AULIA [On Going]

By liaaulia191

16.8K 2.6K 819

[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, BIAR BERKAH] Cover by : @fany.graphic "Lo," Ucap keduanya kompak sembari... More

01
02
03
04
05
06
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

07

562 80 8
By liaaulia191

Hai aku up lagi nih!

Kalo ada typo bilang ya!

Happy reading ^_^

***

Aksa gundah gulana. Cowok itu merasa gelisah. Telapak tangannya terasa dingin. Setelah meminta maaf dan mengakui kesalahannya Cowok itu Takut Saras dan Arga akan memarahinya. Tapi fakta yang ia temukan berbeda dengan apa yang sedari tadi ia gelisah kan.

Aksa merasa semakin menyesal. Cowok bermata coklat itu merasa sangat bersalah pada Aulia. Ia kira Saras dan Arga akan memarahinya habis habisan karena Aksalah orang yang paling sering membuat Aulia terluka entah itu fisik maupun mentalnya. Tapi dugaannya salah. Ketiga orang itu bahkan memperlakukan nya dengan sangat baik. Diperlakukan layaknya raja. Aksa jadi tidak enak sendiri. Bagaimana bisa orang orang ini bersikap sangat baik padahal mereka tau apa yang sudah Aksa lakukan terhadap Aulia?

Keempat orang itu kini tengah duduk berhadapan di ruang makan sederhana milik keluarga Aulia. Aksa duduk canggung sembari mencoba mengukir senyum ketika matanya bertubrukan dengan mata bulat milik Aulia.

Aulia memilih memalingkan wajahnya. Malu sekali jika mengingat kejadian beberapa jam lalu.

Arga menepuk pelan bahu Aksa. "Maaf ya. Adanya cuma ini," ucap Arga tak enak hati.

Aksa menggeleng kemudian tersenyum tipis. "Ini lebih dari cukup bang."

Pasti Arga mengira kalau dirinya tidak makan karena tidak terbiasa. Bukan karena itu Aksa tak memakan-makanan nya. Cowok itu enggan makan karena Saras sedari tadi menatapnya sembari tersenyum manis. Membuat Aksa mati kutu.

"Ayo dimakan nak," ujar Sarah meminta Aksa mencicipi masakannya.

"Aduh Aksa jadi gak enak Tante. Malah ngerepotin," balas Aksa tak enak.

"Gak ngerepotin kok, ayo dimakan masakan Tante enak loh," bangga Saras. Tangannya terulur mengambilkan nasi beserta lauk ke piring Aksa.

Aksa mengangguk canggung. Tangannya bergerak kaku memasukan sendok berisi penuh nasi ke dalam mulut. Menghargai Saras yang telat menyiapkan makanan untuknya. Sepersekian detik kemudian mata coklat Aksa tampak berbinar.

"Wah ternyata enak banget Tante," ungkap Aksa jujur.

Aksa dengan lahap memakan makanan di piringnya. Tadi Aksa terlihat malu-malu monyet. Namun ketika mencoba satu kali suapan. Rasanya enak, cocok di lidah Aksa.Walaupun hanya sup, sambal terasi, dan tempe. Rasa makanan ini bahkan mengalahkan makanan yang dimasak pembantu di rumahnya.

Saras tersenyum lega ketika melihat Aksa menyukai makanan yang ia sajikan. Aulia terkekeh geli melihat bibir Aksa yang blepotan sambal. "Dih, kaya enggak pernah makan aja lo," celetuk Aulia.

Cewek dengan rambut sebahu itu langsung mendapatkan selera makan nya ketika melihat tingkah lucu Aksa. Aulia mulai memasukan makanan ke dalam mulutnya.

Disampingnya Arga hanya geleng-geleng kepala. Sesekali cowok dengan lesung pipi itu melirik adiknya yang memperhatikan objek di depannya dengan senyum tipis.

Saking cepatnya Aksa makan. Cowok itu sampai lupa minum. Wajah nya kini memerah karena kepedasan. Telinganya juga ikut memerah.

"Huahhh," Aksa membuka mulutnya lebar-lebar menghilangkan rasa pedas yang menjalar di bibirnya.

Aulia ngakak. Arga ikut tertawa. Cowok itu menepuk bahu Aksa yang berada di samping nya cukup keras. "Gila. Lo makan kaya orang kesetanan njir."

Aksa abaikan. Aksa melirik Saras yang ikut tertawa. Aksa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aksa semakin merasa tidak enak. Cowok itu makan banyak. Mana di rumah orang lagi.

Seakan mengerti tatapan Aksa Saras hanya menggeleng pelan. "Gapapa le, anggep aja rumah sendiri. Ayok makan lagi yang banyak. Nanti kalo habis, Tante masakin lagi," ucap Saras sembari tersenyum manis.

Aksa tak enak hati. Cowok itu menggeleng. Namun matanya jelas-jelas terus melirik pada sambal terasi yang tampak menggoda iman nya. Aksa sedang dilanda bingung. Kalau ia memilih untuk mengikuti rasa malunya. Maka Aksa akan menyesal karena tidak bisa menghabiskan makanan itu lezat itu. Tapi kalau Aksa memilih makan. Aksa takut di cap tidak tahu diri oleh Saras maupun Arga. Kalau Aulia sih tak masalah.

Aulia gemas sendiri. "Makan aja anjir, gausah sok-sok an nolak. Dari matanya aja masih keliatan pengen," sembur Aulia.

"Aul," peringat Saras. Dibalas cengiran kuda dari Aulia.

Arga menepuk bahu Aksa kembali. "Makan aja, Abisin. Gue tunggu di depan. Ada yang mau gue bicarain," ujar Arga beranjak dengan piring kotor ditanganya.

Aksa hanya mengangguk. Cowok itu akhirnya menurunkan rasa malu nya terlebih dahulu. Melanjutkan acara makan nya. Saras menggelengkan kepalanya pelan. Wanita tua itu mengambil piring kotor miliknya dan Aulia kemudian berlalu menyusul Arga yang sedang mencuci piringnya.

Yah. Arga dan Aulia sudah diajarkan hal itu sejak kecil. Bukan apa apa. Saras hanya ingin anaknya itu tumbuh mandiri. Arga dan Aulia tidak masalah sama sekali. Karena Aulia masih sakit. Arga lah yang akan mencucikan piringnya.

Aulia masih di tempat. Cewek itu bahkan melongo melihat Aksa yang masih makan dengan lahap. Padahal sudah hampir tiga kali nambah. Tapi tidak ada tanda tanda Aksa akan berhenti.

'Dasar gatau diri,' cibir Aulia dalam hati.

Namun tak bisa dipungkiri. Wajah Aksa tampak lucu dengan ekspresi kepedasan. Mukanya merah mengeluarkan keringat membuat Aulia tak tahan ingin mencubit ginjalnya. Cewek itu menahan mati matian agar tidak melayangkan cubitan di pipi Aksa.

"Suemvah ini eunwk bangwt," gumam Aksa dengan mulut penuh nasi. Membuat ucapan nya tak terdengar jelas.

Aulia kembali tertawa. Receh sekali cewek yang satu ini. Aksa melirik Aulia kemudian tersenyum tipis. Manis. Tawa Aulia lepas. Aksa baru melihatnya. Aura cantiknya makin keluar. Membuat Aksa terhipnotis beberapa detik.

"Uhuk uhuk," Aksa tersedak. Aulia panik lalu menuangkan satu gelas air. Memberikan nya pada Aksa yang langsung di minum sampai habis tak bersisa.

"Makanya kalo makan itu pelan pelan. Gada yang minta juga."

Aksa nyengir. "Iya iya."

Aulia memegang kepalanya yang kembali terasa pening. Tak ingin berlama-lama bersama Aksa. Aulia pamit untuk ke kamar. Biarkan nanti Arga yang menemani Aksa. Yang Aulia butuhkan sekarang hanyalah istirahat. Agar tubuhnya segera sehat kembali.

Aksa telah menghabiskan makanannya. Cowok itu juga bahkan mencuci piringnya sendiri. Saras sudah melarangnya. Kan Aksa tamu. Masa iya disuruh cuci piring.

Namun Aksa tetap kekeuh. Padahal biasanya cowok itu paling anti memegang pekerjaan rumah. Yang Aksa lakukan tadi hanyalah sebuah pencitraan semata.

***

Sekarang Aksa tengah berdiri di teras bersama Arga. Cowok yang lebih tua dua tahun di atasnya itu mematikan rokok lalu meliriknya sekilas. Memberi instruksi pada Aksa agar ikut duduk bersamanya.
Aksa menurut. Cowok itu mendudukkan bokongnya di samping Arga.

"Ada apa bang?"

Arga menghela nafas panjang. Cowok itu sedang berusaha meredam emosinya. "Lo tadi pagi bully Aulia lagi ya?"

Aksa gelagapan. Siapa yang memberitahu Arga? Apakah Aulia sudah melaporkan nya?

"Sorry bang," hanya itu yang terdengar dari mulut Aksa.

Arga menghela nafas gusar. "Kenapa lo deketin adek gue? sampe sampe lo mau nganterin dia pulang."

Arga memang sedikit curiga pada Aksa. Kenapa cowok setan ini? Dulu saja dia mem-bully adik nya habis-habisan. Sekarang malah terlihat sengaja mendekati Aulia.  Apa ini rencana jahatnya?

Bukan apa apa. Arga tahu Aulia itu tipe cewek yang gampang baper. Arga takut perhatian kecil dan sikap manis Aksa membuat Aulia baper. Dan yang lebih Arga takutkan adalah Aksa sengaja bersikap seperti itu untuk membuat baper adiknya. Lalu meninggalkan adiknya begitu saja setelahnya. Arga tidak bisa tinggal diam. Bagaimana pun juga Arga takut kalau Aksa membuat hati adiknya itu terluka kembali. Sebagai seorang kakak. Ia ingin adiknya bahagia.

Aksa menunduk. Bingung hendak menjawab apa. Sebenarnya ia juga masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kenapa diam?"

Aksa mendongak. Menggeleng pelan. tanpa Aksa sadari mukanya memerah. Mungkin itu efek sambal tadi.

Arga terkekeh pelan. Cowok itu mengalihkan atensinya ke depan. Menatap genangan air di halaman rumahnya. "Gue gamasalah kalo lo mau berteman sama adek gue. Tapi gue gamau liat lo bikin dia nangis terus Sa."

Arga mencoba mempercayai Aksa. Lagipula siapa tahu Aksa sudah berubah. Mungkin Aksa hanya ingin menjadi teman Aulia. Tidak masalah bukan?

"Gue ga ada niatan ke situ kok bang," ungkap Aksa jujur.

Memang benar. Aksa tidak ada niatan mem-bully Aulia seperti dulu dulu. Cowok itu juga masih bingung kenapa akhir-akhir ini Aulia itu seperti magnet yang selalu menariknya untuk mendekat. Aksa juga selalu merasakan jantung disko ketika di dekat Aulia. Apakah sekarang Aksa punya penyakit jantung?

"Gue juga bingung kenapa gue kaya gini," gumam Aksa pelan namun masih dapat di dengar Arga.

"Katakan lebih keras," ujar Arga menirukan suara salah satu pemain kartun dengan poni serta monyet yang sering menemaninya.

Aksa menatap Arga yang kini tengah menatapnya. Cowok itu memutuskan akan menanyakan saja pada Arga. Tentang keanehan yang terjadi pada jantung nya.

"APA?! JANGAN JANGAN LO SUKA SAMA ADEK GUE?!"

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan lagi pembaca gelap:/

Menerima setiap kritik dan saran nya🌻

Salam : author edan

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.3M 73.6K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
2.1M 98.8K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
397K 28.2K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
1.8M 196K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...