas."

"Serius??"

"Aku nggak mau lah..."

"Terus kalau aunty Aye bilang enggak, berarti kamu nyerah gitu aja??"

"Emang kalian punya ide lain? Aku nyakitin mama aku sendiri gitu? Kalian sih enak punya mama papa asik. Aku kan beda."

Off dan Gun terdiam sejenak.

"Trus kamu rencana kapan mau ngomong?" Tanya Off kemudian.

"Besok. Aku janji besok sama New."

"Good luck ya, Tay." Gun menepuk bahu temannya. "Semoga niat baik ada jalan keluarnya."

"Sok bijak. Tapi amin deh..."

"Gila ya kamu. Bisa bisanya dalam sehari berubah drastis gini hidupnya." Pekik Off takjub.

"Ya gara gara kalian kan???"

"Tapi lega??"

"Ya lega."

"Ya udah. Aku pulangin biar kamu bisa mikir mau ngomong apa sama aunty Aye."

"Duh aku takut beneran."

"Gentle donk!"

"Oke lah. Ayo pulang." Ucap Tay lesu.
####

Sejak pagi Tay sudah gelisah. Tadi malam, tepatnya sebelum dia memanjatkan doa tidur, Tay menyempatkan diri untuk menulis kira kira kalimat apa yang akan dia sampaikan pada ibunya. Tay gelisah. Dia cemas sampai tidak sadar menggigiti kukunya sejak tadi.

"Harusnya mama udah bangun kan ya??? Telfon sekarang? Atau nanti? Biasanya cewek tu moodnya bagus pagi atau siang ya? Atau sore? Aduhhhh!" Tay mengambil ponselnya cepat lalu membuka laman pencarian.

"Mood cewek paling bagus kapan ya?" Begitu ketiknya di sana.

Lalu muncullah belasan artikel mengenai hal tersebut. Tay membacanya dengan seksama sambil sesekali menghela nafas lelah. "Ya kalau A bilang pagi B bilang sore C bilang malam trus aku gimana???????!!!!!" Pekiknya kesal. "Udah ah sekarang aja daripada aku mati deg deg-an..." Ucap Tay sambil mulai mencari nomor ibunya.

"Astaga jantung aku mau lepas!!!" Tay menghembuskan nafas berkali kali sambil menepuk nepuk dadanya. "Tay bisa! Tay kuat! Udah kepalang basah! New udah terlanjur tahu aku suka! Tay pasti bisa!" Pekiknya kencang sebelum kemudian menekan tombol memanggil.

Tangannya bergetar selama nada sambung berbunyi. Kakinya lemas. Kamar dengan pendingin serasa di gurun. Lalu,

"Halo nak?" Sapa ibunya dari seberang.

"Ma..." Sahutnya bergetar.

"Kayaknya mama tahu." Ucap Aye pelan. Lalu kedua telinga Tay serasa berdengung kencang...
______________________________💚



Hai sayang sayangnya aku yang dari kemarin bingung sama TayNew dan bahkan sampe minta dibuatin FF khusus tentang mereka, aku mau bilang maaf banget yang sebesar besarnya. Bukannya aku nggak mau bikin FF khusus buat mereka, tapi karena aku babii, aku ngerasa lebih kenal sama OffGun dari pada TayNew.

Aku juga sayang kog sama mereka berdua, cuman memang nggak terlalu ngikuti cerita mereka makanya takut banget nggak dapet feelnya.

Tenang aja, TayNew nggak bakal aku gantungin kog, mereka berdua bakal aku selipin terus di chapter chapter lainnya. Ini satu satunya solusi terbaik yang bisa aku kasih buat couple satu ini. Okay??
Maafin aku sekali lagi ya...
Love ♡♡

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

27.1K 3K 28
Berawal dari kesalah pahaman, di mana MILE yang merupakan kekasih BUILD, mengibarkan bendera peperangan saat mengira jika teman kelasnya yang bernama...
29.7K 2K 23
[BIBLE BUILD] . . . "Bagaimana kalau kau jual saja dirimu?" Build menatap Nanar entah kemana pertanyaan barusan membuatnya semakin jauh melamun. bena...
655K 33.4K 87
Seorang pria dewasa berusia 36 tahun yang jatuh cinta pada anak laki-laki berusia 16 tahun.
30.8K 1.4K 48
ff ini karya dari @U_R_Girl dalam bahasa inggris, mohon untuk follow akun authornya sebelum membaca ya 😁.. Saya tidak akan memberikan bocoran jalan...